Gianyar- fajarbali.com | Setelah berhenti jadi anak terminal di Terminal Ubung, Denpasar, Pasutri I Made Setianingrat (57) dan Ni Wayan Sariani (48) bekerja bersama menjadi juru parker di Pasar Yadnya, Blahbatuh. Pekerjaan menjadi Jukir di Pasar Yadnya Blahbatuh sudah dilakoni sejak 5 tahun silam.
Dituturkan Setianingrat, Minggu (8/8/2021) kemarin, selama 28 tahun sebelumnya menjadi anak terminal di Terminal Ubung. Di terminal terbesar di Bali itu, dirinya merasakan pahit getirnya kehidupan.
“Dulu di Terminal Ubung, hampir selama 28 tahun. Mengarahkan penumpang naik bus tujuan Jawa. Istilahnya au-au,” tutur Setianingrat.
Baca Juga :
Bed Occupancy Rate Rumah Sakit Swasta Penuh
Disiplin Prokes Menjadi Kunci Pemulihan Ekonomi
Selama di Terminal Ubung, suasana kehidupan keras dijalani, karena rebutan penumpang. “Berkelahi hampir setiap hari, ada genk-nya dulu. Biasa karena rebutan penumpang,” tuturnya. Karena Terminal Ubung mulai sepi, akhirnya kami pulang kampung.
Setianingrat yang memilikilima putra dengan Panca Pandawa, juga menjelaskan menjadi Jukir bersama istrinya. Dirinya mengelola lahan parkir dengan sistem kontrak.
“Jadi kami kontrak sekian tahun, nanti ada setoran ke Desa Adat selalu pengelola,” ujarnya.
Namun, Setianingrat enggan membeberkan nominal setoran tersebut. Biasanya, pasutri ini berjaga sejak subuh hingga siang hari.
“Kadang kalau sudah agak sepi, baru pulang. Ramainya biasanya di pagi hari,” jelasnya. Mengingat Pasar Yadnya sudah mulai ramai, pemasukannya juga mengalami peningkatan. (sar)