DENPASAR-fajarbali.com | Kemendukbangga/BKKBN --- Dalam rangka menyemarakkan Puncak Pekan Merah Putih Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA), Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Bali bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menggelar pendampingan ke TPA WISH (Warmadewa Independent Shining School) dan TPA Central Bali Denpasar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pelaksanaan serentak tingkat nasional memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen meningkatkan kualitas layanan pengasuhan anak usia dini.
Kegiatan ini telah berlangsung secara maraton pada 16–23 Agustus 2025 dan menjangkau delapan titik TPA di seluruh kabupaten/kota di Bali.
Pendampingan diarahkan untuk memastikan penerapan stimulasi dini, edukasi karakter, sanitasi lingkungan, hingga peningkatan kapasitas pengasuh TPA sesuai standar Taman Asuh Sayang Anak, salah satu quick wins Kemendukbangga/BKKBN.
Anggota Tim Kerja Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga, Novi Suryani, mewakili Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali menyampaikan bahwa langkah intensifikasi pendampingan ini sangat penting untuk memastikan anak-anak di Bali mendapatkan pengasuhan yang aman, sehat, dan stimulatif sesuai masa emas pertumbuhan otak.
“Melalui program TAMASYA kami ingin anak-anak tumbuh optimal, tidak hanya dari sisi kecerdasan, tetapi juga karakter, kesehatan fisik, serta kesiapan sosial dan emosional untuk menghadapi tantangan di masa depan,” ujarnya.
Dalam setiap sesi pendampingan, tim memberikan asistensi teknis mengenai penyusunan jadwal bermain, penerapan stimulasi sesuai usia (0–5 tahun), pencegahan screen time berlebih, dan penguatan peran pengasuh dalam membentuk kebiasaan baik sejak dini.
Tim juga melakukan observasi sarana-prasarana, serta menyerahkan alat permainan edukatif (APE Kit) sebagai dukungan operasional TPA.
Pentingnya Stimulasi Dini
UNICEF menekankan bahwa masa usia dini (0–5 tahun) merupakan periode emas perkembangan otak anak, di mana 90 persen struktur dan koneksi otak terbentuk pada rentang waktu tersebut. Artinya, stimulasi yang diberikan pada fase ini akan sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak di masa depan.
Salah satu bentuk stimulasi terbaik adalah melalui aktivitas bermain. Bermain bukan sekadar untuk bersenang-senang, melainkan sarana belajar bagi anak. Saat anak bermain, terutama permainan yang melibatkan gerak tubuh, otot-otot kasar dan halus mereka terlatih sehingga kemampuan motorik dan koordinasi tubuh berkembang optimal.
Selain itu, saat bermain bersama teman atau orang tua, anak belajar giliran, bekerja sama, mengelola emosi, serta berkomunikasi — yang semuanya berkontribusi pada pembentukan keterampilan sosial-emosional.
Kementerian Kesehatan RI bahkan mencatat anak yang rutin terlibat dalam aktivitas bermain aktif memiliki risiko 30 persen lebih rendah mengalami obesitas serta gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi di kemudian hari.
Dengan kata lain, bermain bukan hanya penting untuk kecerdasan dan karakter, tetapi juga menjadi fondasi kesehatan fisik dan mental anak jangka panjang.
Pekan Merah Putih: Edukasi Lewat Ceria
Digelar pada 11–14 Agustus 2025, Pekan Merah Putih TAMASYA yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dipenuhi ragam kegiatan edukatif dan menyenangkan seperti mendongeng, senam ceria, mewarnai pahlawan nasional, hingga permainan tradisional nusantara.
Di Bali sendiri, kegiatan Pekan Merah Putih Tamasya dilaksanakan pada 13 Agustus 2025 di TPA Negeri Gianyar dalam bentuk kegiatan Lomba Kreativitas Anak Ceria di Taman Asuh Sayang Anak.
Berbagai lomba permainan edukatif dan ketangkasan anak digelqr, seperti menyusun puzzle, memasukkan bola ke dalam keranjang dan masih banyak lagi lomba lain yang bertujuan mengasah kreativitas dan ketangkasan anak.
Puncaknya berlangsung pada Selasa (19/8/2025), di Auditorium Kemendukbangga/BKKBN Jakarta dengan penampilan marching band anak, pentas seni, serta penyerahan APE Kit untuk TPA dan Sekolah Inklusif Aluna.
Panduan Orang Tua di Era Digital
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa stimulasi tepat pada masa emas dapat meningkatkan kecerdasan kognitif hingga 25 persen, memperbaiki kemampuan bahasa serta mengoptimalkan regulasi emosi anak.
“Kami ingin anak-anak tumbuh bukan hanya pintar, tetapi juga nasionalis, sehat fisik, dan berempati tinggi. Inilah modal bangsa yang tak ternilai,” tegas narasumber dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A MPH, CEO Tentang Anak.
Orang tua diimbau membatasi screen time anak:
▪︎ 0–18 bulan: hanya video call dengan keluarga
▪︎ 18–24 bulan: edukasi bersama pendamping
▪︎ 2–5 tahun: maksimal 1 jam/hari, konten edukatif dan interaktif
▪︎ 6 tahun ke atas: dibimbing penggunaan ponsel secara bijak
Orang tua perlu memperhatikan konten dan konteks (kesesuaian usia, bahasa, nilai budaya), mendampingi anak saat menonton (co-viewing) agar tetap terjalin interaksi sosial, menghindari penggunaan layar saat makan dan sebelum tidur, serta mengombinasikan screen time dengan media lain seperti buku, mainan, dan aktivitas non-gawai.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, menyatakan bahwa anak-anak adalah masa depan bangsa, termasuk anak-anak inklusif atau berkebutuhan khusus. Karena itu, melalui program (TAMASYA) Kemendukbangga/BKKBN berkomitmen memberikan pengasuhan berkualitas bagi semua anak tanpa terkecuali.
“Di era digital saat ini, gawai seperti telepon seluler/gadget telah menjadi anggota keluarga baru. Untuk itu, kami mengimbau agar penggunaannya dibatasi secara bijak guna mencegah dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak," ujar Wihaji.
"Ke depan, kami akan terus memastikan keberlanjutan program TAMASYA sebagai upaya strategis mencetak generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter," pungkasnya.