IMG-20241104-WA0006

Layanan Kesehatan Reproduksi di Bali Jadi Inspirasi Filipina

Pembukaan program “SSTC Sharing Knowledge and Best Practices of Meaningful Participation and Inclusivity on Family Planning and Reproductive Health Programs in the Islamic Context in Indonesia for Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM)” di Denpasar, Senin (4/11/2024).

DENPASAR-fajarbali.com | Indonesia kembali menunjukkan komitmen membantu negara-negara berkembang dan kurang berkembang dalam berbagai hal.

Kali ini, Bali dipusatkan sebagai tempat berbagi pengetahuan dan praktik baik dalam hal layanan kesehatan reproduksi.

Kegiatan yang dikemas dalam program “SSTC Sharing Knowledge and Best Practices of Meaningful Participation and Inclusivity on Family Planning and Reproductive Health Programs in the Islamic Context in Indonesia for Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM)” pada, 3-8 November 2024 di, Provinsi Bali ini, diinisiasi oleh Kementerian Sekretariat Negara, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta UNFPA Indonesia.

Ida Ayu Yulie Primashanti, perwakilan Kementerian Sekretariat Negara, mengatakan, pihaknya sudah memfasilitasi ratusan program di berbagai bidang dengan negara-negara Selatan-Selatan.

"[Negara] Selatan-Selatan ini dimaksudkan negara yang kurang atau sedang berkembang khususnya di ASEAN, Asia Pasifik dan Afrika. Jadi kali ini kita fasilitasi program BKKBN dengan Philipina," kata Primasanthi, saat pembukaan kegiatan di Denpasar, Senin (4/11/2024).

Kegiatan kali ini, menurut Primasanthi, berkaitan dengan program keluarga berencana dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi pasangan usia subur dan kaum disabilitas. Bali yang dikenal dengan capaian positifnya di berbagai indikator kependudukan, dinilai tepat sebagai ajang bertukar informasi dan praktik.

Terlebih Bali dikenal dengan kerukunan antar-umat beragama. Meskipun penganut Hindu mayoritas, tapi tidak pernah diskiriminatif terhadap kemerdekaan umat lain, termasuk soal layanan reproduksi.

"Jadi keunggulan ini lah yang ingin kita bagi untuk diterapkan di Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM)," jelasnya.

Mary Jane, perwakilan BARMM, mengakui bahwa di daerahnya, praktik penggunaan alat kontrasepsi masih sangat minim. Setiap daerah memiliki mindset tersendiri terhadap kontrasepsi sesuai dengan keyakinan yang dipeluk masing-masing kelompok masyarakat.

Namun seiring perkembangan informasi, lanjut Mary, masyarakatnya sudah mulai terbuka. Peran tokoh-tokoh agama sangat berpengaruh dalam hal kesehatan reproduksi di sana.

Pihaknya ingin menyerap sebanyak-banyaknya praktik baik tentang program kependudukan di Bali. "Selain di Provinsi Tawi-Tawi, ilmu yang didapat di Bali akan diperluas di Provinsi Lanao del Sur yang juga mengalami tantangan pemakaian kontrasepsi yang rendah dan tingginya angka pernikahan remaja," tegas Mary.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Bali, dr Luh Gede Sukardiasih menyampaikan tentang alasan Bali dipilih sebagai lokasi kegiatan SSTC Sharing Knowledge and Best Practices.

Menurutnya, kendati penduduk Bali merupakan mayoritas Hindu, sedangkan Muslim minoritas namun pelayanan tentang pembangunan keluarga, kesehatan reproduksi, keluarga berencana, dan persamaan gender, tidak ada perbedaan.

“Kami di Bali dalam pelayanan semua itu, sama semua. Tidak mendiskriminasikan minoritas. Semua kami berikan pelayanan yang sama,” tandasnya.

Untuk diketahui, SSTC Sharing Knowledge and Best Practices of Meaningful Participation and Inclusivity on Family Planning and Reproductive Health Programs in the Islamic Context in Indonesia for Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao merupakan wujud komitmen Indonesia untuk penguatan Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST).

Plh Asisten I Setda Provinsi Bali yang juga Kadiskominfos Bali, I Gede Pramana mewakili Pj Gubernur Bali menyampaikan apresiasi dan terima kasih karena memilih Bali sebagai tuan rumah kegiatan internasional ini.

"Selain mayoritas Hindu juga ada umat lain yang hidup berdampingan dan harmonis. Keberagaman ini tidak mengganggu program keluarga berencana," kata Pramana, mewakili Pj. Gubernur Bali.

Pihaknya berharap, kegiatan SSTC Sharing Knowledge and Best Practices ini, ke depannya dapat bermanfaat bagi semua pihak. "Kami Pemerintah Provinsi Bali berkomitmen mendukung kegiatan ini," tandasnya.

Pramana juga menyampaikan, indeks pembangunan masyarakat Bali terus mangalami kemajuan. Pada tahun 2021 75,69, tahun 2022 mencapai 76,44, dan selanjutnya pada tahun 2023 mencapai 77,10.

“Kami di Bali tidak ada intervensi dengan agama apapun itu. Kami menjunjung tinggi toleransi,” ujarnya.

Pihaknya berharap dengan adanya kegiatan ini, mampu merencanakan program keluarga berencana ke depannya lebih baik lagi.

“Di Bali bukan lagi dua anak cukup, tapi bagaimana mengatur jarak kelahiran untuk mewujudkan keluarga berkualitas,” pungkasnya. Turut memberikan sambutan secara virtual, Hassan Mohsatami, UNFPA Indonesia Representatif.

 

Scroll to Top