Pira Erawati Doktor ke-29 UPMI, Kupas Rejang Kahyangan dan Baris Ireng

IMG-20250820-WA0007
Dr. Ni Made Pira Erawati, S. Pd., M.Sn.

DENPASAR-fajarbali.com | Ni Made Pira Erawati, S.Pd.,M.Sn., berhak menyandang gelar Doktor (Dr) didepan namanya setelah berhasil mempertahankan disertasinya pada Ujian Terbuka/Promosi Doktor pada Program Studi Seni, Program Doktor Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, Selasa (19/8/2025).

Pira, sapaan karibya, menyajikan disertasi berjudul "Estetika Religius Tari Rejang Kahyangan dan Baris Ireng di Desa Adat Tengipis, Gianyar, Bali". 

Disertasi ini mengkaji estetika religius dalam Tari Rejang Kahyangan dan Baris Ireng di Desa Adat Tengipis, melalui pendekatan interdisiplin yang memadukan perspektif estetika dan antropologi budaya. 

Pira berpandangan, keindahan dalam kedua tari ini tidak dimaknai secara visual atau universal, melainkan sebagai bentuk estetika partikular yang tumbuh dari sistem nilai adat, keyakinan spiritual, dan relasi sosial budaya masyarakat setempat. 

"Setiap unsur gerak, busana, iringan, dan prosesi mengandung simbolisme khas yang hanya dapat dipahami secara mendalam dalam konteks budaya dan spiritual masyarakat tradisional yang melahirkannya," ujarnya.

Dosen Prodi Sendratasik, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali ini mengungkapkan, penelitiannya ini bertujuan untuk mengungkap dan menganalisis estetika religius yang termanifestasi dalam bentuk dan wujud penyajian kedua tari, serta memahami praktik relegi sebagai ekspresi pengabdian kepada kekuatan suci yang tak kasatmata dan penghormatan terhadap leluhur. 

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik observasi non-partisipatif, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. 

Pendekatan analisis yang digunakan mencakup teori strukturalisme Claude Lévi-Strauss untuk memahami sistem simbolik dan mitologis yang membentuk struktur budaya; teori antropologi budaya untuk menggali fungsi sosial dan makna simbolik pertunjukan; serta paduan antara teori estetika Hindu dan teori estetika religius menurut Mircea Eliade untuk mengkaji pengalaman spiritual dan nilai sakral dalam pertunjukan.

BACA JUGA:  Undiknas Tambah Amunisi Guru Besar, Doktor dan Dosen Jafung Lektor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tari bukan sekadar seni pertunjukan, melainkan media spiritual yang menghadirkan pengalaman sakral melalui kesatuan tubuh penari, ruang pura, dan irama gamelan. Nilai kebenaran, kesucian, dan keindahan menjadi fondasi penghayatan pertunjukan sebagai persembahan. 

Menurut dia, keberadaan awig-awig yang membatasi waktu dan tempat pementasan serta menetapkan Krama Pengarep sebagai pelaku ritual memperkuat fungsi kedua tari sebagai ekspresi religius yang dilindungi secara adat.

"Dengan demikian, Tari Rejang Kahyangan dan Baris Ireng merupakan manifestasi estetika religius yang tidak terpisahkan dari sistem relegi, kesadaran budaya, dan identitas masyarakat Tengipis," jelasnya. 

Lebih lanjut, Pira mengakui rasa bangganya terletak pada proses mencapai gelar akademik tertinggi tersebut. Sebab, penelitiannya sempat terhambat Pandemi Covid-19 yang mana ketika itu tidak ada aktivitas berkesenian. 

Pira dipromotori oleh Prof. Dr. I Nyoman Sedana, MA., Kopromotor I Dr. Ni Made Arshiniwati, SST., M.Si., dan Kopromotor II Dr. I Ketut Sariada, SST, M.Si. Ketiganya juga sebagai dewan penguji. 

Selain itu, para Dewan Penguji, antara lain, Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, SST.,M.Si., Dr. I Gede Yudarta, SSKar., M.Si, Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn (Ketua), Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum., Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H.,M.Hum., Dr. I Kt. Suteja, SST., M.Sn., Prof. Dr. I Wayan Suka Yasa, M.Si., serta Prof. Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd.

Rektor UPMI Bali Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H.,M.Hum., usai ujian terbuka menyambut dengan suka cita keberhasilan salah satu dosennya ini. Hal ini sejalan dengan visi institusi yang mempersiapkan diri meraih akreditasi peringkat Unggul.

Secara keseluruhan, UPMI memiliki 29 dosen kualifikasi doktor (S3), Magister (S2) sebanyak 96 dan Guru Besar (Profesor) 4 orang. "Ada banyak yang sedang berproses menuju doktor dan guru besar," kata Prof. Suarta. 

BACA JUGA:  FPAR Unud Field Research Diseminasi Hasil Penelitian di Kintamani Bali

Dengan semakin meningkatnya kualifikasi pendidikan dosen, ia berharap UPMI Bali semakin memberikan dampak nyata bagi pembangunan di masyarakat. Terutama menyukseskan program-program strategis pemerintah. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali, Drs. IGB Arthanegara, SH., MH., M.Pd., menyebut bahwa Dr. Pira Erawati adalah sosok ulet dan bertanggung jawab. 

Pira, lanjut Arthanegara, merupakan produk UPMI (dulu IKIP PGRI Bali). Kemudian meniti karir sebagai pegawai di kampus yang berada di bawah naungan YPLP PT IKIP PGRI Bali tersebut.

Selanjutnya, Pira melanjutkan pendidikan Magister dan Doktor di ISI Bali, untuk memantapkan karirnya dari pegawai menjadi dosen di UPMI Bali.

"Saya sangat mengenal Dr. Pira Erawati. Semangatnya luar biasa," pungkas Arthanegara.

Scroll to Top