https://www.traditionrolex.com/27 Matatah Massal di Desa Adat Batuan, Diikuti Satu Turis Jerman - FAJAR BALI
 

Matatah Massal di Desa Adat Batuan, Diikuti Satu Turis Jerman

“Very important even,” ungkapnya. Iris melalui pemandunya, I Ketut Jaya mengatakan tertarik menekuni dunia spiritual bahkan sejak usia 5 tahun. Ketertarikannya semakin kuat ketika diajak oleh neneknya ke Bali untuk pertama kalinya Tahun 2009 silam.

 Save as PDF
(Last Updated On: 11/12/2022)
GIANYAR-fajarbali.com | Peringatan seribu tahun tertulis Prasasti Baturan ‘Sahasra Warsa Batuan’ bagi warga Desa Batuan adalah hari yang istimewa. Selain digelar Tawur Nawa Gempang di Catus Pata Desa Adat Batuan, juga dilaksanakan prosesi Matatah Massal pada Minggu (11/12/2022) di Batuan Art Space.
Dijelaskan Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan, Minggu (11/12/2022) matatah massal bagian dari aksi sosial lewat Manusia Yadnya. “Diikuti sebanyak 78 orang dari intern desa maupun luar desa. Bahkan salah satunya merupakan seorang bule perempuan bernama Iris, 33, asal Jerman,” jelas Megawan. Matatah masal ini melibatkan 12 sangging, yang pesertanya juga ada dari desa lain. 
 
Dijelaskan lagi, matatah masal menjadi rangkaian memperingati Sahasra Warsa ditulisnya prasasti Baturan. Prasasti kuna yang hingga saat ini disucikan di Pura Puseh Desa Adat Batuan berangka tahun 944 Isaka atau 1022 Masehi yang dianugerahkan oleh Raja Bali ke X Srie Aji Marakata dalam 7 lembar lempengan tembaga yang bercerita tentang kehidupan, kewajiban, hak dan tanggungjawab masyarakat Baturan saat itu. “Secara ringkas, prasasti Baturan berisi tentang Krama Baturan pada saat itu memohon dibebaskan dari segala pajak, kerja rodi dan segala bentuk suguhan besar. Sebagai gantinya, Keraman Baturan bertanggung jawab atas kelanjutan Aci di Pura tempat suci Raja. Termasuk dalam berkesenian, bahwa sejak seribu tahun yang lalu telah tumbuh ragam seni di Baturan. Seperti misalnya seni tari, lukis, undagi, Pande, ahli membuat aungan atau terowongan, hingga pelawak bebanyolan tercatat dalam prasasti,” jelasnya didampingi Pangliman atau Wakil Bendesa I Wayan Sudha.
 
Pihaknya juga berharap kegiatan sosial Metatah Massal yang baru pertama kali digelar ini bisa digelar secara berkelanjutan di kemudian hari. “Menjadi tugas Prajuru adat di kemudian hari agar program ini dilanjutkan agar mampu memberi pelayanan ke masyarakat. Kami juga punya rencana beri bantuan subsidi pendidikan bagi Krama Batuan yang punya potensi dalam meraih gelar akademik,” ujarnya.
 
Wisatawan Jerman, Iris mengaku ikut Metatah karena tertarik menjalani ritual Agama Hindu. Dijelaskan dirinya sudah mengantongi sertifikat Sudiwadani bulan September 2021 ini, Metatah menjadi salah satu agenda pentingnya. “Very important even,” ungkapnya. Iris melalui pemandunya, I Ketut Jaya mengatakan tertarik menekuni dunia spiritual bahkan sejak usia 5 tahun. Ketertarikannya semakin kuat ketika diajak oleh neneknya ke Bali untuk pertama kalinya Tahun 2009 silam. “Dia mulai aktif menekuni spiritual di Bali Tahun 2019, dia menyukai aktivitas healing untuk merasakan energinya sendiri. Kemudian Tahun 2021 mengikuti prosesi Sudiwadani, sekarang ikut Metatah. Dia ingi menjadi Hindu Bali yang sesungguhnya,” jelas Ketut Jaya, terapis asal Banjar Dentiyis ini.sar
 Save as PDF

Next Post

"PUSAKA SAKTI BADUNG”, Jawab Kendala"Klasik" Pelaku Usaha

Ming Des 11 , 2022
“PUSAKA SAKTI BADUNG merupakan strategi pemberdayaan BUM Desa yang dibentuk oleh masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa”, pungkas Komang Budhi Argawa.
628DF1B5-1D90-4A6F-BD83-D67466F1DF1D-484275cf

Berita Lainnya