DENPASAR-fajarbali.com | Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek), menggaugkan tageline "Perguruan Tinggi Berdampak".
Program ini bertujuan untuk mentransformasi perguruan tinggi di Indonesia agar tidak hanya fokus pada menghasilkan lulusan berkualitas, tetapi juga menjadi agen perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Program juga merupakan kelanjutan dari program Kampus Merdeka, dengan fokus pada pemberdayaan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah di masyarakat melalui kerjasama dengan pemerintah dan industri.
Menindaklanjuti program kementerian tersebut, Fakultas Pendidikan Universitas Hindu Indonesia (Unhi), memantapkan kurikulum dengan pendekatan Outcome-Based Education (OBE) sesuai regulasi terbaru.
Rencana ini diawali dengan workshop tinjauan kurikulum Program Studi (Prodi) Magister dan Doktor Ilmu Agama Hindu, Sabtu (26/7/2025) di Kampus Unhi.
Program Studi Pascasarjana (S2 dan S3) Pendidikan Agama Hindu, Fakultas Pendidikan, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar menggelar Workshop Tinjauan Kurikulum pada Sabtu (26/7/2025).
Tujuannya untuk menyesuaikan kurikulum dengan pendekatan Outcome-Based Education (OBE) sesuai regulasi terbaru.
Workshop diikuti oleh seluruh dosen, mahasiswa, alumni, serta stakeholder dari Dinas Pendidikan, Kementerian Agama kabupaten dan provinsi, penjamin mutu universitas, hingga para kaprodi di lingkungan Fakultas Pendidikan UNHI.
Dekan Fakultas Pendidikan Unhi Denpasar, Prof. Dr. Drs. Wayan Paramartha, SH., M.Pd, mengatakan, workshop ini merupakan respons terhadap sejumlah regulasi pendidikan tinggi, seperti Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNDIKTI), Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), serta yang terbaru Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023 yang menekankan implementasi kurikulum berbasis OBE.
Pendekatan OBE fokus pada capaian pembelajaran yang terukur dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tidak hanya sekadar isi materi, kurikulum juga disebut harus tetap menginternalisasi nilai-nilai etika Hindu seperti Satya, Dharma, Shanti, Prema, dan Ahimsa.
"Pendidikan Tinggi Hindu harus mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai warisan adiluhung Nusantara,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prof. Paramartha menyampaikan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan stakeholder untuk menghasilkan lulusan Magister dan Doktor Pendidikan Agama Hindu yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga luhur dalam nilai dan arif dalam tindakan.
Workshop ini menghadirkan narasumber utama dari Universitas Pendidikan Ganesha, IPM Acharya Dharma Widhya Jaya Kerti, juga dikenal dengan nama welaka Prof. Dr. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si.
Diskusi dan pemaparan materi dalam kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam memperkuat kualitas kurikulum sesuai kebutuhan zaman dan tetap menjaga jati diri Pendidikan Tinggi Hindu di Indonesia.
Unhi, khususnya Fakultas Pendidikan, kata dekan sejalan dengan visi Kemendikti Saintek untuk menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat solusi.
Perguruan tinggi didorong untuk tidak hanya menjadi lembaga pendidikan, tetapi juga menjadi pusat solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.
Mahasiswa Fakultas Pendidikan Unhi didorong sebagai agen perubahan yang aktif dalam menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Demikian pula hasil penelitian sivitas fakultas pendidikan diharapkan dapat menjadi dasar bagi perumusan kebijakan strategis yang berdampak positif bagi masyarakat.
"Tujuan kami bermuara pada menciptakan lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran sosial dan kemampuan untuk berkontribusi dalam masyarakat," jelasnya.