Peran Penting Pemuka Agama dalam Kesehatan Reproduksi, Indonesia Kolaborasi dengan Tiga Negara

PUKUL GONG

Loading

Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bali, I Made Sudarsana mewakili Pj Gubernur Bali, membuka SSTC Knowledge-sharing for Interfaith Youth Leaders Best Practices on Adolescent Reproductive Health to Achieve Related Sustainable Development Goals 2030”, di Sanur, Denpasar, Senin (24/6/2024).

DENPASAR-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Bali, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan bertajuk “SSTC Knowledge-sharing for Interfaith Youth Leaders Best Practices on Adolescent Reproductive Health to Achieve Related Sustainable Development Goals 2030”.

Pertemuan yang melibatkan praktisi kesehatan reproduksi dari tiga negara, yakni Vietnam, Malaysia dan Myanmar, berlangsung di Sanur, Kota Denpasar, dan dibuka oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bali, I Made Sudarsana mewakili Pj Gubernur Bali.

Plt Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Irma Ardiana menyampaikan, acara ini berbagi pengalaman dengan negara-negara sahabat tentang pelibatan secara aktif pemuka agama terkait kesehatan reproduksi, khususnya remaja.

Irma berpandangan, pemuka agama memegang peran yang sangat penting menyangkut isu yang dibahas. Indonesia dan ketiga negara tersebut, menurutnya memiliki kemiripan budaya, sehingga dengan mudah mengadopsi praktik baik yang telah dilakukan di Indonesia.

“Dengan pemahaman ajaran agama dan budaya, mampu mengontrol perilaku remaja kita. Terlebih dalam melakukan hubungan intim pra nikah,” jelas Irma.

Irma menambahkan, saat ini di Indonesia laju perkawinan anak di angka 8 persen. Namun, tantangan persentase yang sudah turun dari tahun 2021 itu, juga harus mewaspadai dispensasi perkawinan.

“Untuk itu perlu forum-forum untuk mencegah hal tersebut, dan termasuk melibatkan tokoh-tokoh agama,” pungkas Irma. Ia menambahkan, perkawinan merupakan masalah multi-kompleks karena terdapat berbagai hal. Mulai dari ekonomi, sosial, budaya. Sehingga lagi-lagi peran pemuka agama dibutuhkan untuk merubah struktur sosial tersebut.

BACA JUGA:  4 Hal Yang Membuat Penyebaran Virus Corona Semakin Meluas

Kepala Pusat Pelatihan dan Kerja Sama Internasional BKKBN, Dr. Ukik Kusuma Kurniawan menambahkan, tiga negara tersebut merupakan kelompok kerja sama negara selatan-selatan.

Menurut Ukik, Malaysia, Vietnam dan Myanmar tergolong negara yang aktif di antara sesama negara Asia yang saling pengalaman terkait program KB, Kependudukan dan Keluarga. Ketiga negara itu memiliki rumpun program yakni Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga.

Ukik juga menambahkan, median usia menikah pertama untuk perempuan di Indonesia semakin meningkat, 22,1 tahun menurut data Pendataan Keluarga tahun 2023.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro KTLN Kementerian Sekretariat Negara, Novianti menyatakan, Indonesia mempunyai cita-cita yang sangat mulia untuk berbagi dengan negara-negara.

Mengingat sebelumnya, Indonesia sudah belajar ke negara-negara yang lebih maju. Melalui kerjasama ini, pihaknya berharap Indonesia mampu mengamankan posisi diplomasi politik, ekonomi, dan juga investasi.

“Juga mengamankan hubungan people contact dengan negara lain,” kata dia.

Verania Andria dari UNFPA Indonesia, mengapresiasi pelibatan kelompok-kelompok dan organisasi keagamaan. UNFPA bersama Pemerintah Indonesia, kata dia, sudah melaksanakan kegiatan pelibatan tersebut.

“Karena banyak sekali nilai-nilai agama dan juga pendidikan yang bisa mendorong perubahan perilaku. Kami melihat pelibatan kelompok organisasi keagamaan ini sangat penting dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan,” pungkas dia.

Sementara itu, I Made Sudarsana mengucapkan terima kasih atas acara yang digelar di Bali ini. Pihaknya juga menyampaikan apresiasi atas program generasi berencana, yang juga dikembangkan dengan kerjasama internasional melalui South-South Triangular Cooperation (SSTC) ini.

"Program Keluarga berencana di Bali sendiri telah berjalan baik. Salah satunya adanya Duta GenRe. Hasilnya juga menunjukkan hal positif. Diantaranya menurunnya angka pernikahan dini, hamil yang tidak diharapkan, dan lainnya," ujar dia mewakili Pj Gubernur Bali.

BACA JUGA:  Bupati Giri Prasta Pantau Vaksinasi Drive Thru di Kuta, Targetkan 2.000 Penerima Vaksin Dalam 4 Hari

Pihaknya berharap, melalui kegiatan ini mampu menginvestasi kesehatan remaja di Tanah Air dan juga negara-negara sahabat.

Terkait kondisi di Bali, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Sarles Brabar mengungkapkan, usia pernikahan untuk perempuan di Bali pada usia 23 tahun, angka yang berada di bawah nasional.

“Pengalaman yang ada di Bali akan kita sharing sehingga menjadi pengetahuan bagi tiga negara yang hadir dalam SSTC ini,” kata Sarles.