Save as PDF
Dr. I Nyoman Sedana, SE., M.I.Kom.
DENPASAR-fajarbali.com | Pengamat politik asal Desa Gunaksa, Dawan, Klungkung, Dr. I Nyoman Sedana, SE., M.I.Kom., berpendapat, jika Partai Gerinda mengusung I Ketut Juliarta dan I Wayan Baru sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Klungkung, pada Pilkada serentak November 2024 mendatang, maka hasilnya sudah “selesai”.
“Selesai” dimaknai sebagai kemenangan mutlak pasangan tersebut. Pendapatnya itu didukung beberapa analisa. Pertama, dari segi pemetaan suara. Juliarta berasal dari Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan. Sedangkan Wayan Baru berasal dari Nusa Penida.
“Jadi dua kecamatan sudah dikunci. Tinggal garap dua kecamatan lagi. Selesai sudah itu barang,” kata Sedana yang juga akademisi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), ditemui di Denpasar, Senin (15/4).
Kedua, Juliarta yang saat ini menjabat Anggota DPRD Bali/Wakil Ketua DPD Gerindra Bali, merupakan representasi kaum Milenial dan Gen Z. Dua golongan yang menguasai jumlah pemilih secara nasional hingga 56 persen.
Ia juga kembali terpilih di Pileg 2024 kemarin pada posisi yang sama. “Saya orang Klungkung, jadi tahu betul untuk lolos ke DPRD Bali sangat sulit. Itu luar biasa (bisa lolos DPRD Bali-red). Tapi Juliarta bisa dua kali,” terangnya.
Tak kalah mentereng, Wayan Baru juga memiliki basis massa cukup tinggi di Klungkung perairan (kepulauan Nusa), diperkuat dengan jabatannya saat ini sebagai Ketua DPC Gerindra Klungkung cum Wakil Ketua DPRD Klungkung.
“Dengan analisa tersebut, rasanya kemenangan di depan mata. Tidak mutlak Juliarta harus calon bupati, Baru harus wakil. Bisa saja dibolak-balik. Yang penting harapan saya, Gerindra mengusung paslon mandiri dan merepresentasikan daratan dan perairan. Toh juga dengan kursi yang ada di DPRD Klungkung memungkinkan mengusung paslon mandiri,” imbuhnya.
Meski demikian, Sedana menekankan urusan suksesi pemilihan kepala daerah tidak hanya soal siapa kalah dan menang. Tetapi berhasil mewujudkan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.
Bupati/wakil bupati terpilih nantinya, lanjut Sedana, dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebab, kabupaten berjuluk Gumi Serombotan itu telah kehilangan dua sumber PAD.
Dulu, sumber PAD Klungkung berasal dari 3P, yakni Pasir, Pasar dan Pariwisata. Sejak ditutupnya Galian C di Gunaksa serta perubahan akses perdagangan langsung, Klungkung kehilangan 2P (Pasir dan Pasar).
Sekarang hanya tersisa 1P, yakni Pariwisata. “Pariwisata ini harus dimaksimalkan karena hanya 1P yang tersisa,” kata Sedana.
Hal ini bisa dimulai dengan perbaikan tata kelola pariwisata Nusa Penida yang selama ini menurut dia, belum optimal. Misalnya pungutan wisatawan masih konvensional. Selain itu, konsep desa wisata perlu dikaji lebih kreatif lagi.
Permasalahan berikutnya tentang sampah. Sampah menjadi momok di Klungkung. TOSS pun baginya, belum menjawab persoalan. Secara konsep, diakui sudah bagus tapi perlu sentuhan teknologi dan penyesuaian alat dengan kapasitas.
Yang tak kalah penting, lanjut Sedana adalah permasalahan air bersih. Dalam beberapa waktu belakangan, masyarakat kerap mengeluhkan kesulitan air bersih lantaran distribusi air dari Perumda Panca Mahottama (PDAM Klungkung) mengalami gangguan.
“Itulah titipan aspirasi serta harapan kami kepada siapapun yang memegang pucuk pimpinan hasil Pilkada mendatang,” kata Sedana memungkasi. (gde)
Save as PDF