https://www.traditionrolex.com/27 Program Padat Karya Harus Lebih Digencarkan - FAJAR BALI
 

Program Padat Karya Harus Lebih Digencarkan

(Last Updated On: 11/11/2020)

DENPASAR – fajarbali.com | Pandemic Covid-19 hingga sampai saat ini masih belum diketahui sampai kapan akan berakhir. Dampaknya, perekonomian dimasyarakat menjadi pertaruhan. Pasalnya, seluruh sector mengalami penurunan. Apalagi di Bali yang selama ini mengandalkan pariwisata. Sementara sector lainnya belum bisa menjadi penunjang yang bisa mengimbangi sector pariwisata.

Meski begitu, sector-sektor lain yang selama tidak masuk dalam kategori unggulan seperti pertanian dan peternakan padahal memiliki potensi yang cukup menjanjikan, keberlangsungannya harus tetap dijaga. Bahkan bila perlu digalakkan dan dikembangkan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Selain itu, Pandemi Covid-19 juga diharapkan oleh masyarakat agar Pemerintah mampu kembali menggairahkan perekonomian agar perputaran uang tetap berlangsung.

Hal inilah yang menjadi Ketua Komisi II DPRD Bali IGK Kresna Budi kepada pemerintah agar memberikan Program Padat Karya. “Yang kami harapkan, program padat karya, proyek-proyek kecil seperti pembuatan atau perbaikan saluran irigasi dan lainnya dioptimalkan di tengah masyarakat. Jadi ada nak megae. Hibah digenjot. Supaya langsung dirasakan masyarakat. Karena ini menyangkut peredaran uang di tengah masyarakat,” ujarnya, Selasa (10/11/2020).

Begitu juga dengan hasil reses yang dilakukan olehnya dibeberapa wilayah di Buleleng, persoalan daya beli dimasyarakat menjadi permasalahan yang terjadi saat ini. Seperti yang disampaikan oleh para petani buah-buahan. “Buleleng itu rata-rata wilayah hortikultura. Beberapa tempat seperti di Bengkala atau Madenan, hasil panennya tidak terjual. Sekarang lagi musim rambutan dan mangga, itu tidak terjual. Sampai jatuh-jatuh dari pohonnya,” jelasnya.

Contohnya saja, harga tomat yang sebelumnya satu keranjang dihargai Rp 125 ribu, kini hanya Rp 25 ribu. Mangga yang tadinya Rp 8 ribu perkilogram, sekarang paling tinggi Rp 2 ribu perkilogram. Ini tak lepas dari tidak terserapnya komoditas hasil perkebunan akibat pariwisata Bali yang lumpuh. Untuk kebutuhan buah-buahan yang tadinya bisa mencapai sepuluh ton, kini hanya bisa terserap dua ton.

“Karena yang beli tidak ada. Karena daya beli tidak. Yang beli sedikit. Jadi hasil kebun mereka banyak yang terbuang. Belum lagi akibat pandemi banyak yang dirumahkan atau berhenti dari pekerjaannya. Menganggur,” tandasnya.

Apa yang terjadi saat ini bisa menjadi peringatan ataupun pengalaman bagi pemerintah supaya lebih mengarahkan dan memperkuat program-programnya kepada sektor primer. Salah satu caranya melalui optimalisasi hibah Gubernur serta program padat karya. “Padahal, pertama sejak Covid-19 melanda, pertanian akan bertahan. Tapi sekarang pelan-pelan mulai kena dampaknya juga. Ini sudah cukup jadi peringatan,” tutupnya. (her).

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Sekda I Gede Susila Pimpin Apel Bersama dan Pergelaran Peralatan Penanggulangan Bencana Alam

Rab Nov 11 , 2020
Dibaca: 7 (Last Updated On: 11/11/2020)TABANAN – fajarbali.com | Melihat perkembangan situasi Nasional saat ini, banyak terjadi bencana alam yang menjadi perhatian publik akibat dampak perubahan cuaca yang menimbulkan berbagai permasalahan. Apalagi wilayah Bali, khususnya Kabupaten Tabanan sudah memasuki musim hujan yang diperkirakan puncaknya terjadi pada bulan November hingga Desember […]

Berita Lainnya