SINGARJA – fajarbali.com I Eco enzyme adalah cairan hasil fermentasi sampah organik yang memiliki berbagai fungsi, termasuk sebagai pembersih lantai, pembersih sayur dan buah, penangkal serangga dan penyubur tanaman. Khasiat eco enzyme sebagai desinfektan disebabkan oleh kandungan alkohol dan atau asam asetat yang terdapat dalam cairan tersebut.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan menggaungkan penggunaan eco – ensym di masyarakat , Tim Program Kemitraan Wilayah (PKW) Universitas Pendidikan Ganesha Pengembangan Wisata Tirta dan Rekreasi Bendungan Titab Ularan bekerja sama dengan Komunitas Eco- Enzym Kabupaten Buleleng, Sabtu (24/10) menggelar sosialisasi dan pelatihan cara pembuatan eko – ensym, dengan mengambil tempat di Warung Swiss kawasan Bendungan Titab yang juga menjadi sekretariat kegiatan program tersebut.
Kegiatan tersebut diikuti sekitar 25 peserta menggandeng para kader Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Kelompok Sadar Lingkungan, Daerah Aliran Sungai dan Pertanian (Pokdarlingdastan) 5 desa penyangga yakni desa Ularan, Titab, Busungbiu, Lokapaksa dan Desa Ringdikit, kecamatan Seririt dan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Hadir pada acara tersebut Anggota tim PKW Undiksha yang juga penggiat Eco Esym Buleleng, DR. I Made Agus Wijaya, S.Pd, M.Sc .
Pada saat pelatihan, mereka tampak antusias dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Mereka memakai masker dan tetap menjaga jarak serta mencuci tangan.
“ Kami mengadakan pelatihan bagi kader Pokdarwis dan Pokdalingdastan. Pelatihan ini adalah pelatihan pembuatan eco ensym yang saat ini sedang ramai dilaksanakan sebagai kegiatan untuk pengurangan sampah organik dalam sekala rumah tangga. Kegiatan ini mendukung kegiatan PKW Titab Ularan dalam mewujudkan wisata rekreasi dan wisata tirta. Pada sisi lingkungan, mengedukasi masyarakat kususnya kader Pokdarwis dan Pokdarlidastan di wilayah ini , kader kader ini diharapkan menjadi corong dimasyarakatnya masing masing untuk mengedukasi masyarakat lain mengolah sampah orgnaik yang ada di lingkungan rumah tanggga masing masing menjadi eko ensym yang sangat berguna untuk kehidupan sehari hari, misalnya untuk pupuk, disenfektan, hand sanitizer , ngepell lantai dan lain lainya. Tujuan utama di wilayah inilebih menekankan pengurangan pembuangan sampah organik menuju sungai, “ papar Agus Wijaya.
Ditambahkannya, , eco-enzyme juga bisa berfungsi sebagai cairan pembersih kaca dan kamar mandi. Eco-enzyme juga efektif membunuh bakteri dan kuman, sehingga dimanfaatkan sebagai disinfektan. Cairan ini sangat tidak disukai kecoa, semut, lalat dan nyamuk. Sehingga cocok dipakai sebagai pengusir hama. Selain itu, bisa juga dipakai sebagai pupuk tanaman. Dengan mencampurkan air secukupnya, dan eco-enzyme bisa jadi pupuk organik.
Salah seorang peserta pelatihan pembuatan eco-enzyme, Ida Kade Mantra Kemenuh mengaku senang bisa mengikuti pelatihan pembuatan eco-enzyme ini. Dengan mengikuti pelatihan ini, ia mengaku pengetahuannya semakin bertambah. “ Saya sangat antusias mengikuti program ini dan eco ensym ini akan saya coba untuk terapkan untuk keperluan rumah tangga dan akan saya coba aplikasikan untuk pupuk, pestisida dan perangsang tumbuh tanaman kebun buah milik saya,” ungkapnya.
Perbandingan pembuatan eco-enzyme 1:3:10, yaitu 1 bagian gula merah atau molase, 3 bagian sampah organik, dan 10 air. Lalu ditutup secara rapat, tiap hari selama dua minggu wadah dibuka sedikit saja lalu ditutup kembali. Kemudian dibiarkan selama 90 hari, lalu cairan tersebut bisa digunakan.
Dalam proses fermentasinya saja, sudah terus dihasilkan gas O3 (ozon) yang sangat dibutuhkan atmosfer bumi. Larutan ekoenzim bila dicampur dengan air, akan bereaksi serta dapat digunakan sebagai cairan pembersih mulai dari piring, lantai, pakaian, kakus, sampai dengan pencuci rambut dan sabun mandi. Bila dibutuhkan, juga bisa melancarkan saluran air yang tersumbat.
Campuran dengan air bila digunakan untuk menyiram tanaman akan memberi hasil buah, bunga, atau panen yang lebih baik. Kabarnya juga dapat mengusir serangga-serangga pengganggu. Ampas sampah organik yang sudah difermentasi bisa digunakan sebagai pupuk organik yang baik.
Dan fungsinya bagi lingkungan tentu juga sangat banyak. Dalam proses fermentasinya saja, sudah terus dihasilkan gas O3 (ozon) yang sangat dibutuhkan atmosfer bumi . (Sudarsana)