Selama 3 bulan berkegiatan, kelompok 15 KAT UNR melakukan beberapa program kerja, yang mayoritas berorientasi pada kelestarian lingkungan diantaranya gotong royong membersihkan lingkungan, kegiatan pemilahan sampah di TPS3R, penanaman tanaman hias , kegiatan sosialisasi dengan tema "Pemberdayaan Masyarakat dengan Pembuatan Ekoenzim Berbasis Rumah Tangga" serta praktek langsung pembuatan ekoenzim.
GIANYAR - fajarbali.com | Sampah menjadi permasalahan yang tak kunjung tuntas di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, penumpukan sampah terus terjadi, namun tidak dibarengi dengan pengelolaannya. Permasalahan ini terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali di Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Bali. Hal ini menjadi atensi khusus bagi pemerintah dan juga pihak-pihak terkait lainnya, salah satunya adalah Kelompok 15 Kuliah Aplikatif Terpadu Universitas Ngurah Rai (KAT UNR).
Kelompok 15 KAT UNR beranggotakan 24 orang mahasiswa dengan didampingi oleh 5 dosen pembimbing yang diketuai oleh Ir. Ketut Witarka Yudiata., MT. Kelompok 15 KAT UNR mengambil lokasi Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Bali sebagai tempat dalam melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Selama 3 bulan berkegiatan, kelompok 15 KAT UNR melakukan beberapa program kerja, yang mayoritas berorientasi pada kelestarian lingkungan. Adapun program kerja berorientasi kelestarian lingkungan yang dimaksud antara lain: Kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitaran Banjar Triwangsa, kegiatan pemilahan sampah di TPS3R Desa Kelusa, kegiatan penanaman tanaman hias bersama siswa-siswa SD, dan kegiatan sosialisasi dengan tema "Pemberdayaan Masyarakat dengan Pembuatan Ekoenzim Berbasis Rumah Tangga" serta praktek langsung pembuatan ekoenzim.
Dalam kegiatan sosialisasi sekaligus praktek pembuatan ekoenzim ini, kelompok 15 KAT UNR menggandeng Komunitas Kedas Lebih Asik (Klasik) dengan pembicaranya I Wayan Sastrawan, SH., MH. Komunitas Klasik sendiri adalah komunitas yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan yang salah satu bentuk kegiatannya berupa pengolahan sampah organik menjadi ekoenzim. Wayan Sastrawan mengungkapkan "Ekoenzim merupakan cairan organik multifungsi yang terbuat dari campuran bahan-bahan organik yaitu kulit buah dan sayur, air, serta molase/gula merah".
Pola pengelolaan sampah di Desa Kelusa mayoritas berupa metode konvensional, yaitu menimbun sampah organik di suatu tempat/lokasi. Hal ini berpotensi memunculkan masalah baru, seperti terjadi polisi visual maupun polusi bau. Ekoenzim diharapkan dapat membantu mengurangi masalah penumpukan sampah yang terjadi.
"Salah satu manfaat tidak langsung dari pengolahan ekoenzim adalah kita bisa mengurangi membuang sampah ke TPA, karena sudah mampu mengelolanya di rumah. Ini juga membantu pemerintah dalam menjalankan Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber" Ungkap Wayan Sastrawan.
Di sisi lain, ekoenzim yang dapat dipanen setelah 3 bulan fermentasi memiliki banyak manfaat luar biasa di dalamnya. "Manfaat langsung yang didapat dari penggunaan ekoenzim antara lain sebagai pupuk organik tanaman, sebagai cairan pembersih lantai, untuk mencuci piring, mencuci baju, menjernihkan air tercemar, polusi udara, sampai untuk detox tubuh. Saat panen, di permukaan juga akan ada jamur pitera yg sangat baik untuk kecantikan sebagai masker wajah" Tambah Wayan Sastrawan.
Kegiatan sosialisasi ini mendapat sambutan baik oleh masyarakat Desa Kelusa yang diwakili oleh para pemuda-pemudi Banjar Triwangsa. "Terima kasih kepada kelompok 15 KAT UNR dan juga Komunitas Klasik yang telah memberikan sosialisasi sekaligus praktek dalam pengolahan sampah organik menjadi ekoenzim. Kegiatan ini sangat membantu sehingga masyarakat tahu bagaimana mengolah sampah secara mandiri menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Apabila nanti pengolahan ekoenzim ini dapat dilakukan secara serentak dan kompak oleh seluruh masyarakat Desa Kelusa, diharapkan dapat mengurangi permasalahan sampah yang ada" Ujar seorang pemuda yang mewakili.
Komunitas Klasik juga turut berterima kasih karena diberikan waktu untuk membagikan ilmu yang dimiliki guna menjaga kelestarian lingkungan sekitar. "Terima kasih kepada kelompok KAT 15 UNR karena sudah mengadakan kegiatan sosialisasi ini. Terima kasih juga kepada hadirin yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menyimak apa-apa saja yang telah kami jelaskan tadi mengenai ekoenzim. Semoga dari sosialisasi ini dapat direalisasikan untuk menciptakan lingkungan yang lebih lestari kedepannya" Pungkas Wayan Sastrawan.
Di kesempatan ini pula, kelompok 15 KAT UNR ikut melakukan praktek bersama dalam pembuatan ekoenzim. Kelompok 15 KAT UNR menyumbang alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam pengolahan ini. Hasil akhirnya, sebanyak 1 buah drum ekoenzim telah dibuat yang selanjutnya diserahkan kepada pemuda-pemudi Banjar Triwangsa untuk dilakukan panen pada 3 bulan kedepan. (rls)