Lokasabha V PDPN Cabang Badung Berlangsung di Puri Ageng Mengwi, Momentum Cerahkan Umat dari Disinformasi Medsos

IMG-20250323-WA0004
Puri Ageng Mengwi, menjadi tempat pelaksanaan Lokasabha V Perkumpulan Darmopadesa Pusat Nusantara (PDPN) Cabang Kabupaten Badung, Sabtu/Saniscara Pon Gumbreg, Sabtu (22/3/2025). Kegiatan ini dihadiri Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa.

MANGUPURA-fajarbali.com | Puri Ageng Mengwi, menjadi tempat pelaksanaan Lokasabha V Perkumpulan Darmopadesa Pusat Nusantara (PDPN) Cabang Kabupaten Badung, Sabtu/Saniscara Pon Gumbreg, Sabtu (22/3/2025). 

Manggala Umum Darmopadesa Pusat Nusantara, Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, mengapresiasi Panglingsir Puri Ageng Mengwi yang berkenan memfasilitasi kegiatan pasemetonannya. 

Ida Bagus Dunia berharap hubungan yang baik dengan Puri Ageng Mengwi berlanjut selamanya. 

Menurut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) ini, keberadaan Darmopadesa bertujuan melestarikan ajaran-ajaran suci leluhur Ida Danghyang Nirarta dan Danghyang Astapaka dengan mengedepankan soliditas, meningkat sumber daya manusia dan berperan kepada masyarakat. 

Ia menambahkan, Bali menjadi seperti sekarang ini karena ada Agama Hindu dengan kebiasaan dan tradisinya. Karena itu, pihaknya ingin nilai-nilai ajaran Hindu Bali harus dijaga. “Kami ingin mengajegkan Bali sebagai pulau yang lestari dengan Agama Hindu Bali,” tegasnya. 

Lokasabha ke V ini terasa semakin spesial karena Bupati Badung, I Wayan Adi Arnawa, berkenan hadir. Bahkan, bupati yang baru beberapa waktu lalu dilantik oleh Presiden, sengaja menggeser jadwal lainnya demi bisa hadir di tengah Lokasabha V PDPN Cabang Badung. 

Adi Arnawa berpendapat, anggota PDPN yang terdiri dari Sulinggih Siwa-Budha, Walaka dan Yowana (generasi muda), punya peran strategis dalam mencerdaskan umat, terutama dari isu-isu di media sosial (medsos) yang cenderung tidak terkontrol. 

Lanjut Adi Arnawa, informasi di medsos saat ini malah banyak hoaks yang beredar. Terlebih di momentum hari-hari besar keagamaan menjadi santapan empuk oknum yang tak bertanggung jawab untuk menyebar informasi sesat. 

"Hari-hari besar keagamaan dipakai bahan informasi sesat dan bohong. Saya berharap jangan percaya informasi yang tidak jelas menyangkut keagamaan. Percaya sama bupati saja,” ujar Adi Arnawa. 

BACA JUGA:  Bali Mandara Nawanatya III-2018, Gerak Tari Itu Indah Bila Tumbuh Dari Dalam Diri

Seperti yang ia alami di awal kepemimpinannya bersama Bagus Alit Sucipta, bantuan hari raya Rp 2 juta per KK di Kabupaten Badung sempat digoreng sana-sini sehingga viral dan menyesatkan. 

Padahal pihaknya mengaku berniat tulus membantu krama Badung secara adil. Ia juga secara khusus mengirim tiga orang staf ke Jakarta untuk memastikan payung hukum penyaluran bantuan tersebut agar tidak ada risiko di kemudian hari. 

Sementara itu, Panglisir Puri Ageng Mengwi AA Gde Agung mengungkapkan hal senada. Mantan Bupati Badung dan DPD RI ini, sepakat merasa khawatir dengan maraknya penyebaran berbagai informasi tanpa disaring di medsos, terlebih ada penyalahgunaan unsur-unsur dan nilai agama dan keagamaan yang tak terkendali.

"Dalam kesempatan yang baik ini, saya mengajak para Ida Sulinggih turut mengantisipasi penyalahgunaan nilai Agama dan Keagamaan di medsos yang makin massif tak terkendali," kata AA Gde Agung. 

"Kenapa titiang (saya-red) berpesan seperti itu? Karena hari gini tidak ada yang tidak pegang ponsel. Sulinggih sekalipun dipastikan semuanya menggunakan alat komunikasi tersebut," imbuhnya. 

Kemajuan Teknologi Informasi (TI) ini, kata AA Gde Agung sangat membantu umat dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk mengakses berbagai informasi dan peristiwa. Namun, kata dia, informasi di medsos saat ini tidak ada saringannya. 

“Derasnya informasi, membuat Ida Sulinggih harus mengikuti kemajuan teknologi. Mengejar dan dikejar informasi menjadi sesuatu yang membawa efek positif, tapi ada juga negatifnya. Ada informasi yang tidak bisa disaring, karena menerobos bebas,” tegasnya. 

Kemudian dirinya mencontohkan kemajuan TI yang negatif salah satunya penyalahgunaan media sosial dengan mengumbar paham Agama dan Keagamaan.

Nilai atau unsur-unsur yang seharusnya diajarkan secara berjenjang, dan harus beredar di bawah bimbingan guru yang mapan diumbar di medsos. 

BACA JUGA:  Kongres Kebudayaan Bali 2024 Hasilkan Belasan Rekomendasi

Kesannya sangat ‘campah’ atau merendahkan nilai-nilai suci keagamaan. “Muncul banyak, disebar, di media-media sosial. Disebar dan dipublikasikan sembarangan itu. Sangat miris dan menyedihkan. Mantra-mantra suci disebar sembarang dan seolah-olah ada yang merasa menjadi agen informasi. Padahal informasi yang disebar belum tentu benar,” katanya.

Ia melanjutkan, saat ini banyak oknum yang menyerap informasi itu, padahal belum tentu memiliki nilai kebenaran. “Dari aspek keagamaan sangat menyalahi, tetapi terlanjur diumbar. Harusnya ada pilah-pilah dan dipilih untuk konsumsi individu dan kelompoknya. Informasi yang beredar ini harus ada antipasi,” pungkasnya. 

 

 

 

 

 

Scroll to Top