Komitmen Indonesia di ILC ke-22, Bersatu Hapus Kusta dan Akhiri Stigma

1000261428
Pembukaan 22nd International Leprosy Congress 2025 bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung.

Loading

MANGUPURA-fajarbali.com | Bali menjadi tuan rumah perhelatan 22nd International Leprosy Congress (ILC) 2025 bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Kabupaten Badung, Senin (7/7). Acara ini mempertemukan para ahli, peneliti, praktisi medis, pembuat kebijakan, dan komunitas penyintas lepra dari seluruh penjuru dunia. Dengan tema yang berfokus pada inovasi dan kolaborasi untuk mencapai dunia bebas lepra, ILC ke-22 diharapkan menjadi tonggak penting dalam upaya global mengakhiri penyakit yang telah lama menjadi tantangan kesehatan masyarakat ini.
 
Kongres ini bukan sekadar ajang pertemuan ilmiah biasa. ILC ke-22 menjadi platform krusial untuk berbagi penemuan terbaru dalam diagnostik, pengobatan, dan pencegahan lepra. Diskusi mendalam mencakup kemajuan riset vaksin, strategi eliminasi di daerah endemis, hingga penanganan komplikasi dan rehabilitasi bagi individu yang terdampak. Para peserta juga akan membahas tantangan sosial yang masih melekat pada lepra, termasuk stigma dan diskriminasi yang kerap menghambat upaya penanggulangan.

Dalam kesempatan itu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Sasakawa Health Foundation memperkuat komitmen percepatan eliminasi kusta (leprosy) di Indonesia. Pertemuan dihadiri Menteri Kesehatan Budi G Sadikin, WHO Goodwill Ambassador for Leprosy Elimination Yohei Sasakawa, perwakilan organisasi internasional, lembaga non-pemerintah, peneliti, jajaran pemerintah daerah serta Penyintas Kusta (OYPMK).

Menkes Budi menyampaikan bahwa kusta sempat tidak menjadi prioritas utama dibandingkan penyakit menular lain seperti tuberkulosis, HIV, dan malaria. Namun demikian, pertemuan dengan Sasakawa pada World Health Assembly tahun 2023 menginspirasi komitmen baru pemerintah Indonesia dalam menghapus penyakit yang seharusnya sudah tidak ada lagi.

"Saya menyadari bahwa kusta bukan sekadar persoalan angka kasus. Kusta adalah penyakit yang membawa stigma dan diskriminasi. Karena itu, kita perlu langkah luar biasa agar Indonesia segera mencapai 0 kusta, 0 disabilitas, dan 0 stigma," ujar Budi Gunadi Sadikin.

BACA JUGA:  BOR Kembali Penuh, RSD Mangusada Berencana akan Menambah Ketersediaan

Dalam kesempatan ini, Yohei Sasakawa memberikan apresiasi dan penghargaan kepada pemerintah Indonesia atas kepemimpinan yang kuat dalam upaya eliminasi kusta.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Menkes Budi atas komitmen yang luar biasa. Indonesia adalah negara besar dengan tantangan geografis yang kompleks. Namun saya percaya, dengan kerja sama semua pihak, mimpi menuju Indonesia bebas kusta bukanlah sesuatu yang mustahil. Saya sudah berusia 86 tahun, tetapi saya berharap dapat menyaksikan hari ketika Indonesia berhasil menghapus kusta sepenuhnya," ungkap Sasakawa.

Pada pertemuan ini, Kementerian Kesehatan menyampaikan lima langkah strategis percepatan eliminasi kusta, yaitu: (1) Perluasan wilayah akselerasi target eliminasi kusta dari 42 menjadi 111 kabupaten/kota pada 2030; (2) Pelaksanaan skrining masif yang dimulai Juli 2025 di lima kabupaten prioritas: Tangerang, Kab. Bekasi, Kab. Brebes, Kota Jayapura, dan Kab Sampang; (3) Penerapan skrining bagi populasi dengan risiko tinggi sindrom hipersensitivitas Dapsone, khususnya di Papua, Maluku, dan Sulawesi; (4) Penguatan ketersediaan pengobatan MDT; (5) Partisipasi aktif dalam riset dan uji klinis vaksin kusta internasional.

Yohei Sasakawa juga mendorong semua pemangku kepentingan, yakni pemerintah, organisasi internasional, akademisi, pemimpin agama, hingga komunitas untuk bersatu menghadapi tantangan kusta dan diskriminasi yang ditimbulkannya.

"Saya telah mengunjungi 125 negara untuk mendorong penghapusan kusta. Saya yakin Indonesia memiliki kapasitas, semangat, dan kemauan politik yang kuat untuk menjadi teladan global dalam eliminasi kusta," tegas Yohei Sasakawa.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, ILC ke-22 diharapkan dapat menjadi katalisator bagi percepatan upaya global menuju dunia bebas lepra. Melalui pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan komitmen bersama, cita-cita untuk mengakhiri penderitaan akibat lepra dan mewujudkan masa depan yang lebih sehat dan inklusif bagi semua dapat tercapai. (M-001)

BACA JUGA:  Tambahan Kasus Positif Bertambah Lagi, 13 Desa Ditetapkan Zona Merah
Scroll to Top