Orang Tua Perlu Awasi Anak Agar Tak Berlebihan Gunakan Internet Saat Pandemi

DENPASAR - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Di tengah merebaknya kasus penyebaran virus corona (Covid-19) yang terjadi akhir-akhir ini, ternyata membawa dampak tersendiri bagi sektor pendidikan di Indonesia. Penyebaran virus corona yang begitu cepat dan bahkan telah merenggut korban jiwa tersebut, jelas mengundang kekhawatiran bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), juga dari kalangan orang tua siswa maupun peserta didik.

 

 

Dengan diselenggarakan belajar berbasis daring dari rumah membuat proses pembelajaran masih tetap berjalan. Namun muncul kekhawatiran bagi orang tua bila anaknya menggunakan internet secara berlebihan.

 

Menurut dokter anak RSUP Sanglah dr. I.G.A. Sugitha Adnyana, SpA (K), orang tua perlu membuat kesepakatan bersama anak agar tidak berlebihan menggunakan internet saat belajar dari rumah. "Sebaiknya orang tua membuat kesepakatan dengan anak, karena anak juga harus bersosialisasi dengan keluarga, melakukan kegiatan perilaku sehat dan bersih, serta waktu ibadah. Orang tua harus menentukan kapan anak dapat melakukan akses internet dan apa saja konten yang bisa diakses itu penting," ujarnya, Minggu (26/4/2020).

 

Berbicara soal era digital, Adnyana menjelaskan, teknologi memberikan keuntungan terutama untuk anak di situasi pandemi seperti sekarang ini. Namun, ada hal yang harus diperhatikan dan dampak yang harus diantisipasi. Dia menyebutkan, sebagian besar anak dan remaja saat ini memiliki akses ke perangkat seluler.

 

"Di antara anak dan remaja yang menggunakan perangkat cerdas itu mendapat akses internet yang digunakan untuk media sosial, bermain game online atau menonton film streaming. Sehingga, Indonesia salah satu negara dengan jumlah anak pengguna internet terbanyak," katanya.

 

Adnyana menambahkan, bahwa anak-anak dan remaja dapat menghabiskan lima jam dalam sehari untuk mengakses internet saat bukan hari libur, dan tujuh jam sehari pada hari libur. Angka ini diyakini meningkat saat pandemi seperti pada saat ini. Dengan tinggi penggunaan internet pada anak, Adnyana mengungkapkan, dapat menempatkan anak sebagai objek kegiatan orang dewasa, dan sebagai pelaku atau pun korban.

BACA JUGA:  Badung Bakal Rekrut Tenaga Tracer

 

Tingginya paparan terhadap internet, menurut dia juga meningkatkan risiko anak terkait agresi kekerasan terhadap diri sendiri. Anak juga terpapar kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang berujung pada eksploitasi terhadap anak, bukan hanya eksploitasi untuk mendapat keuntungan, tetapi juga komersial, seperti pornografi.

 

Pengaturan pembatasan penggunaan pada aplikasi juga perlu dilakukan. Penyedia platform juga sebaiknya memiliki pengaturan untuk dapat memberikan kontrol kepada orang tua terhadap akun anak. Salah satunya, aplikasi Tiktok yang menghadirkan fitur Family Pairing yang menghubungkan akun orang tua dengan akun anak remaja mereka.

 

"Bagi orang tua tidak ada kata telat, terlambat atau gaptek. Mari belajar internet agar bisa mendampingi anak dan jadilah pendengar bagi anak remaja, baik itu online atau offline, baik cerita permasalahannya sehari-hari, atau yang menyenangkan," ujar Adnyana. (dar).

Scroll to Top