DENPASAR-fajarbali.com | Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (Fishum) Universitas Ngurah Rai (UNR) sangat getol mengupayakan penghapus segala jenis kekerasan, terutama berbasis gender di lingkungan perguruan tinggi.
Banyak program yang telah diimplementasikan Fishum UNR. Salah satunya melalui Kuliah Umum Nasional "Penghapusan Kekerasan Berbasis Gender untuk Kampus yang Aman dan Inklusif Berbasis Tri Hita Karana", Selasa (6/5/2025) di Kampus UNR, Jl. Padma, Penatih, Denpasar.
Dekan Fishum UNR Dr. Drs. I Wayan Astawa, SH., MAP., mengungkapkan, kuliah umum nasional ini merupakan implementasi kerja sama antara pihaknya dengan Institut KAPAL Perempuan.
Selain itu, kegiatan ini sebagai rangkaian Dies Natalis ke-46 UNR. Nantinya, juga digelar berbagai lomba untuk memeriahkan dies tahun ini, termasuk lomba berbasis budaya yakni, "ngelawar".
"Kami bangga kali ini dihadiri oleh nara sumber yang sangat kompeten di bidangnya. Ada Bu Misiyah, Pak Wirata dan Bapak Firdaus. Saya yakin kita semua dapat ilmu baru dari beliau-beliau," jelasnya.
Dekan berpendapat, Fushum UNR berusaha menjadi pionir dalam pencegahan kekerasan di perguruan tinggi. Pionir bukan berarti yang pertama, tetapi menjadi garda terdepan yang selalu berjalan ke depan layaknya bidak catur.Â
Ketua panitia kegiatan Sri Sulandari, S.Sos., MAP., menambahkan, kuliah umum nasional ini diikuti ratusan mahasiswa UNR lintas fakultas yang ada di UNR. Sebab isu yang dibahas sangat penting yang berkaitan langsung dengan seluruh sivitas akademika.
Dilipilih konsep "Tri Hita Karana" sebagai bagian dari tema, menurut Sri Sulandari, karena salah satu unsur falsafah tersebut mengatur hubungan yang harmonis antar sesama manusia atau "Pawongan" sehingga sangat relevan.
Menurut Sri Sulandari, pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di Perguruan Tinggi (PPKS) adalah upaya yang komprehensif untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman dan kondusif bagi seluruh civitas akademika.
Hal ini dilakukan melalui berbagai langkah, termasuk penyusunan kebijakan, edukasi, penguatan sistem pelaporan, pendampingan korban, dan penanganan kasus.
"Perguruan Tinggi memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual termasuk gender. Kami di UNR sudah punya unit pengaduannya," jelasnya.
Ketua Institut KAPAL Perempuan sekaligus nara sumber, Misiyah mengatakan, kekerasan berbasis gender di perguruan tinggi ibarat fenomena gunung es. Kasusnya pun masih terjadi di berbagai daerah.
"Ini isu yang sensitif ya. Ibarat gunung es. Satu orang melapor, kemungkinan nanti ada lagi (yang melapor). Saya menyambut baik upaya Universitas Ngurah Rai khusus Fishum yang getol berkomitmen menghapus segala bentuk kekerasan di perguruan tinggi," ungkap Misiyah.
Misiyah mengingatkan, semua sivitas akademika di perguruan tinggi wajib berhati-hati jika tidak ingin berurusan dengan hukum. Pasalnya, hanya mengucapkan "suit-suit" bisa dikategorikan dalam pelecehan seksual, khususnya yang dikenal sebagai "catcalling".
Kata dia, catcalling adalah pelecehan seksual di ruang publik yang melibatkan komentar atau tindakan bernuansa seksual yang tidak diinginkan oleh korban, seperti "suit-suit", siulan, atau sejenisnya.
Melalui kegiatan ini, wawasan mahasiswa diharapkan meningkatkan sebagai agen perubahan di masyarakat. "Pertama kita ingin mahasiswa paham apa sih kekerasan berbasis gender itu. Kemudian bagi yang sudah paham, kita tingkatkan lagi pemahamannya," pugkas Misiyah.
Dr. Gede Wirata, S.Sos., SH., MAP., narasumber sekaligus menjabat Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan UNR, menegaskan masih ada "kuasa relasi" di perguruan tinggi yang menjadi salah satu pemicu terjadinya kekerasan.
"Misalnya ada oknum dosen yang merasa kuasanya lebih tinggi dari mahasiswa. Lalu dia mau seenaknya. Hal semacam ini saya pastikan tidak ada di UNR. Jika mahasiswa mengalami hal itu, saya sudah cantumkan nomor WhatsApp di papan pengumuman. Langsung kita sikat," tegas Wirata.
Suasana pendidikan tanpa kekerasan, lanjut Wirata, akan melahirkan ekosistem akademik yang sehat. Sehingga UNR yang notabene perguruan tinggi sarat sejarah akan melahirkan lulusan kompeten sesuai visi dan misi yang telah dibangun.