ARRRRRR1

Desa Bukian Sukses Turunkan Stunting, Peneliti Poltekkes Denpasar Tekankan Pentingnya Peran Suami

Pembukaan kegiatan “Pelatihan Suami Siaga Stunting (Lasigating) dalam Rangka Pencegahan Stunting Selama Masa Kehamilan Sampai Nifas” bertempat di Kantor Perbekel Desa Bukian, Payangan, Gianyar.

GIANYAR- fajarbali.com | Provinsi Bali dinobatkan sebagai Provinsi dengan kasus stunting paling rendah pada tahun 2022 yaitu mencapai delapan persen. Di balik semua prestasi yang telah dicapai, terdapat beberapa daerah yang justru mengalami kenaikan angka stunting.

Melalui hasil penelitian, Kecamatan Payangan sebagai salah satu kecamatan di Gianyar mengalami kenaikan angka stunting yaitu dari 22 kasus menjadi 23 kasus.

Dengan peningkatan kasus stunting di Kecamatan Payangan, Gianyar pemerintah tidak luput mengambil andil dalam pelaksanaan upaya penurunan stunting.

Pengendalian stunting yang rata-rata masih berpusat hanya kepada ibu, menjadi titik fokus dilakukan penelitian bagaimana peran suami yang tidak kalah penting dalam penanganan kasus stunting ini.

Temuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan Penelitian di Masyarakat bertema “Pelatihan Suami Siaga Stunting (Lasigating) dalam Rangka Pencegahan Stunting selama Masa Kehamilan Sampai Nifas” awal Juli 2024 lalu.

Penelitian dikoordinir oleh Ni Wayan Armini, SST.,M.Keb., dibantu dua anggota dan empat orang mahasiswa dari Jurusan Kebidanan.

Kegiatan ini merupakan implementasi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut, menyasar kader posyandu, Kepala Dusun serta staff puskesmas, bidan desa dan staff desa untuk dapat membuka wawasan mengenai stunting dan peran penting suami dalam mendukung pencegahan stunting.

Kepala Desa Bukian, I Made Junarta, mengapresiasi kegiatan ini dan menyampaikan beberapa upaya serta kebijakan yang dilakukan dalam menyukseskan penurunan angkat stunting di Desa Bukian yang sangat efektif.

“Kami berharap kegiatan ini bisa berdampak positif terhadap upaya penurunan angka stunting khususnya di wilayah Gianyar. Kami apresiasi fasilitasi dan kerja sama dari pihak desa, Poltekkes Denpasar  maupun puskesmas dan masyarakat,” kata Junarta.

Kepala Puskesmas Payangan, dr. Ni Putu Eka Ngantini, menyampaikan bahwa Puskesmas memiliki peran utama di dalam menjaga kesehatan seluruh masyarakat di wilayah kerja Payangan.

“Program penanganan stunting  yang kami telah laksanakan di Puskesmas Payangan dengan mengadakan aplikasi “CERIA” bagi remaja, Skrining Kesehatan CATIN, ANC TERPADU, PHBS, PMT untuk anak kurang gizi, imunisasi, pemantaun tumbuh kembang anak berkala,” ujarnya.

Kegiatan berlangsung satu hari. Agenda pertama, diisi pemaparan materi dari narasumber terkait upaya pencegahan stunting. Lalu, dilanjutkan dengan sesi FGD yang dilakukan oleh 6 kelompok yang masing-masing terdiri dari kader, kepala dusun dan staff puskesmas dan desa.

Pemaparan materi terkait Penanganan dan Penekanan Angka Stunting di Desa Bukian diberikan oleh Kepala Desa bukian yang dilanjutkan dengan sesi diskusi terkait disambut antusias peserta.

Sementara itu, pemaparan materi terkait definisi stunting, tips pemenuhan nutrisi anak dan tanda bahaga gejala anak stunting diberikan oleh Dr. Anak Agung Ratna Purnama Santhi, Sp.A, disambut dengan antusias pada sesi diskusi oleh peserta dengan mayoritas pertanyaan mengenai pemenuhan nutrisi pada anak.

Pemaparan materi mengenai kebijakan dan kegiatan yang telah dilakukan dalam wilayah kerja Puskesmas Payangan dijelaskan oleh dr. Ni Putu Eka Ngantini.

Pemaparan materi peram suami dalam pencegahan stunting diberikan oleh Kepala Camat Payangan I Wayan Widana, SSTP serta materi mengenai penanganan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting disampaikan oleh Ns. Ni Ketut Ayu Maharani, S.Kep dan Pande Made Suantara, SST.

Kegiatan ini disabut dengan sangat baik dapat dilihat dari keseriusan dan antusias peserta FGD dalam Penelitian kali ini. Masyarakat yang telah terlibat sangat berharap kegiatan dapat membuka wawasan bagi masyarakat agar lebih cerdas menjadi agen pencegah stunting. (rel)

 

 

 

Scroll to Top