GIANYAR-Fajarbali.com | Pkkdarwis Desa Wisata Taro, Kecamatan Tegalalang memenangkan dua juara sekaligus BCA Desa Wisata Awards 2021. Selain sebagai Juara I Kategori Alam, juga sebagai Juara II lomba photo menggunakan ponsel.
Sebagai juara, Desa Wisata Taro berhak atas hadiah Rp 75 juta sekaligus pendampingan. Total hadiah yang disiapkan PT Bank Centra Asia (BCA) senilai Rp 600 juta beserta pendampingan bagi pemenang kompetisi. Dana tersebut bisa digunakan untuk pengembangan desa wisata lebih lanjut. Pengumuman pemenang pada Jumat (3/9). Ketua Tim Desa Wisata Taro, I Wayan Wardika mengucap puji syukur atas prestasi ini.
“Semoga ini akan menjadi motivasi dan semangat berbenah ke depannya untuk semakin membaik dan selalu menjadi terbaik,” ujar Wardika saat dikonfirmasi Minggu (5/9). Dijelaskannya, Desa Wisata Taro mewakili Bali unggul dari Desa Wisata Bilebante Nusa Tenggara Barat sebagai Juara II dan Desa Wisata Nadulang, Jawa Tengah sebagai Juara III.
Baca Juga:
Kendalikan Hama Tikus, Rotary Club of Bali Taman Serahkan Sepasang Burung Hantu
WFH Tanpa Aktivitas Fisik Picu Sindrom Metabolik
Dikatakan Wardita, kemenangan Desa Wisata Taro diraih berkat kerja keras, tuntas dan cerdas Pokdarwis Desa Taro, Pemerintah Desa Taro dan pihak terkait. Dalam proposal yang diajukan sebagai persyaratan lomba, Wayan Wardika menyajikan kondisi Desa Taro sebelum dan sesudah ditata. Diawali dengan semangat menjaga alam, kemudian berbonus pariwisata.
Sebagai daya tarik utama, desa ini memiliki habitat Lembu Putih ini memiliki keindahan alam yang sangat mempesona dan warisanbudaya adiluhung yang sangat mengagumkan.
“Desa Taro yangu dulunya dikenal dengan nama Bhumi Sarwaada adalah cikal bakala lahirnya Desa Adat dan sistem pertanian irigasi air yang disebutSubak.Desa Wisata Taro dikelola oleh Pokdarwis Desa Wisata Taro melalui Unit Usaha Desa Wisata di Bawah Bumdes. Pengelolaannya adalah 100% masyarakat Desa Taro yang dikolaborasikan dengan semuanpelaku usaha wisata yang ada. Mulai dari homestay, restaurant, destinasi, kafe dan atraksi wisata lainnya,” jelasnya.
Melalui pondasi Tri Hita Karana, Desa Wisata Taro mengusung tema Eco-Spiritual Destination. Senantiasa menjaga keseimbangan hubungan yang harmonis antara manusia, alam dan Sang Pencipta.
“Itulah sebabnya prinsip untuk menjaga dan melestarikan seluruh aset dan sumber daya yang ada merupakan tugas utama kami, termasuk alam, budaya dan sumber daya manusianya,” tuturnya.
Diakui, sebelum ditata, kawasan Desa Taro dihadapkan pada persoalan sampah. Selain jorok dan mengganggu Kesehatan, permasalahan sampah sering kali menimbulkan permasalahan seperti banjir dan pencemaran lingkungan.
“Sebelum dibuatnya fasilitas pengelolaan sampah berbasis sumber, masalah sampah merupakan momok dalam pengembangan kepariwisataan di Desa Taro. Karena sungai-sungai dipenuhi oleh timbunan sampah plastik, dimana-mana ditemukan warga membakar sampah sembarangan, dan aliran irigasi subak sering tersumbat oleh sampah plastic yang terbawa arus sungai, terutama di musim hujan,” jelas Wardika.
Pengembangan pertanian organik melalui program ketahanan pangan di Desa Taro menyebabkan kembali produktifnya keragaman hayati di desa.
“Salah satu indikasinya adalah munculnya kembali kunang-kunang. Kunang-kunang tidak saja sebagai indikator kualitas lingkungan yang baik, tapi dikemas menjadi atraksi wisata alternatif yang sangat unik,” pungkasnya. (sar)
Save as PDF