Pembakaran Sampah Diprotes Bule, Pembangunan Pengolahan Tertunda, Sampah Meluber ke Pantai

(Last Updated On: 28/03/2018)

SEMARAPURA-fajarbali.com | Prestasi sebagai juara II desa sadar lingkungan tahun 2017, Desa Takmung, Kecamatan Klungkung kini ‘ternoda’. Lantaran permasalahan sampah dikeluhkan oleh warganya.

Rainer Gloeckner warga berdarah Jerman yang sudah menerap di Dusun Sidayu Nyuhaya ini bersurat ke Kantor Desa Takmung. Ia memprotes, pemkabaran sampah di sekitar lingkungan rumahnya. Hal ini dikhawatirkan mencemari lingkungan dan merusak kesehatan.

Dalam surat protes yang dilayangkannya, Rainer mengungkapkan tumpukan sampah di sekitar kediamannya bukanlah hal baru. Masalah muncul saat sampah-sampah tersebut mulai dibakar. Asapnya menyebabkan warga tidak nyaman. Ditambah lagi dengan aroma sampah yang tertiup angin. Ironisnya, kondisi demikian sudah terjadi selama bertahun-tahun. Bahkan, lapangan volli yang kerap dimanfaatkan oleh anak-anak pun selalu diselimuti sampah dan asap.

“Itu sangat berbahaya untuk kesehatan. Setiap ada asap warga sekitar sampai menutup jendela dan semua pintu, bahkan saya tidak mengijinkan anak-anak untuk bermain di luar rumah,” ungkap Rainer dalam suratnya.

Melihat kondisi demikian, Rainer sebenarnya tidak hanya diam. Ia mengaku sudah memasang papan larangan. Tapi kurang diindahkan oleh warga yang terus membuang dan membakar sampah. Tak hanya itu, ia juga sudah mendatangi Kadus Sidayu Nyuhaya dan Sidayu Tojan untuk membahas solusi.  Namun, belum membuahkan hasil. Pihaknya justru diminta bersabar, menunggu realisasi bank sampah di Dusun Nyuhaya.

Menanggapi permasalahan ini, Rabu (28/3/2018) Perbekel Takmung, I Nyoman Mudita menyampaikan, sampah memang masih menjadi masalah utama di desanya. Sebagai solusi, sejak tahun 2014 pihaknya sudah berencana membangun tempat pengolahan sampah. Sebagai pendukung program, ia telah berkoodinasi dengan masyarakat setempat dan mengajukan permohonan pemanfaatan lahan milik Provinsi Bali seluas 28 are. Usulan inipun telah disetujui.

Sayangnya, saat pembangunan siap direalisasikan, sejumlah tokoh masyarakat justru menyampaikan penolakan. Dengan alasan dikhawatirkan menimbulkan bau tak sedap dan menodai kesucian pura. Hingga kini belum ada titik temu. Akibatnya, masalah sampah tak tertangani. Sedangkan warga terus membuang dan membakar sampah yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari pesisir Pantai Sidayu. “Akhirnya beginilah jadinya, sampah meluber sampai ke pantai, pantai terkesan kumuh tidak terawat,” ujar Mudita.

Agar masalah ini tak berlarut-larut, Mudita pun berencana kembali akan berkoordinasi dengan warganya. Agar pembangunan tempat pemilahan dan pengolahan sampah disetujui. Apalagi desanya pernah meraih  juara II desa sadar lingkungan tahun 2017 lalu.  Sedangkan terkait keluahan dari Rainer Gloeckner, kadus setempat telah diminta untuk mengawasi dan menginformasikan agar warga tidak membakar sampah lagi. (dia)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Upah tak Dibayar, Ratusan Pekerja Proyek di Pengambengan Protes

Rab Mar 28 , 2018
Dibaca: 21 (Last Updated On: 28/03/2018)NEGARA- fajarbali.com | Ratusan pekerja proyek pembangunan kampus Politeknik Kelautan dan Perikanan di Desa Pengambangen Kecamatan Negara, protes, Rabu (28/3/2018).  Save as PDF

Berita Lainnya