https://www.traditionrolex.com/27 PHDI Bangli Segera Sikapi Pro Kontra Bunga Gumitir - FAJAR BALI
 

PHDI Bangli Segera Sikapi Pro Kontra Bunga Gumitir

(Last Updated On: 07/05/2019)

BANGLI-fajarbali.com | Pasca Focus Group Diskusi (FGD) yang kembali membahas rencana Bupati Bangli Made Gianyar untuk menjadikan Bunga Gumitir sebagai Maskot Kabupaten Bangli, kembali menuai polemik di masyarakat.



Karena itu, PHDI Kabupaten Bangli secara khusus akan segera menggelar rapat dengan melibatkan Sulinggih, Pemangku, tokoh-tokoh masyarakat dan seluruh pengurus PHDI  untuk mengkaji persoalan maskot tersebut agar pro kontra yang terjadi tidak terus meluas. Sebab menurut Ketua PHDI Kabupaten Bangli I Nyoman Sukra saat dihubungi Selasa (07/05/2019), menyatakan banyak masukan-masukan yang telah diterima PHDI terkait rencana Maskot Bangli tersebut. Kata dia, kecendrungan lebih banyak masyarakat yang justru menolak penggunaan Bunga Gumitir menjadi Maskot Bangli.

“Aspirasi yang banyak masuk melalui medsos dan ke WA dan SMS saya, banyak mempertanyakan kenapa harus menggunakan Bunga Gumitir sebagai maskot, kenapa tidak bunga yang lain,” ungkapnya. Atas dasar itu, pertemuan dengan para tokoh tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan masukan secara resmi yang nantinya akan dijadikan dasar PHDI Bangli mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan kepada Bupati Bangli.  



Menurut Sukra, sebuah maskot harus bisa membangkitkan semangat dan menimbulkan kebanggaan. “Kita jujur mengakui, saat kepemimpinan almarhum mantan Bupati Bangli IB Ladip, kita benar-benar dibangkitkan dan jengah saat berencana menjadikan pucuk bang sebagai maskot. Sebaliknya yang terjadi sekarang, belum jadi maskot saja kita sudah mulai kedekine (diketawakan), dipergunakan untuk lucu-lucuan dan dilecehkan kita. Belum jadi sudah seperti itu kesannya, apalagi kalau sudah jadi. Takutnya orang Bangli, bukannya bangga malah miris. Minder jadinya,” bebernya.

Karena itu, Sukra juga mengaku saat menghadiri FGD yang digelar oleh Bupati Bangli, banyak juga yang telah disangkalnya terkait rencana Gumitir jadi maskot. Kata dia, warna bunga gumitir yang kuning, untuk Bangli tidak cocok. Sebab, warna kuning cocoknya untuk arah barat. “Kalau di Bangli itu, warnanya hitam. Makanya kita bangga dengan baju hitamnya dan pucuk bang atau pucuk rejunanya,” jelasnya. Terlebih, untuk maskot Gianyar hanya menyebut bunga pucuk saja. Sehingga semestinya, lanjut Sukra, Bangli boleh saja menggunakan Pucuk Bang. “Tapai kalau itu tidak bisa menggunakan pucuk rejuna atau puck bang, saya sudah bilang pergunakan saja bunga Tunjung atau padma sebagai maskot Bangli,” tegas Sukra.

Lanjut Sukra, bunga Tunjung sangat cocok dengan kehidupan masyarakat Bangli yang bergulat dari kehidupan dibawah air. Filsafat  bunga tunjung memiliki tiga dimensi kehidupan. Mesti hidup dari lumpur, bunga Tunjung mampu menembus air sehingga bisa memberikan keseimbangan. Ini juga sebagai bentuk perjuangan dalam kehidupan, dari bawah bisa menghasilkan udara yang segar. Oleh karena itu, pihaknya berharap agar Bunga Gumitir jangan dipaksakan untuk dijadikan maskot.



“Jangan sampai, setelah jadi justru kita berantem di dalam, saling menyalahkan,” ungkapnya.  Terlebih dari sisi kegunaan dan keselamatan, bunga Gumitir tumbuhnya cepat dan berumur pendek. “Jangan sampai masyarakat Bangli seperti itu, sekarang tumbuh besoknya layu. Dan dari yang saya baca, tidak semua gumitir bisa dipergunakan persembahyangan ke Pura. Selain itu, ada larangan juga jangan sampai bunga gumitir dipergunakan untuk mercikang tirta. Kalau untuk sembahyangan diusahakannya jangan di Pura Dalem, kalau ke leluhur bagus,” beber Nyoman Sukra.  

Oleh karena itu, pihaknya mempertegas kembali lebih sepakat kalau memang menggunakan bunga sebagai makot, lebih baik menggunakan Bunga Tunjung saja. “Bunga Tunjung filosofinya sangat tinggi sekali. Daripada harus mencari-cari lagi filosofi dan menjadi bahan ketawaan. Sementara jika tidak harus bunga, lebih baik Anjing Kintamani dipergunakan menjadi maskot. Apalagi sudah diakui sebagai ras anjing dunia. Jangan grasa-grusulah untuk menetapkan maskot,” tegasnya.



Secara terpisah, salah seorang budayawan asal Susut Bangli yang juga Dosen IHDN, I Gede Agus Darma Putra secara tidak langsung juga lebih condong menolak Bunga Gumitir jadi maskot Bangli. Menurut dia, sejatinya tentang maskot beberapa bulan lalu, Peradah yang difasilitasi oleh DPRD Bangli juga sudah melakukan diskusi. Saat itu, kata dia, telah diusulkan, lebih baik menggunakan Bunga Padma atau Bunga Tunjung atau teratai yang dipergunakan menjadi maskot Bangli.

“Selain itu, kalau dari sisi sejarah, yang bagus adalah bunga Jarak Bang. Karena sejarah Bangli, konon menurut penuturan orang tua dipenuhi jarak bang. Sehingga Jarak Bang saya rasa representative juga untuk maskot,” tegasnya. Karena itu, kata dia, kalau memang harus bunga, opsi yang tepat adalah bunga tunjung atau bunga jarak bang. Sedangkan untuk yang lain, ada gunung, ada danau dan ada anjing Kintamani yang menjadi ciri khas Bangli, jika itu diusulkan sejatinya juga bagus. Namun imbasnya, secara teknis akan kesulitan dalam pembuatan tarian dan penjelasannya secara filosofis agar menjadi logis. (ard)



 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Desa Pekraman Didorong Bentuk Perarem Anti Narkoba

Sel Mei 7 , 2019
Dibaca: 13 (Last Updated On: 07/05/2019)SINGARAJA-fajarbali.com | Untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran Narkotika di tingkat desa pakraman, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng mendorong desa pakraman untuk membentuk perarem (aturan) tentang narkotika.  Save as PDF

Berita Lainnya