BANGLI-fajarbali.com | Pasca semburan belerang yang terjadi di kawasan Danau Batur, Kintamani benar-benar telah membuat para petani ikan yang selama ini mengandalkan dari budidaya ikan nila menjadi ketar-ketir. Pasalnya, fenomena alam yang merupakan siklus tahunan tersebut telah menyebabkan ribuan ikan, baik ikan liar maupun ikan yang dipelihara dengan system Keramba Jaring Apung (KJA) mati secara sporadis.
Dampaknya, para petani ikan mengalami kerugian mencapai puluhan hingga ratusan juta. Atas kondisi tersebut, para petani setempat berharap perhatian lebih dari pemerintah, baik daerah, propinsi maupun pusat untuk bisa memfasilitasi meringankan beban kredit perbankkan yang ditanggung sejumlah petani. Termasuk pemberian subsidi bibit maupun subsidi pakan saat bencana melanda.
Salah satu pembudidaya ikan Danau Batur, Ketut Wania yang juga Ketua Asosiasi Pelaku Perikanan (APP) Kabupaten Bangli menyebutkan, sejatinya dampak fenomena semburan belerang telah menyebabkan kematian ikan mencapai 32 ton lebih.
“Ada sebanyak 771 Kepala Keluarga (KK) yang selama ini sebagai pelaku pembudidaya ikan dan semuanya terdampak semburan belerang,” ungkapnya saat dikonfirmasi Kamis (19/8/2021).
Yang mana, lanjut dia, rata-rata kerugian yang diderita para petani, minimal mencapai Rp 50 juta hingga ada yang mencapai Rp 200 juta.
Baca juga :
Permintaan Darah Meningkat, PMI Bali Ajak Masyarakat Berdonor
Kasus Positif Turun Ditengah Perpanjangan PPKM Level 4, Kasus Kematian Meningkat
Karena itu, pihaknya sangat berharap ada perhatian lebih dari pemerintah. Ketut Wania juga mengakui, selama ini baru Pemkab Bangli yang memberikan perhatian berupa pemberian 200 paket sembako pasca semburan belerang terjadi. Hanya saja, jumlahnya masih sangat minim.
“Sejauh ini, memang sudah ada perhatian berupa paket sembako dari daerah. Namun belum bisa mengkaver 100 persen petani yang terdampak. Jumlah itu, masih sangat jauh. Padahal kami harapkan agar bantuan sembako bisa merata diberikan kepada para petani yang terdampak,” jelasnya.
Sementara dari Propinsi, lanjut dia, sama sekali belum ada realisasi bantuan apapun. Dalam hal ini, kepada pemerintah Propinsi dan Pusat diharapkan bisa memfasilitasi memberikan keringanan dalam pembayaran kredit bank.
“Bantuan yang kami harapkan, tidak semata-mata bantuan lunak. Karena kami sadari, sebagai pelaku usaha tentu ada untung ruginya. Kami berharap ada kemudahan untuk melanjutkan usaha. Mengingat sekitar 70-80 persen pembudidaya ikan berhubungan dengan bank untuk memulai usaha. Sehingga diharapkan peran pemerintah bisa memfasilitasi kepada perbankkan untuk diberikan kemudahan. Semisal, diberikan perpanjangan pembayaran kredit, termasuk kemudahan mendapat modal usaha,” bebernya.
Selain itu, pihaknya juga meminta agar diberikan pembinaan khusus terhadap para pembudidaya dalam menangani bencana.
“Walaupun kita sudah tahu betul, kapan dan dimana akan terjadi semburan belerang. Setidaknya tetap ada pembinaan, agar diketahui bagaimana ketar-ketirnya kita melakukan usaha di danau Batur,” ujarnya.
Berikutnya, pihaknya juga berharap untuk bisa mengembalikan kegairahan petani memulai usahanya kembali, agar diberikan subsidi benih dan pakan.
“Selama ini, subsidi benih dan subsidi pakan belum pernah ada. Kami tidak menuntut seterusnya ada subsidi, namun paling tidak saat bencana saja sudah cukup,” tandasnya.
Untuk diketahui, sejauh ini semburan belerang di Danau Batur sudah mereda sejak seminggu terakhir. Kondisi danau Batur disampaikan juga sudah kembali normal. Karena itu, ditekankan kembali untuk menggairahkan para petani untuk memulai usahanya lagi, keringanan dari perbankkan dan pemberian subsidi sangat diperlukan. (ard)