Pihak Keluarga Urus Jenazah AI, Ngaku Adiknya Ramah, Rencana Dirikan Pondok Pesantren di Riau

IMG_20250609_223415
DATANGI POLRESTA-Pengacara Agung Handi, I Gusti Agung Andra Wibawa (Kuasa Hukum di Bali), Putu Eka Wiranjaya Putra, dan kakak korban Ahmad Sodikin datangi Polresta Denpasar, Senin 9 Juni 2025.

Loading

DENPASAR -fajarbali.com |Ahmad Sodikin selaku kakak kandung AI, datang ke Polresta Denpasar, pada Senin 9 Juni 2025. Mereka datang untuk meminta pertanggungjawaban sekaligus mengurus jenazah AI yang kini dititipkan di RSUP Prof. Ngoerah, Sanglah, Denpasar. Pihak keluarga juga menyesalkan kenapa adiknya yang dikenal ramah dan punya 400 teman itu bisa sampai tewas di dalam tahanan. 
 
Ahmad Sodikin datang didampingi 3 pengacaranya, yakni Agung Handi, I Gusti Agung Andra Wibawa (Kuasa Hukum di Bali), Putu Eka Wiranjaya Putra. Dalam wawancara ke awak media, pihak keluarga mengaku datang ke Denpasar untuk mengurus jenazah korban. 
 
"Dalam artian kami meminta pertanggungjawaban, atas diduga pengeroyokan yang terjadi di Polresta Denpasar," bebernya. 
 
Pihak keluarga mengaku merasa sangat dirugikan bagaimana bisa AI menjadi korban kekerasan di tahanan. Padahal AI sudah sangat koorpertif saat diperiksa. 
 
"Kenapa sampai terjadi di Polresta yang harusnya menjadi tempat aman, ternyata terjadi hal yang tidak kami inginkan. Dari awal almarhum sudah kooperatif, sampai ada penahanan, penangkapan dan sebagainya sampai penetapan tersangka. Artinya, kami hormati proses hukum, tapi malah terjadi hal yang tidak kami inginkan," keluh pengacara tersebut. 
 
Tidak hanya itu, Pengacara juga menyentil awak media dalam menulis narasi untuk tidak memojokkan posisi almarhum.
 
"Rekan media dalam menulis narasi, diharapkan jangan memojokkan korban (almarhum), karena kita tahu di media judulnya tidak enak kalau dilihat," ungkapnya. 
 
Diterangkanya, apabila tersangka sudah meninggal dunia, seharusnya proses penyidikan itu sudah selesai demi hukum. Sehingga, pihaknya berkirim surat ke penyidik untuk meminta SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan).
 
"Sebagai pegangan kami bahwa kasus yang lama sudah selesai, karena tersangka meninggal dunia," tegasnya. 
 
Dijelaskanya, pihak keluarga saat ini fokus dalam kasus pengeroyokan yang berujung korban tewas di dalam tahanan Polresta Denpasar. Pihak keluarga juga menuntut agar siapapun yang terlibat baik itu dari tahanan ataupun dari pihak yang melakukan pengawasan, untuk betul-betul diusut tuntas dan ditindak. 
 
"Jangan sampai ada hal-hal yang disembunyikan ke keluarga ataupun masyarakat luas," tegasnya. 
 
Selain itu pihaknya juga memang menghendaki otopsi supaya semua jelas, meninggalnya kapan karena apa itu detail. Pihaknya juga akan menyurati penyidik, agar diberikan salinan yang menerangkan hasil otopsi kepada keluarga. 
 
"Kemungkinan hasilnya keluar dalam dua hari kedepan. Memang ada luka-luka, cuma kami memang belum bisa menyampaikan karena itu adalah ranah penyidikan. Soal pemakaman tetap akan kami lakukan," ungkapnya sembari mengatakan pemakaman terhadap AI tetap akan dilakukan namun tinggal menunggu waktu.
 
Sementara Ahmad Sodikin mengaku dia berkomunikasi dengan adiknya, pada Minggu lalu, sebelum AI terjerat masalah hukum. Dalam komunikasi AI menyebutkan dirinya baik-baik saja. Menurutnya, sosok adiknya orangnya ramah. Bahkan, temanya lebih dari 400 orang. 
 
"Adik saya ini dia orangnya ramah, bahkan kawannya itu lebih dari 400 orang, nanti bisa dicari-lah, sekali lagi dia ini suka membantu orang lain. Informasi yang kami dapat pun dia baik-baik saja," ungkapnya. 
 
"Jadi mohon, informasi - informasi yang sebelumnya itu sebetulnya tidak benar, dari saya pribadi tidak percaya, pasti ada indikasi lainnya, tapi kami tetap hormati proses hukum, makanya kami kooperatif," timpalnya lagi. 
 
Adiknya sendiri, terang Ahmad Sodikin punya life skill di dunia otomotif selama 25 tahun. Ia sendiri seorang pendidik. Ia kembali menegaskan bahwa keluarga besar mereka tidak pernah mengalami masalah hukum. 
 
"Saya sendiri juga seorang pendidik, di Riau saya anggota LP2A, penceramah, Pendai, keluar masuk polres, lapas, untuk melatih warga binaan, itu sudah pekerjaan saya," akuinya. 
 
Ahmad Sodikin kembali menerangkan, dia punya rencana dengan adiknya (AI) untuk mendirikan pondok pesantren di Riau. Ia akan mengangkat adiknya sebagai Direktur Utama untuk life skill anak-anak di dunia otomotif. 
 
"Jadi sekali lagi kami tekankan, hal-hal yang sifatnya narasi negatif segera dihilangkan, itu permintaan keluarga besar kami, tolong bantu itu, karena bagaimanapun orang di Indonesia ini minim literasi, dia hanya melihat judul, tidak mau membaca apa isinya," imbuhnya. 
 
Dia juga membeberkan bahwa adiknya punya sifat luar biasa membantu orang. Pernah dia cek dompet adiknya dan menemukan uang dua ribuan yang lebih dari 100 ribu. 
 
"Saat saya tanyakan katanya itu uang selalu diberikan orang yang dia temui, anak kecil dia kasih, pengamen dia kasih, pengemis dia kasih, itu kan sifat yang baik. Jadi maka dari itu kami ingin nama baik adik kami harus kembali," pintanya. 
 
Akhir kata, Ahmad Sodikin menuturkan, mereka bersaudara bertiga. Ahmad Sodikin tertua, korban AI nomor 2, dan adiknya terakhir perempuan nomor 3. 
 
"Adik saya berada di Bali sudah lama, kami ini perantau semua, sudah lebih dari 10 tahun berpisah, asli Semarang," tandasnya 
 
Seperti diberitakan, AI (36), yang merupakan seorang tersangka kasus pencabulan anak di bawah umur, dikeroyok hingga tewas oleh 6 tersangka kasus narkoba di rumah tahanan Polresta Denpasar, pada Rabu 4 Juni 2025 malam. Motif pengeroyokan ini masih dalam pendalaman Polisi. 
 
Kasus pengeroyokan ini mengakibatkan 3 petugas jaga tahanan diperiksa Bidpropam Polda Bali hingga mendapatkan sanksi penempatan khusus (patsus). Sementara 6 tersangka sudah menjalani pemeriksaan dan dijerat dalam Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan. R-005 
Scroll to Top