https://www.traditionrolex.com/27 Merugikan Kesehatan, Setop Gunakan Styrofoam Untuk Makanan - FAJAR BALI
 

Merugikan Kesehatan, Setop Gunakan Styrofoam Untuk Makanan

(Last Updated On: 30/08/2020)

DENPASAR – fajarbali.com | Menggunakan styrofoam sebagai wadah makanan dianggap sebagai hal yang praktis dan murah. Padahal, kampanye bahaya styrofoam terhadap kesehatan manusia sudah lama digaungkan. Bahkan alternatif wadah makanan yang lebih aman pun sudah banyak dijual di pasaran.

Styrofoam sendiri adalah nama populer dari extruded polysyrene foam (APS) atau busa polistiren yang diekstrusi. Styrofoam terbuat dari polistiren, yakni zat kimia yang sifatnya ringan serta bisa berbentuk cair maupun diproses menjadi busa padat. Secara komersial, styrofoam banyak dimanfaatkan untuk melapisi koper hingga maupun papan seluncur.

“Dalam kehidupan sehari-hari pun, kita mungkin sering menjumpai piring, mangkuk, maupun gelas berbahan styrofoam yang terasa ringan dan tidak tembus air. Walaupun praktis, namun penggunaan styrofoam sangat berbahaya untuk kesehatan. Bahaya styrofoam datang dari zat kimia bernama stirena yang digunakan untuk membentuk wadah. Stirena (styrene) adalah komponen utama penyusun styrofoam dan zat inilah yang merupakan cikal-bakal pembentuk polistirena. Zat stirena sendiri bila masuk ke dalam tubuh manusia akan menjadi racun dan akan menyebabkan gangguan pada sistem endokrin dan juga sistem reproduksi,” ungkap praktisi kesehatan, dr. Karlina Lestari saat dihubungi, Minggu (30/8/2020).

Selain stirena, lanjut dr Karlina, styrofoam juga mengandung dua zat kimia lainnya, yakni butil hidroksi toluena dan klorofluorokarbon (CFC). Efek kedua bahan ini untuk kesehatan manusia mungkin tidak terlalu berbahaya dan merusak seperti halnya stirena. Namun keduanya merupakan zat kimia penyumbang kerusakan lingkungan yang cukup parah.

“Butil hidroksi toluena adalah salah satu jenis plasticizer alias zat yang memberi sifat kokoh pada plastik, sehingga styrofoam tidak mudah rusak atau robek. Penambahan butik hidroksi toluena mengakibatkan styrofoam tidak bisa terurai secara alami, setidaknya hingga 500 tahun ke depan. Sementara itu, CFC merupakan zat polutif yang dapat menipiskan lapisan ozon. Beberapa perusahaan pembuat styrofoam memang sudah tidak memasukkan CFC dalam bahan baku. Namun biasanya masih ada hidrofluorokarbon yang juga dapat mengakibatkan lubang di lapisan ozon dan memicu pemanasan global,” jelasnya.

dr Karlina menyarankan sebisa mungkin pilihlah wadah makanan selain styrofoam. BPOM tetap menghimbau masyarakat untuk melakukan langkah preventif dalam mengurangi bahaya styrofoam akibat paparan zat beracun yang ada di dalamnya, yaitu dengan tidak menggunakan styrofoam untuk makanan panas, asam, maupun berlemak atau berminyak. “Bila memungkinkan, gunakan wadah makanan alternatif pengganti styrofoam, misalnya yang berbahan kaca ataupun plastik yang lebih aman untuk kesehatan,” tutupnya. (dar).

 

 

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Pangsa Pasar Jambu Budeng Menjanjikan

Ming Agu 30 , 2020
Dibaca: 19 (Last Updated On: 30/08/2020)NEGARA – fajarbali.com | Guna mendukung pemanfaatan buah lokal sebagai salah satu media peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di pedesaan, Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan mengunjungi salah satu desa yang terkenal akan buah jambunya yakni Desa Budeng, Sabtu (29/8/2020).   Save as PDF

Berita Lainnya