https://www.traditionrolex.com/27 Jangan Ada Lagi Stigma Negatif Terhadap Penyintas Covid-19 - FAJAR BALI
 

Jangan Ada Lagi Stigma Negatif Terhadap Penyintas Covid-19

(Last Updated On: 11/08/2021)

Denpasar- fajarbali.com | Selain menyembuhkan gejala dan penyakit penyerta pasien Covid-19, ada faktor lain yang juga harus diperhatikan bagi penyitas Covid-19 yakni dampak psikologis akibat stigma negatif yang muncul di tengah masyarakat.


Dari beberapa penelitian ditentukan bahwa dampak psikologis dari pasien dan penyitas Covid-19 adalah faktor yang cukup sulit untuk disembuhkan. Ini karena masih adanya anggapan miring dari masyarakat terhadap pasien ataupun penyitas covid-19 sering kali membuat para pasien merasa tidak nyaman.

Menurut Psikiater RSJ Bali dr. I Made Wedastra, M.Biomed, SpKJ, Covid atau virus corona ini merupakan penyakit yang baru dan sifat virus serta terapi masih dipelajari para ahli. Selama ini banyak informasi simpang siur di masyarakat sehingga memunculkan kecemasan dan ketakutan masyarakat terhadap virus ini.

Baca Juga :
Tragedi Tenggelamnya KMP Yunicee, Polisi Tetapkan 3 Tersangka
Lima Tersangka Kasus Bedah Rumah, Segera jalani Sidang Perdana

“Karena ketakutan berlebihan itulah maka muncul stigma negatif terhadap penyakit ini namun efeknya bukan hanya ke penyakitnya tapi ke penyintas covid yang menjadi sasaran stigma karena dianggap bisa menularkan ke orang lain dan bahaya sehingga perlu untuk dijauhi atau dikucilkan dari masyarakat,” ungkapnya saat dihubungi, Minggu (8/8/2021).

Wedastra mengatakan, dengan adanya stigma negatif terhadap penyintas akan membuat penyintas dikucilkan di masyarakat sehingga akan membuat tekanan mental dan membuat kondisi fisik akan makin drop. Hal kedua yang bisa terjadi adalah orang yang memiliki gejala akan muncul ketakutan untuk melakukan pemeriksaan karena takut jika hasilnya positif maka dirinya akan di diskriminasi.

“Ketakutan untuk melakukan pemeriksaan akan berefek ketakutan juga untuk mencari pertolongan di rumah sakit jika keluhan makin berat sehingga berefek terhadap telatnya penanganan,” ujarnya.

Untuk mengurangi stigma negatif terhadap para penyintas, Wedastra menjelaskan bahwa memberikan informasi yang berimbang di media massa atau elektronik sehingga tidak muncul kebingungan lagi. Ajak para penyintas untuk sharing tentang yang dialami selama sakit agar orang lain melihat perjuangan para penyintas dalam mencapai kesembuhan.

“Bagi penyintas agar tetap kuat menghadapi stigma negatif terhadap covid, dapat dilakukan dengan tetap menjalankan pola hidup sehat dan melakukan prokes dengan baik sehingga kita tidak beresiko tertular lagi dan bisa menjadi contoh bagi orang lain. Tetap berprinsip bahwa sakit ini tidak bisa kita hindari dan minta sehingga saat kita kena kita tidak menyalahkan diri sendiri karena semua orang memiliki peluang untuk terkena covid. Selain itu, lebih sering melakukan relaksasi agar tidak mudah sensitif dengan apa yang dikatakan oleh orang lain,” terangnya.

Disinggung soal keluhan para penyintas yang sering ditangani, Wedastra mengaku jika penyintas covid paling sering datang dengan keluhan terbanyak adalah sulit tidur sehingga membuat pasien tidak nyaman. Keluhan yang lain adalah kecemasan terutama berpikir tentang kesehatan dirinya sendiri, kesehatan keluarga serta kecemasan untuk kembali ke masyarakat atau kembali bekerja di tempat kerja biasanya.

“Keluhan lainnya adalah depresi. Beberapa juga mengeluhkan adanya gangguan motorik seperti tangan atau kaki yang sakit, gemetaran, kesemutan atau lemas masih banyak dilaporkan,” bebernya.

Wedastra mengajak masyarakat untuk lebih melihat perjuangan para penyintas untuk sembuh. Selain itu, masyarakat harus selektif memilih pemberitaan, yakni lebih fokus terhadap pencegahan dan penanganan covid daripada memuat informasi yang setengah-setengah yang malah akan memicu munculnya stigma.

“Berikan pemahaman ke masyarakat bahwa Covid memang perlu diwaspadai dan dicegah agar tidak makin meluas. Yang dicegah atau dihindari adalah penyakitnya bukan orangnya yang harus disingkirkan,” tegasnya. (dha)

 Save as PDF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Next Post

Disiplin Prokes Menjadi Kunci Pemulihan Ekonomi

Rab Agu 11 , 2021
Dibaca: 21 (Last Updated On: 11/08/2021)Denpasar- fajarbali.com | Menjalankan bisnis maupun usaha agar tetap aman dan lancar di masa pandemi Covid-19, selain pintar membaca peluang dan mengikuti tren pasar juga wajib menerapkan protokol kesehatan (prokes). Prokes 3M jangan sampai terabaikan karena menjadi kebiasan baru dan kewajiban yang harus tetap dipatuhi […]

Berita Lainnya