GIANYAR – fajarbali.com | Walau keadaan darurat telah diberlakukan di Bali, sejumlah nelayan di Pantai Gumicik tetap melaksanakan aktifitas melaut. Hal ini karena nelayan tradisional yang menggunakan perahu kecil dan hanya dilaksakan sendirian, sehingga tidak bersinggungan dengan kerumunan. Nelayan ini menangkap ikan dengan jarring berangkat dinihari dan kembali sekitar pukul 07.00 Wita.
Seperti suasana nelayan Selasa (17/3/2020) sebanyak 30 nelayan Pantai Gumicik, Banjar Gumicik, Desa Ketewel melaut sejak dini hari. Salah satu pemerhati dan penjual ikan goreng kering, Wayan Puja menyebutkan sekitar 30 nelayan melaut. “Mereka bukannya tidak terpengaruh kondisi darurat, namun aktifitas mereka tunggal di tengah laut, sehingga melaut seperti biasa,” jelas Wayan Puja. Sedangkan hasil tangkapan sejak sepekan lalu meningkat, sehingga nelayan bisa menikmati manfaat ekonomi atau rupiah.
Sekitar pukuk 07.00 Wita, saat nelayan kembali dari melaut sudah langsung diserbu warga Ketewel dan dari desa lainnya untuk mendapatkan ikan segar. “Ya pak, begitu nelayan mendarat langsung diserbu warga, untuk mendapatkan ikan segar,” jelas Wayan Puja yang juga ikut memburu ikan segar untuk di goreng kering. Sedangkan tangkapan ikan jenis ikan teri, sebesar dua jari atau sering disebut ikan anyar Gumicik atau Be Tamban.
Warga biasanya membeli dengan harga 15-20 ribu per kilogramnya atau sebungkus tas kresek mini. Ikan ini tidak sampai dijual ke pasar, sudah habis saat nelayan mendarat. “Ikan ini sangat digemari, gurih dan renyah. Apalagi saat ini situasi darurat, ikan ini menjadi pilihan favorit warga, dan warga desa lain juga berburu ikan segar kesini, seperi dari Batubulan, dan Guwang,” tambahnua. Nelayan Gumicik yang terdaftar sebanyak 175 nelayan, namun sebagiannya sekitar 30 nelayan masih aktif melaut.W-010