FOTO: BONDRES Nong-Nong Kling menyampaikan pesan edukasi pencegahan stunting di Desa Ngis, Manggis, Karangasem.
AMLAPURA – sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Menyampaikan sebuah pesan penting kepada lebih dari 400 orang dari berbagai latar belakang, memerlukan inovasi agar menarik perhatian. Salah satunya lewat kesenian tradisional, bondres.
Menggunakan topeng karikatural unik, sekaa Bondres Nong-Nong Kling, asal Buleleng sukses mengocok perut peserta Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Senin (24/7/2023).
Tetapi, kekocakan dialog, dipadu seni tari, vokal, dan suara personel bondres itu tidak menghilangkan substansi mengedukasi masyarakat Ngis untuk mencegah stunting. Malah pesannya makin melekat karena dibawakan dengan suasana gembira.
Pada kesempatan itu, Perbekel Desa Ngis, I Ketut Catur Mertayasa, menjelaskan, wilayahnya terdiri dari tiga banjar dinas seluas 556,505 ha, dengan penduduk 695 kepala keluarga.
Meski penduduknya tidak terlalu besar, kasus stunting tetap "menghantui". Menurutnya, ada tujuh balita teridentifikasi stunting dan tiga lainnya menderita gizi buruk, berisiko stunting.
"Semuanya sudah diintervensi dengan melakukan pendampingan intensif," kata Catur. Untuk mempercepat penurunan stunting, pihaknya memberi bantuan susu pada balita, ibu hamil dan membuka kelas khusus ibu hamil.
Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN Provinsi Bali Sarles Brabar, menambahkan, dibutuhkan komitmen bersama untuk penurunan stunting.
Stunting, kata Sarles, bukan penyakit tapi termasuk mal nutrisi. Kegiatan yang merupakan program BKKBN bersama mitranya, Komisi IX DPR RI tersebut, merupakan amanat Peraturan Presiden RI No 72/2021.
"Kita harus gerak cepat, melihat Desa Ngis memiliki tujuh anak stunting dan tiga berisiko. Kami mengimbau masyarakat memenuhi gizi. Generasi emas baru bisa dihasilkan jika tidak ada stunting," tegasnya.
Narasumber Anggota Komisi IX DPR RI I Ketut Kariyasa Adnyana, menegaskan, semestinya kasus stunting di Desa Ngis bisa dicegah, karena sumber bahan pangan dan protein cukup melimpah.
Berdasarkan data yang dia pelajari, didominasi oleh pernikahan dini. "Saya amati data, bayi-bayi yang stunting itu kebanyakan lahir dari pasangan di bawah umur," jelasnya.
Untuk itu, lanjut dia, perencanaan menjadi hal yang sangat penting apalagi menyangkut pernikahan. Ia menegaskan, Bali yang bertumpu pada sektor pariwisata menuntut masyarakatnya sehat jasmani dan rohani.
Tak lupa dia berpesan agar warga menjalankan KB ala Bali: empat anak agar populasi masyarakat Bali terjaga. "Tidak masalah punya anak empat. Yang penting direncanakan dengan baik agar berkualitas," tegasnya.
Bupati Karangasem diwakili Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana I Komang Daging, mengungkapkan, upaya penurunan stunting di Karangasem menunjukkan hasil signifikan.
Jika dilihat dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angkanya sangat tinggi di atas 20 persen. Kemudian digenjot, akhirnya bisa turun ke 13,44 persen dan saat ini di angka 7 persen. Komang Daging berharap, kegiatan ini dapat mengedukasi masyarakat akar rumput, khususnya remaja dan ibu hamil. rl