Harganas ke-32 di Bali Penuh Kehangatan: Merayakan Akar Budaya, Menumbuhkan Nilai Keluarga 

IMG-20250630-WA0011
Upacara peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32, di halaman kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Bali. 

Loading

DENPASAR-fajarbali.com| Senin (30/6/2025) pagi, seolah memiliki denyut yang berbeda. Di halaman kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dan berbagai OPD KB Provinsi Kabupaten/Kota, dan Balai Penyuluhan KB di kecamatan-kecamatan, tampak puluhan peserta berkumpul mengenakan pakaian adat Bali — warna-warninya mencolok namun lembut, membentuk harmoni visual yang menyenangkan. 

Hari ini, Bali tidak sekadar memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 Tahun 2025. Bali merayakan nilai, akar, dan harapan yang bermula dari rumah.

Adat sebagai Bahasa Keakraban

Peringatan Harganas kali ini jauh dari kesan formal atau seremonial kaku. Justru sebaliknya, adat menjadi bahasa keakraban.

Dari cara peserta menyapa satu sama lain hingga kesadaran akan makna keberadaan mereka di tengah perayaan ini: bahwa keluarga bukan hanya rumah secara fisik, tapi juga tempat nilai-nilai lahir dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Busana adat ini bukan hanya simbol. Ini pengingat bahwa budaya hidup di dalam keluarga. Anak-anak pertama kali mengenal doa, upacara, bahasa ibu, bahkan tarian dan tata krama dari lingkungan rumah.

Pernyataan itu tidak mengada-ada. Dalam tradisi Bali, keluarga bukan hanya tempat tumbuh biologis, tapi juga spiritual. Di dalam rumah yang kecil pun, ada tempat sembahyang, ada ruang bagi orang tua mengajar anak berbicara halus, dan ada waktu-waktu khusus untuk melakukan ritual yang menyatukan semua anggota.

Keluarga: Titik Awal Segalanya

Dengan mengusung tema “Dari Keluarga untuk Indonesia Maju”, Harganas tahun ini menekankan pentingnya penguatan peran keluarga di tengah dunia yang berubah cepat. Di tengah gempuran teknologi dan perubahan gaya hidup, keluarga tetap menjadi titik awal pembentukan karakter, etika, dan identitas generasi penerus.

“Keluarga adalah fondasi utama dalam pembangunan bangsa. Keluarga yang kuat dan harmonis akan melahirkan generasi yang berkualitas, berakhlak mulia, dan memiliki kemampuan untuk bersaing di era global. Oleh karena itu, pembangunan keluarga menjadi sangat penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045”, ujar Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag, M.Pd, dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For, M.A.R.S.

BACA JUGA:  Sharp Kembangkan Sistem AIOT Pada Produk Air Purifier dan Air Conditioner Terbaru

Momentum Harganas menjadi ruang untuk merenung: apakah kita sudah cukup hadir dalam keluarga? Apakah nilai-nilai yang diwariskan di rumah cukup membentengi anak-anak dari krisis moral dan identitas yang kini mengancam kaum muda?

Budaya sebagai Pijakan Identitas

Dalam konteks Bali, peringatan ini juga menjadi pengingat pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari jati diri. Di tengah arus globalisasi dan urbanisasi, keluarga menjadi benteng terakhir pelestarian tradisi — dari bahasa daerah hingga upacara adat.

Generasi muda Bali harus tetap mengenal akar budayanya. Tetap harus bisa berbicara dengan orang tua dalam bahasa ibu, tahu makna Odalan dan Galungan Kuningan, dan menyadari bahwa budaya bukan beban masa lalu, tapi pelita masa depan.

Harapan untuk Masa Depan

Peringatan Harganas bukan hanya tentang melihat ke belakang, tetapi juga menyiapkan langkah ke depan. Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Bali terus mendorong berbagai program penguatan keluarga.

Termasuk edukasi untuk kawula muda, penurunan prevalensi stunting, dan pembinaan ketahanan keluarga dan keluarga berencana berbasis budaya lokal.

Dengan semangat kolaboratif, peringatan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga di Bali untuk semakin tangguh, hangat, dan berdaya. Karena dari rumah yang sederhana, bangsa besar bermula. (rel) 

 

 

Scroll to Top