Jangan Hanya Cari Untung dan Buang Sampah di Bali

GIANYAR - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Gubernur Bali, Wayan Koster mendoakan perusahaan multi nasional yang tidak berkontribusi terhadap pembangunan adat dan budaya Bali, agar bangrut. Hal ini dikatakakannya saat Pesamuhan Agung dan Desa se-Bali di Pura Samuan Tiga, Bedulu, Gianyar, Senin (25/11/2019).

 

Dihadapan Bupati, bendesa dan perbekel yang hadir, Wayan Koster menyampaikan dari 47 perusahaan atau badan usaha berskala nasional yang disurati untuk berpartisipasi dalam penguatan desa adat, baru 32 perusahaan yang menyatakan ikut berpartisipasi. Dari 32 perusahaan tersebut, Koster menyebut sudah mendapat dana CSR sebesar Rp 14 muliar lebih. “Ada yang sudah di transfer langsung ke majelis agung dan ada yang cair di Tahun 2020 nanti,” jelas Wayan Koster disambut tepuk tangan.

Dana partisipasi dari badan usaha ini akan digunakan untuk membangun  Kantor Majelis Agung Desa Adat yang berlokasi di utara kantor Gubernur Bali. “Disainnya sudah selesai, tinggal pembangunan yang nanti dimulai Tahun 2020 mendatang. Anggarannya sebesar Rp 9.5 miliar,” tambah Koster. Sedangkan sisa dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan gedung Majelis madya di tiap kabupaten. “Saya kita nanti dana partisipasi akan melebihi dari Rp 14 miliar,” jelas Koster lagi.

Dihadapan bupati, bendesa dan perbekel, Wayan Koster juga menyampaikan masih ada perusahaan yang baru sebatas memberikan janji-janji akan berpartisipasi. “Ada lima perusahaan yang menyatakan belum siap berpartisipasi, kalu tahun depan belum berpartisipasi kita doakan agar bangkrut,” kritik Koster. Hal ini beralasam, mengingat perusahaan tersebut jangan mencari untung saja di Bali, lalu membuang sampah. “Ini semua untuk rakyat Bali, Bali jangan dijadikan obyek saja, nanti ketemu masalah baru mengadu ke kita-kita (pemerintah),” sindir Wayan Koster.

BACA JUGA:  Kebun Rakyat Gianyar Fokus Konservasi dan Tempat Penelitian

Pada kesempatan tersebut, Wayan Koster berharap desa adat mulai memikirkan perarem atau awig-awig mengenai pengelolaan lingkungan, khususnya masalah sampah. “Perarem ini dibuat desa adat, lalu pelaksananya desa dinas. Saya kira ini bisa bersinergi, toh tujuannya memerangi sampah,” ujarnya. Disamping itu, Koster juga memberikan apresiasi terhadap Berbahasa Bali, berpakaian adat bali tiap hari Kamis, yang pelaksanaannya sudah baik. “Hanya jangan sampai kendor, terus dilaksanakan dengan rutin,” pesan Koster. Pada akhir sambutannya juga, Koster menyampaikan agar desa adat melaksanakan Bali Resik sampah, minimal dua kali dalam setahun. “Selain itu, desa adat juga kami harapkan melaksanakan program Bulan Bung Karno setiap bulan Juni,” tutup Wayan Koster.(sar).

 

Scroll to Top