Lebih Sulit Menahan Tangis daripada Mempertahankan Disertasi 

IMG-20250519-WA0016
Dr. I Made Adnyana, SH., MH.

Loading

DENPASAR-fajarbali.com | Berlatar belakang wartawan, Promovendus I Made Adnyana, SH., MH., tanpa kesulitan menjawab sanggahan maupun pertanyaan Dewan Penguji pada Sidang Promosi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Udayana (Unud), Senin (19/5/2025) di Aula Fakultas Hukum Unud, Denpasar.

Kelugasan Ko Adnyana, sapaan karibnya, dapat dipahami karena disertasi yang ia sajikan tidak jauh dari kegiatan jurnalistik berjudul "Pengaturan Perlindungan Hukum Jurnalisme Warga dalam Penguatan Demokrasi Indonesia".

Disertasi itu pula yang membawa Ko Andnyana sampai di puncak pendakian gelar akademik tertinggi seorang dosen. Ia berhak menyandang gelar Doktor (Dr) di depan namanya, dengan spesialisasi/kepakaran Doktor Hukum Pers. 

Menangis haru adalah hal manusiawi, saat seseorang tiba pada tujuan akhir yang didambakan. Tetesan air mata promovendus/promovenda di podium sidang ujian terbuka promosi doktor merupakan pemandangan yang lazim terjadi. 

Ini tak lepas dari bagaimana perjuangan yang bersangkutan sampai di titik tersebut. Ko Adnyana pun tak menampiknya. Sebelum sidang, ia malah sibuk melatih diri agar tidak menitikan air mata di panggung terhormat itu. 

"Tantangan paling sulit bagaimana caranya tidak menangis saat memberikan pesan dan kesan. Saat gelar doktor itu didapat. Bukan soal doktornya tapi prosesnya yang sangat mengesankan. Masuk injury time pula," kata Ko Adnyana.

Jika ada yang menganggap "lebay", Ko Adnyana tidak ambil pusing. Sebab doktor yang diperolehnya tidak semudah membalikkan batako. Usianya relatif tidak muda lagi. Ditambah kesibukannya menjalankan tri dharma perguruan tinggi sebagai dosen di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI) Bali. 

Di tengah kesibukannya itu, Ko Adnyana masih menyibukkan diri mengelola siniar dengan berbagai tema. Ia juga kerap diundang sebagai nara sumber tentang dunia musik. Semua dijalani dengan santai. 

BACA JUGA:  Tiga Mahasiswa Fakultas Pariwisata Unud Belajar Meneliti ke BRIN Jakarta

Jurnalistik, bagi Ko Adnyana, adalah awal yang tak berujung dalam kehidupannya. Ko Adnyana muda memulai karir sebagai wartawan di salah satu media terbesar di Bali tahun 1993 hingga 2005. 

Setahun hengkang sebagai reporter di media tersebut, barulah Ko Adnyana bergabung sebagai dosen di UPMI (sebelumnya IKIP PGRI Bali). Namun api jurnalistik dalam dirinya tak pernah redup apalagi padam. 

Sambil menekuni profesi barunya, Ko Andnyana tetap menjalankan fungsi pers. Insting jurnalistiknya terlanjur mendarah daging. 

"Sewaktu masih mahasiswa aktif di koran kampus, juga saat gabung di Wiyata Mandala, saya sering keliling memberikan ceramah penulisan dan jurnalistik ke sekolah-sekolah," kata Ko Adnyana.

Mungkin karena dikenal suka ngaja" itu, ketika IKIP PGRI membutuhkan dosen untuk mata kuliah konsentrasi jurnalistik, saya ditawari ikut bergabung oleh Kaprodi PBID waktu itu. Keterusan sampai sekarang," imbuh dia, mengenang. 

Ko Adnyana menjadikan komitmen sebagai pegangan hidup. Ketika berani mengambil keputusan, harus sampai pada puncaknya. Profesi dosen ia tekuni dengan terus megaktualisasi diri. Lanjut Magister (S2) dan Doktor (S3). 

Soal disertasinya, ia mengungkapkan tertarik meneliti lebih dalam fenomena jurnalisme warga di tengah era digitalisasi yang terjadi saat ini.  

Disertasi ini berangkat dari kekhawatirannya terhadap unggahan masyarakat di media sosial. Karena berpotensi terjerat hukum.

Prof. Dr. IB Wyasa Putra, SH., M.Hum., selaku Promotor I/Penguji, menilai bahwa Ko Adnyana adalah seorang peneliti hebat. Setiap data yang diminta dosen pembimbing dapat dipenuhi secara detail.

Prof. Wyasa Putra pun memandang disertasi Ko Adnyana sangat penting bagi negara untuk kelangsungan demokrasi yang semakin sehat. Di era perkembangan teknologi informasi dewasa ini, jurnalisme warga memegang peranan penting. 

BACA JUGA:  SMK IT dan Bisnis Ini Siap Fasilitasi Muridnya Magang ke Luar Negeri

Sidang tersebut diketuai oleh Prof. Dr. Putu Gede Arya Sumerta, Promotor I/Penguji Prof. Dr. IB Wyasa Putra, Ko Promotor I/Penguji Prof. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, Ko Promotor II/Penguji Dr. Ketut Sudantra, Penguji Prof. Dr. Yohanes USfunan, Prof. Dr. I Nyoman Suyatna, Prof. Dr. Gde Made Swardhana, dan Penguji Prof Dr. Desak Putu Dewi Kasih.

Capaian Ko Adnyana diapresiasi Rektor UPMI Bali, Prof. Dr. Made Suarta, SH., M.Hum. Ia hadir langsung bersama dosen dan tenaga kependidikan UPMI. Tampak pula tokoh senior sekaligus Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali Drs. IGB Arthanegara, SH., MH., M.Pd.

Rektor UPMI mengatakan, kiprah Ko Adnyana di kampusnya telah terbukti dengan banyaknya lahir wartawan handal jebolan UPMI. “Kami juga memiliki UKM Jurnalistik di UPMI,” ujarnya.

Kebahagiaan juga dirasakan keluarga besar dan para kolega yang hadir langsung di ruang ujian. 

Scroll to Top