TABANAN – fajarbali.com | Ditengah pandemi Covid-19 Kepala Bidang Perencanaan Keuangan BRSU Tabanan, I Nengah Juliasa menjelaskan bahwa selama pandemi Covid-19 ini, pendapatan BRSU Tabanan menurun baik itu pendapatan dari klaim BPJS maupun dari pasien umum. Bahkan, membawa pengaruh terhadap operasional BRSU Tabanan. Hal itu terjadi lantaran BRSU Tabanan mengalami penurunan pendapatan selama pandemi. Namun pihak manajemen mengklaim jika BRSU Tabanan tetap berupaya memaksimalkan pelayanan.
Sebelumnya pada tahun 2019, rata-rata pendapatan BRSU Tabanan per bulan dari klaim BPJS mencapai Rp 8.618.495.894,50, sedangkan pendapatan dari pasien umum rata-rata sebesar Rp 1.396.192.104,08. “Sementara di tahun 2020, kunjungan pasien menurun dan klaim BPJS rata-rata hanya Rp 6.794.771.127,50, dan dari pasien umum rata-rata sebesar Rp 1.087.598.178,40. Terakhir klaim pelayanan itu di bulan September hanya Rp 5.800.792.545,00. Jadi trennya menurun,” paparnya saat dikonfirmasi Minggu (8/11/2020).
Jik dipresentasikan penurunan pasien umum yang terjadi mencapai 22,10 persen dan klaim BPJS turun 21,16 persen. Atas kondisi tersebut, BRSU Tabanan yang merupakan rumah sakit tipe B pendidikan, rujukan Regional Bali Barat dan rujukan Covid-19 sangat merasakan dampak akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir ini. “Rujukan berjenjang online dari BPJS serta pandemi Covid-19 juga sangat berdampak negatif bagi keuangan rumah sakit,” imbuhnya.
Menurutnya, penurunan pendapatan yang terjadi memang membuat operasional rumah sakit terganggu namun pembayaran gaji pegawai, listik, air, telepon serta jasa medis tetap bisa terbayarkan dengan lancar. “Kita tetap berupaya memaksimalkan pelayanan dan operasional meskipun disituasi sulit seperti sekarang ini,” tegas Juliasa.
Disamping itu pihaknya juga melakukan refocusing anggaran, yakni dengan meniadakan perjalanan dinas, serta pengadaan pakaian dinas. Termasuk meniadakan diklat-diklat, kecuali yang bersifat mendesak terkait dengan pelayanan rumah sakit. “Biaya perjalanan dinas ditiadakan, pengadaan pakaian dinas juga ditiadakan, diklat-diklat hampir tidak ada, kecuali yang bersifat urgent terkait dengan pelayanan rumah sakit,” lanjutnya.
Hanya saja yang menjadi prioritas utama BRSU Tabanan adalah ketersediaan obat dan APD. Serta pihaknya melakukan negosiasi dengan rekanan penyedia obat sehingga pasokan obat tidak diputus. (kdp).