DENPASAR -fajarbali.com |Guna menetralisir aura negatif agar kembali suci, tenang dan nyaman, krama Banjar Sanga Agung menggelar upacara penyucian wilayah menggunakan Caru Panca Sata dilokasi tewasnya anggota ormas Gede Budiarsana (34) di simpang Jalan Subur-Kalimutu, Tegal Harum, Monang-maning Denpasar Barat, pada Kamis 29 July 2021.
Selama upacara berlangsung petugas keamanan dari Polsek Denpasar Barat, Babinsa, dan Pecalang ikut membantu melaksanakan pengamanan sekaligus memperlancar arus lalu-lintas.
Sementara sekitar pukul 09.00 Wita, ibu-ibu PKK dari krama Banjar Sanga Agung mempersiapkan sarana dan upacara seperti bebantenan dan melakukan kidung. Krama juga berjalan kaki ke utara menuju Kantor PT Beta Mandiri Multi Solution di Jalan Patuha VII No. 9C, sebagai lokasi dimulainya tragedy berdarah tersebut. Krama memerciki air tirta suci disana.
Upacara mecaru ini dipuput oleh Pemangku upacara Anak Agung Aji Mangku Sugiarta dengan menggunakan lima jenis ayam sebagai simbol Rajas.
Penyucian itu dilakukan ke semua arah, timur, selatan, barat, utara dan tengah.
"Jadi, semua dewata-dewati manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa diberitahu bahwa ada penyucian wilayah dalam ini disebut Caru,” terang pemangku upacara Anak Agung Aji Mangku Sugiarta dilokasi mecaru.
Menurut Mangku Sugiarta, arti Caru berasal dari kata Car yang berarti penyucian, pengembalian ke alam yang semestinya. Dimana, hal-hal tidak baik dan aura bersifat negatif yang datang dari timur, dikembalikan ke timur dan disucikan oleh Sang Hyang Iswara.
Sedangkan, dari selatan disucikan oleh manifestasi Tuhan sebagai Brahma. Kemudian dari barat disucikan oleh manifestasi Tuhan sebagai Mahadewa. Dan, dari utara disucikan oleh Sang Hyang Wisnu dan yang di tengah disucikan oleh sang tri Murti, tiga kekuatan tuhan tergabung dari Brahma, Wisnu, Siwa.
Sementara dilokasi tumpahnya darah korban, krama Banjar Sanga Agung pun mendoakan arwah korban Gede Budiarsana dapat tenang di alamnya. “Semua hal-hal dan aura yang tidak baik terjadi pada waktu pembunuhan dikembalikan. Dan juga roh yang pernah tertinggal, terpercik di sini (lokasi kejadian) pada waktu pembunuhan dikembalikan kepada Sukma Sarira yang meninggal agar dia tenang di alam sana,” tandas Mangku asal Jero Alangkajeng Pemecutan itu.
Keterangan terpisah, Kelian Adat Banjar Sanga Agung I Gusti Nyoman Sukra membeberkan bahwa teknis dalam menggelar upacara pecaruan ini sudah dibahas melalui rapat bersama prajuru banjar.
"Untuk ketenangan masyarakat secara umum kami melakukan upacara pecaruan. Kami menggunakan biaya dari Banjar dan dari Bapak Perbekel juga memberikan sumbangan,” ucapnya di lokasi yang turut dihadiri Kepala Desa Tegal Harum Komang Adi Widiantara.
Ia berharap, peristiwa serupa tidak terjadi lagi dan menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam masalah kredit motor, menjaga emosi diri dan ucapan, termasuk dalam mengambil keputusan (Hen)