MANGUPURA-fajarbali.com | Upacara akademik Wisuda ke-99 Universitas Pendidikan Nasional atau Undiknas University, Senin (3/11/2025) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, terasa spesial karena dihadiri langsung Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) RI, Meutya Viada Hafid.
Para wisudawan/wisudawati dan pendamping tampak antusias menyimak paparan Menteri Meutya dalam bentuk orasi ilmiah. Informasi dan pengalaman yang disampaikan menteri perempuan itu, dinilai inspiratif alias "daging" semua.
Meutya menegaskan kepada wisudawan bahwa, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukan satu-satunya indikator keberhasilan lulusan perguruan tinggi. Namun lulusan perguruan tinggi dituntut adaptif terhadap kehidupan, teknologi dan lingkungan.
"Adaptasi sangat diperlukan untuk merespon paradigma digital yang berkembang sangat pesat. Terlebih Indonesia memegang peran penting dalam pergerakan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara," jelas Meutya.
Untuk itu, ia mengajak generasi muda untuk siap menghadapi era kecerdasan buatan (AI) dengan semangat belajar, etika, dan empati.
Meutya menegaskan bahwa generasi muda adalah penggerak masa depan digital Indonesia.
“Kita menghadapi era yang sangat menantang, tetapi juga penuh peluang. Indonesia berpotensi menjadi kekuatan utama ekonomi digital di Asia Tenggara, dengan nilai ekonomi digital yang diperkirakan mencapai lebih dari 200 miliar dolar AS pada 2030,” ujarnya.
Peluang dan Tantangan Dunia Kerja Baru
Meutya menyoroti perubahan besar di dunia kerja akibat pesatnya perkembangan teknologi digital dan AI. Sepanjang 2025–2034, profesi seperti big data specialist, fintech engineer, serta AI dan machine learning engineer akan banyak dicari. Sementara itu, pekerjaan administratif diperkirakan akan banyak tergantikan.
“Secara global, sekitar 170 juta jenis pekerjaan baru akan muncul hingga 2030, namun 92 juta pekerjaan juga akan tergantikan oleh otomatisasi dan kecerdasan buatan,” kata Meutya.
Adopsi AI di Indonesia
Meutya juga memaparkan bahwa tingkat adopsi dan kepercayaan terhadap AI di Indonesia tergolong tinggi. “Sekitar 92 persen pekerja kantoran dan 80 persen generasi muda, terutama Gen Z, telah menggunakan AI, meski sebagian besar masih untuk kebutuhan dasar, belum untuk sektor produktif seperti pertanian, perikanan, atau manufaktur,” tuturnya.
Komindigi Siapkan Ekosistem AI Nasional
Sebagai kementerian yang membidangi teknologi digital, Komindigi terus menyiapkan fondasi kuat bagi pengembangan AI di Indonesia.
“Kami memastikan akses internet cepat dan terjangkau, membangun ekosistem AI nasional, serta mendorong kolaborasi lintas sektor agar teknologi ini menjadi kekuatan bagi bangsa,” jelas Meutya.
Etika dan Nilai Moral di Tengah Kemajuan Teknologi
Di hadapan wisudawan, Meutya menekankan pentingnya nilai moral dan etika dalam menghadapi revolusi AI. Ia menilai Bali sebagai tempat yang tepat untuk menyampaikan pesan tersebut.
“Ketika teknologi secanggih kecerdasan buatan hadir, kita harus menjaga agar tidak kehilangan arah moral. Budaya Bali yang sarat nilai saling menghormati menjadi pengingat bahwa teknologi harus dijalankan dengan empati dan beretika. Teknologi ada untuk membantu manusia, bukan menggantikannya,” ujarnya.
Ia mengingatkan para lulusan untuk terus belajar dan beradaptasi. “Karena teknologinya semakin pintar, kita pun harus lebih pintar. Jangan berhenti belajar, dengarkan banyak orang, dan terus berinovasi,” katanya.
Menutup orasi ilmiah, Meutya berpesan agar para wisudawan tidak takut menghadapi perkembangan AI.
“Jangan takut terhadap AI, tapi waspada. Gunakan secara bijak dan beretika. Kami di Komindigi membangun jaringan dan konektivitas bukan hanya untuk kemajuan teknologi, tetapi juga untuk memastikan manfaatnya membawa kebaikan,” ujar Meutya.
Ia pun mengucapkan selamat kepada para wisudawan dan wisudawati Undiknas. “Boleh berbangga, tapi jangan lupa bekerja keras lagi. Selamat untuk seluruh wisudawan dan wisudawati Undiknas,” tutupnya.
Senada dengan Menkomdigi, Rektor Undiknas University, Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, ST., S.Sos., MM., IPM., ASEAN.Eng., mengaku telah melakukan berbagai upaya agar lulusannya adaptif agar dengan mudah diterima dunia industri dan usaha.
Pimpinan Undiknas University, menurut rektor, sudah memikirkan perkembangan teknologi jauh sebelum lahirnya Artificial Intelegensi (AI) atau kecerdasan buatan. Salah satu implementasinya adalah "smart classroom".
Bahkan, kelas perkuliahan berbasis teknologi ini, diterapkan sebelum Pandemi Covid-19. Sehingga, saat pendemi, Undiknas University tidak kelabakan dalam melaksanakan perkuliahan, karena sudah beradaptasi sebelumnya dengan kemajuan teknologi.
Prof. Sri Subawa memastikan, 166 wisudawan Undiknas, 90 wisudawan Sekolah Tinggi Farmasi Mahaganesha, dan 28 Insinyur yang dilepas juga telah dibekali ilmu dan kemampuan berwirasaha. Semua itu diharap linear dengan semangat "Kampus Berdampak" yang kini digulirkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi RI.
Diakuinya, pendidikan tinggi di Indonesia sedang mengalami transformasi yang cukup signifikan yang mencakup peningkatan digitalisasi, kolaborasi lintas disiplin ilmu, dan penguatan ekosistem inovasi.
Ia melanjutkan, Undiknas bukan hanya tempat belajar dan melaksanakan penelitian, tetapi juga sumber inspirasi dan menemukan solusi terbaik bagi masyarakat Kampus Berdampak dan menegaskan bahwa ilmu pengetahuan diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat.
"Kepada adik-adik, saudara wisudan/wisudawati, kami ucapkan selamat dan sukses. Ingat ini bukan akhir, melainkan awal perjuangan saudara dalam memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan masyarakat luas," jelasnya.
Rektor meyakini kehadiran Menteri Meutya menjadi suplemen luar biasa bagi lulusannya, sehingga lebih percaya diri menghadapi kompetisi dunia kerja. Pihaknya mengapresiasi serta berterima kasih atas kehadiran Menteri Meutya.
Ia pun memegang komitmen sejalan dengan semangat yang digaungkan oleh Kementerian Sains dan Pendidikan, Undiknas tidak hanya berperan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan dan penelitian, tetapi juga sebagai sumber inspirasi serta pusat lahirnya solusi terbaik bagi masyarakat.
"Kami meyakini bahwa ilmu pengetahuan tidak seharusnya berhenti di ruang kelas dan laboratorium. Lebih dari itu, ilmu harus menjadi kekuatan yang membawa manfaat nyata bagi kehidupan. Oleh karena itu, Undiknas secara konsisten berupaya menghadirkan kebermanfaatan melalui berbagai program kolaboratif yang berdampak langsung pada masyarakat," pungkas Prof. Sri Subawa.










