Pengendalian Stunting di Desa Klumpu Melalui Pendampingan dan Pemberdayaan Keluarga

Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2020, prevalensi balita stunting di Bali adalah sebesar 6,1%, Kabupaten Klungkung menempati 3 besar setelah Kabupaten Karangasem dan Tabanan. (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2020). Prevalensi kejadian stunting tertinggi di Provinsi Bali terjadi pada Kabupaten Klungkung mencapai 43,2 %, sehingga Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten prioritas untuk intervensi stunting.

(Last Updated On: )
EDUKASI-Pengabmas Program Pembinaan Wilayah Berkelanjutan oleh dosen dan mahasiswa Poltekkes Denpasar untuk mencegah stunting di Desa Klumpu, Nusa Penida, Klungkung, Kamis (18/7/2024).

SEMARAPURA-fajarbali.com | Temuan permasalahan kesehatan dalam Kuliah Kerja Nyata Interprofesional Education (KKN-IPE) mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes (Poltekkes) Denpasar, beberapa waktu lalu, di Desa Klumpu, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, ditindaklanjuti oleh kelompok dosen dalam Pengabdian kepada Msyarakat (Pengabmas) Program Pembinaan Wilayah Berkelanjutan.  

Pada Kamis (18/7/2024), tim dosen/pengabdi yang diketuai Dr. Drs. I Wayan Sudiadnyana, SKM., MPH. Kes., dari Jurusan Kesehatan Lingkungan, turun langsung ke Desa Klumpu untuk memberikan edukasi kepada puluhan ibu rumah tangga setempat, dengan mengundang Kepala Desa beserta jajaran, dan pimpinan/tenaga kesehatan dari UPTD Puskesmas Nusa Penida III .

Berdasarkan laporan KKN-IPE 2024, Sudiadnyana menerangkan, ditemukan 6 balita dari 63 balita (9,52%) memiliki tinggi badan sangat pendek, 5 balita (7,94%) memiliki tinggi badan pendek. Dietmukan pula ada 4 balita (6,35%) mengalami gizi buruk, 7 balita (11,11%) mengalami kekurangan gizi, 1 balita (1,59%) memiliki status gizi berlebih, dan 1 balita (1,59%) memiliki status gizi obesitas (Laporan KKN IPE, 2024).

Dari permasalahan tersebut, pengabdi berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga tentang pencegahan stunting melalui upaya preventif berupa pemberdayaan dan pendampingan keluarga untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi.

Menurut hasil analisa, ditemukan juga bahwa ibu rumah tangga di Desa Klumpu kurang pengetahuan tentang upaya mencegah stunting, soal pola hidup yang berisiko memicu anak stunting, masih rendahnya peran keluarga dalam hal mengenali upaya pencegahan stunting, serta masih rendahnya peran kader dalam menyosialisasikan upaya pencegahan stunting. Sehingga memerlukan metoda menarik dalam kegiatan pendidikan kesehatan.

“Untuk itu, kami sebagai pengabdi menerapkan strategi yang tepat dan berkelanjutan melalui interprofessional colaboration dan Interprofesional education [bagi mahasiswa yang terlibat],” jelas Sudiadnyana, di sela penyuluhan dan sosialisasi.

Upaya tersebut berupa edukasi, pemberdayaan dan pendampingan keluarga dalam upaya mengenal dan mencegah stunting. Media booklet yang digunakan didalamnya juga berisi cara pengenalan stunting dan cara pencegahannya.

Prioritas solusi penyelesaian masalah akan diprioritaskan pada pemberian pengetahuan ibu rumah tangga/keluarga dengan tahapan kegiatan pendekatan kepada Puskesmas selaku penanggung gjawab kesehatan di wilayah, pendekatan kepada tokoh masyarakat (dari tingkat desa hingga ke lingkungan), serta pendekatan kepada kader kesehatan.

Dengan memaksimalkan pengetahuan dari masyarakat tentang stunting terutama faktor-faktor yang berisiko, maka mereka akan lebih berpartisipasi melakukan upaya pencegahan dan penanganan stunting di Desa Klumpu. “Kegiatan ini akan terus kami lakukan berkelanjutan. Diawali dari delapan bulan pertama,” imbuhnya.

Lebih lanjut, kata Sudiadnyana, terjadinya stunting disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian asupan makanan yang kurang memadai, pemberian ASI (Air Susu Ibu), penyakit infeksi dan faktor lingkungan.

Pengabdi diterima Kepala Desa/Perbekel Klumpu.

Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2020, prevalensi balita stunting di Bali adalah sebesar 6,1%, Kabupaten Klungkung menempati 3 besar setelah Kabupaten Karangasem dan Tabanan. (Profil Kesehatan Provinsi Bali, 2020). Prevalensi kejadian stunting tertinggi di Provinsi Bali terjadi pada Kabupaten Klungkung mencapai 43,2 %, sehingga Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten prioritas untuk intervensi stunting.

Di wilayah Kecamatan Nusa Penida khususnya Puskesmas Nusa Penida III, merupakan puskesmas dengan pelayanan kesehatan bayi terendah sekitar 90,6 %. (Dinkes Kab. Klungkung, 2022) Pemberdayaan dan pendampingan keluarga membutuhkan media edukasi untuk dapat mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang.

Dilakukan advokasi kepada Kepala Desa Klumpu untuk persiapan kegiatan memberikan edukasi tentang pengenalan ciri-ciri stunting dan upaya untuk mencegahnya di wilayah Desa Klumpu.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa booklet signifikan berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan ibu dalam pencegahan stunting (Khoiriyah, R. 2020). Pre dan post test dilaksanakan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu rumah tangga sebelum dan setelah perlakuan.

Kegiatan pengabdian tersebut mendapatkan sambutan hangat dari Prebekel Desa Klumpu I Ketut Biasa. Dengan bergabungnya Poltekkes Denpasar, diharapkan persoalan stunting bisa tertasi di desanya. Terlebih Nusa Penida telah menjadi destinasi pariwisata dunia yang secara tidak langsung menuntut sumber daya manusia yang sehat.

Sudiadnyana dibantu oleh anggota, di antaranya; Dr. Agus Sri Lestari Skep. Ns.Merg (Keperawatan) Ni Komang Erny Astiti, SKM., M. Keb. (Kebidanan) I Made Suarjana, SKM., M.Kes. (Gizi) I Made Budi Artawa S.Si.T, M.Kes. (Kesehatan Gigi) Heri Setiyo Bekti, S.ST., M.Biomed. Selain itu juga melibatkan sejumlah mahasiswa dari semua jurusan yang ada di Poltekkes Denpasar.

 

 

Next Post

Tanamkan Empati pada Gen Z, Penutupan MPLS Teknaska Kunjungi Anak Korban Penelantaran Orangtua

Kam Jul 18 , 2024
Kunjugan ini sekaligus menyiratkan pesan bagi peserta didiknya untuk menghindari seks bebas, serta fokus bejalar demi meraih masa depan yang cerah.
SAYANGI1

Berita Lainnya