GIANYAR – fajarbali.com | Bupati Gianyar, I Made Mahayastra meletakkan batu pertama pembangunan Tempat Pengolahan Sampah – Reduce Reuse Recycle (TPS3R) Desa Bedulu. Tempat pengolahan ini mengambil tempat di sebelah selatan Pura Dalem Puri Pura Samuan Tiga. Pembangunan TPS3R Desa Bedulu ini didanai dari anggaran Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bali sebesar Rp 600 juta.
Bupati Mahayastra saat acara, Senin (20/7/2020) mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah membantu Gianyar dan mendukung program-programnya terutama di bidang lingkungan. Dikatakannya, suatu daerah yang berkembang atau maju, permasalahan utama yang dihadapi adalah sampah. “Dan saya juga sudah menyiapkan langkah-langkah, dan syukur saya kali ini dibantu juga dari instansi yang lain baik dari LSM maupun dari PUPR, jadi untuk itu terima kasih,” kata Bupati Mahayastra. Mahayastra menjelaskan saat peresmian bank sampah tahun lalu berpesan bersahabat dengan sampah, “Kalau sampah diajak bersahabat artinya dia kita kelola, kita kembalikan ke unsurnya, kita daur ulang,” jelas Mahayastra.
Sementara itu, ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) TPS3R ‘Bedulu Bisa’, Pande Putu Mertayasa mengatakan TPS3R yang sedang dibangun ini adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Semua jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Bedulu akan dikelola di sini. Diungkapkannya dengan pembangunan TPS3R ini akan mengedukasi masyarakat untuk memilah sampahnya sendiri. “Persoalan selama ini, masyarakat bingung mau dibawa kemana sampahnya, kalau dikelola sendiri masih kurang edukasinya, dengan dibangunnya TPS3R ini sekaligus edukasi ke masyarakat bahwa ada pengelolaan sampah di sini,” jelas Mertayasa.
Produksi sampah masyarakat Desa Bedulu disebutkannya mencapai 2 ton per hari, organik dan anorganik dari 11 banjar dan sekitar 2.600 KK. Masyarakat Bedulu harus memilah sampahnya sendiri, karena jadwal pengambilan sampah organik dan anorganik oleh armada sampah yang dikelola oleh bank sampah dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda. “Jika sampah tidak dipilah oleh masyarakat, maka di sini akan jadi TPA kita akan kewalahan untuk mengolahnya,” tegas Mertayasa.
Konsultan Bank Sampah Badaulu sekaligus founder Siotonk, Ida Bagus Gede Adhitya, dari sampah organik yang yang diolah akan menghasilkan berbagai produk seperti pupuk organik cair, kompos, dan lain-lain. Dari fermentasi sampah organik, cairan yang dihasilkan bisa dimanfaatkan menjadi desinfektan, hand sanitizer, fogging sarang nyamuk sekaligus bisa sebagai pupuk. “Ini sudah diuji klinis, ini aman dan murni organik,” kata Gus Adhitya. Bank Sampah Desa Bedulu adalah salah satu pengguna Siotonk atau sistem informasi online tempat olahan organik yang merupakan komposter digital. Menurut Gus Adhitya, Gianyar menduduki peringkat pertama se-Bali sebagai pengguna terbanyak Siotonk. “Seharusnya Gianyar sudah bisa zero waste, semoga kebijakan Bapak Bupati Gianyar bisa membawa Gianyar menjadi zero waste,” terang Gus Adhitya.(gds).