GIANYAR - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Komunitas PEGO (Peliatan Ngogo) Desa Peliatan, Ubud membuat terobosan baru mengatasi krisis lingkungan akibat ancaman sampah dan kekeringan dengan membuat lubang biopori multi fungsi. Selain sebagai resapan air, juga sebagai tempat sampah menampung organik. Wayan Sudiarta yang juga motor penggerak peduli lingkungan menyebutkan biopori sudah dikenal luas sejak sekitar 10 tahun lalu. Namun masih difungsikan sebagai resapan air.
Sudiarta yang tinggal bersama adik-adiknya yang pernah aktif di organisasi pencinta alam menyebutkan persoalan sampah adalah persoalan klasik yang pemecahannya mesti serius. “Biopori yang kami gagas selain sebagai resapan juga sebagai tempat sampah organik," jelas Sudiarta. Dijelaskan, biopori yang sudah dipasang, di tempat suci (pura) selain sebagai resapan juga sebagai tempat menampung sisa-sisa prosesi persembhyangan termasuk pada skala upacara kecil juga untuk menampung sisa sesajen dan sampah organik sisa proses penyiapan di area perantenan ( dapur dalam Pura). Sehingga sampah sehabis sembahyang dimasukkan sendiri oleh warga yang usai sembahyang.
Dikatakannya, selain di Gianyar biopori gagasannya ini mendapat dukungan dari para pegiat kebersihan lingkungan di luar Gianyar, seperti di Buleleng, Badung, Denpasar, Tabanan. “Saya sendiri membuktikan dengan biopori, tanaman dan sumur tidak pernah kekeringan, apalagi difungsikan sebagai tempat sampah organik, tambah subur,” ujarnya penuh yakin.
Menimbang fungsi biopori yang begitu kompleks, dirinya berharap di setiap space lahan di Bali bisa diisi biopori,sehingga tanah atau lahan memiliki resapan air dan pada saat yg sama upaya menangani sampah mulai dari sumbernya bisa terealisasi melalui pelibatan seluruh masyarakat. Hal ini juga akan menjaga kualitas tanah dan ketersediaan air, utamanya saat kemarau. “Kami berharap pemerintah, Gubernur Bali, Wayan Koster bisa mendukung dan menstimulus kampanye biopori ini agar ada pada rumah tangga, kantor pemerintahan dan kawasan suci,” harapnya.
Bahkan dirinya bersama komunitas Peliatan Ngogo dan komunitas peduli lingkungan lain siap ngayah membuat biopori di kawasan suci Bali. “Kami siap ngayah, misalkan memasang biopori di kawasan Pura Besakih, dan banyak lagi tempat suci si seluruh Bali. Harapnya lagi agar Nilai Tri Hita Karana benar benar terimplementasikan di seluruh lini kehidupan masyarakat Bali,” tutupnya.(gds).