Desa Pakraman se-Tabanan Gelar Nangluk Merana

Bertepatan dengan rahina Tilem Sasih Kenem, Senin (18/12/2017) seluruh desa pakraman se- Tabanan menggelar prosesi nangluk merana. Pantauan awak Fajar Bali, di beberapa desa pakraman seperti misalnya di Desa Pakraman Cepik, Penebel, Tabanan, prosesi tersebut terlihat meriah dengan tumpah ruahnya masyarakat setempat, ngiring Ida Bethara Sesuhunannya lunga melancaran ngider desa.

TABANAN-fajarbali.com | Tidak itu saja, untuk menjaga keamanan dan kesucian prosesi nangluk merana, dibeberapa ruas jalan arus lalu lintasnya terpaksa dialihkan. Seperti misalnya jalur Desa Tunjuk – Buahan yang dialihkan dari Desa Tunjuk menuju Celagi.

Terkait dengan prosesi nangluk merana tersebut, Ketua Majelis Madya Desa Pakraman Kabupaten Tabanan, Drs. I Wayan Tontra, MM mengatakan, prosesi ini dilakukan secara rutin diseluruh Bali. Prosesi ini sesuai dengan wariga atau hari baik berdasarkan perhitungan kalender tradisional Bali.

Tontra menjelaskan, sesuai dengan petunjuk wariga, Sasih Kenem tersebut adalah bulan-bulan mulainya aktifnya sarwaning merana dan merajalela pada Sasih Kepitu hingga Sasih Kesanga. Secara sekala atau alam nyata, pada Sasih Kenem ini terbukti banyaknya wabah penyakit yang menjangkiti masyarakat. Sehingga selain dengan menggelar prosesi nangluk merana, memasuki Sasih Kenem ini masyarakat harus semakin meningkatkan kewaspadaannya agar tidak terjangkiti penyakit. “Misalnya, dengan menjaga kebersihan lingkungan,” ungkap Tontra.

Tontra menambahkan, untuk prosesi nangluk merana yang rutin digelar setahun sekali ini, untuk tatanan upakaranya ditentukan dari hasil paruman PHDI Bali. Yang jelas, pelaksanaannya mengacu dari lontar Roga Sanggara Bumi dan lontar Sundari Gama. Sementara untuk tirta pemuput, dalam ruang lingkup Bali diambil dari Pura Batu Klotok Klungkung dan di Tabanan sendiri diambil dari Pura Luhur Pakendungan.

Upacara yang digelar setiap tahun tersebut bertujuan untuk mendukung pertanian Tabanan sebagai daerah lumbung beras dan pangan di Bali. “Melalui kegiatan ritual yang digelar secara berkesinambungan setiap tahun diharapkan mampu mengajegkan Tabanan tetap sebagai lumbung beras di Pulau Dewata,” ungkapnya.

Setelah dilakukan persembahyangan bersama di Pura Luhur Pekendungan, acara dilanjutkan dengan mulang pekelem berupa kambing, itik dan ayam yang berwarna hitam di Pura Luhur Tanah Lot. (ngr)

Scroll to Top