https://www.traditionrolex.com/27 Pelestarian Joged hingga Sejarah Tanjung Benoa di BMN III 2018 - FAJAR BALI
 

Pelestarian Joged hingga Sejarah Tanjung Benoa di BMN III 2018

(Last Updated On: 07/04/2018)

DENPASARfajarbali.com | Para penonton setia di Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) Bali Mandara Nawanatya III 2018, Jumat (6/4/2018) malam disuguhkan penampilan apik para seniman muda asal SMPN 1 Sukawati dan SMPN 3 Kuta Selatan sebagai pembuka Bulan Janger.

Mereka menampilkan kreasi janger yang mengajak masyarakat melestarikan joged sebagai warisan budaya adiluhung. Di sisi lain juga ditampilkan sejarah awal mula Tanjung Benoa, sehingga penonton diajak mengenal akulturasi antara Bali, Jawa, dan Tionghoa.

Tampil pertama, SMP Negeri 1 Sukawati menampilkan janger kreasi berjudul “Dalem Sangut Adu Ide”. Janger-dolanan yang mengangkat kisah Dalem dan Sangut itu sama-sama memiliki sanggar joged. Diceritakan, saat adu tarian, para penampil digambarkan sedang menunjukkan joged senonoh dan menyimpang dari pakemnya. Joged “jaruh” pun kian meresahkan.

“Kisah ini kami jadikan sebagai alur penampilan, sebab bermula dari kekhawatiran kami teradap merebaknya joged jaruh yang kian meresahkan masyarakat,” ujar pembina SMPN 1 Sukawati I Wayan Wiryawan. 

Pria yang mengampu tugas pembina tabuh itu pun mengaku jika mengkreasikan janger dengan dolanan adalah hal yang dianggap sah-sah saja. “Seni itu tidak kaku, jadi kami kreasikan dengan dolanan agar persembahan kami dapat menyatu dengan penonton,” terangnya.

Tak disangka, guyonan Dalem dan kawan-kawan yang ditampilkan SMP Negeri 1 Sukawati (Suspensa) pun mengundang gelak tawa penonton yang memenuhi area Natya Mandala Taman Budaya Denpasar. Seusai melihat persembahan dari bumi seni Gianyar, penonton pun diajak ke Bali selatan. 

Berikutnya SMPN 3 Kuta Selatan menampilkan janger kreasi tentang asal mula Tanjung Benoa. Tanjung Benoa adalah wilayah di Badung selatan yang merupakan akulturasi antara Bali, Jawa, dan Tionghoa.

Diceritakan pula Tanjung Benoa merupakan tanah yang diperebutkan. Namun berawal dari perebutan wilayah itu, akhirnya tiga etnis tersebut memutuskan bersatu dalam mengusir kolonialisme penjajah Belanda di Tahun 1750. Pada kesempatan itu, SMPN 3 Kuta Selatan berhasil menampilkan sejarah yang dikemas dalam bentuk janger.

“Kami ingin masyarakat tahu terkait asal mula wilayah Tanjung Benoa melalui penampilan yang kami persembahkan,” terang I Nyoman Nircaya. Nircaya yang juga pegiat seni dan pengampu Sanggar Segara Madu itu pun menyatakan penampilan Jumat (6/4/2018) malam adalah kolaborasi antara SMP Negeri 3 Kuta Selatan dan Sanggar Segara Madu. “Ini persembahan kolaborasi yang kami siapkan selama satu bulan namun intensifnya itu pada dua minggu terakhir ini,” ucapnya. 

Meski waktu latihan tergolong singkat, SMPN 3 Kuta Selatan pun sukses memukau penonton dengan persembahannya yang kaya akan akulturasi budaya. Tentunya, inilah yang menjadi harapan Nircaya dan masyarakat lainnya, bahwa perbedaan bukanlah sekat pemisah melainkan sarana untuk memersatukan bangsa. “Kita ingin menyadarkan masyarakat yang masih berpikir rasis atau radikal, bahwa perbedaan yang diciptakan Sang Pencipta bukanlah pemecah belah Bangsa, namun inilah yang menyatukan Indonesia hingga detik ini,” tutupnya. (Eka)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Touring Mobil Classic PPMKI Bali, '13th Years Still Classic'

Sab Apr 7 , 2018
Dibaca: 8 (Last Updated On: 07/04/2018)MANGUPURA–fajarbali.com | Sebanyak 206 pemilik mobil klasik telah mendaftarkan diri untuk mengikuti touring selama satu hari penuh, dalam rangka memeriahkan HUT ke 13 Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) Bali dengan tema ’13th Years Still Classic’.  Save as PDF

Berita Lainnya