https://www.traditionrolex.com/27 Database dan Pola Asuh Faktor Utama Cegah Stunting - FAJAR BALI
 

Database dan Pola Asuh Faktor Utama Cegah Stunting

“Sekarang yang menjadi stunting itu bagaimana cara pola asuh. Itu yang sekarang kita kejar. Kami yakin stunting itu berkurang. Dari 24 (persen) secara nasional, tahun 2024 menjadi 12 persen,” tegas Kariyasa. 

 Save as PDF
(Last Updated On: 15/08/2022)

 

DENPASAR-fajarbali.com

Pemerintah terus memberikan perhatian terhadap kasus stunting terhadap anak. Berdasarkan hasil Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4 persen. Angka tersebut terbilang menurun dibandingkan tahun 2018 lalu sebanyak 30,8 persen.

Oleh karena itu, Pemerintah meminta agar Pemerintah Daerah (Pemda) untuk konsen terhadap permasalahan stunting diwilayahnya masing-masing. Untuk di Bali, pravalensi stunting pada tahun 2021 tercatat 10,9 persen. Ditargetkan pada tahun 2024 turun menjadi 6,15 persen. 

Terkait hal itu, anggota Komisi IX DPR RI Ketut Kariyasa Adnyana menyatakan, persoalan stunting tak hanya menjadi fokus satu lembaga. Melainkan seluruh pemangku kepentingan. “Stunting itu sekarang tidak digarap oleh satu instansi saja. Sekarang kan diprogram di pos nasional. Baik semua kementrian dan kepala daerah sudah pro aktif,” katanya, Senin (15/08).

Menurutnya, saat ini telah dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) ditingkat desa. Tim tersebut terdiri dari Posyandu, kader PKK, dan tokoh masyarakat yang menjadi pendamping. Permasalahan yang selalu terjadi adalah terkait database. “Selama ini kan yang menjadi kendala adalah database. Ketika database sudah ada, penanganannya akan lebih cepat,” tandasnya.

Komisi IX DPRD Bali yang membidangi kesehatan telah melihat kondisi langsung di berbagai daerah di Indonesia. Khususnya menyasar daerah-daerah ataupun desa yang memiliki tingkat stunting tinggi. Pihaknya juga terus ikut mensosialisasikan dan menyampaikan program-program dalam upaya menurunkan stunting.

Begitu juga di Bali. Menurutnya, penanganannya dirasa akan lebih mudah dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. “Kami yakin, kalau Bali ini kan tidak terlalu besar. Jadi lebih gampang (penanganannya),” paparnya.

Selain database, persoalan yang memicu terjadinya stunting di masyarakat yakni pola asuh. Politisi asal Buleleng ini menilai, tak jarang masyarakat utamanya para orang tua tak memahami bagaimana pola asuh yang baik kepada anak. Padahal, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.

“Sekarang yang menjadi stunting itu bagaimana cara pola asuh. Itu yang sekarang kita kejar. Kami yakin stunting itu berkurang. Dari 24 (persen) secara nasional, tahun 2024 menjadi 12 persen,” tegas Kariyasa. 

Sementara untuk stunting di Bali yang angka prevalensinya 10,9 persen, semestinya ditahun 2024 bisa kurang dari separuhnya. “Kalau Bali dari 10 persen, mestinya di tahun 2024 itu kurang dari 5 persen,” terang mantan Sekretaris Komisi III DPRD Bali ini.

Terakhir, masalah stunting terhadap anak tak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya akan berdampak buruk kedepannya. Apalagi anak merupakan generasi penerus. “Kalau stuntingnya tinggi kan menjadi ancaman stabilitas negara. Inikan kita punya SDM emas tahun 2045,” pungkasnya. W-011

 Save as PDF

Next Post

Dosen Unud Terpilih Dalam 29 Ilmuwan Internasional Mentori Peneliti Indonesia

Sen Agu 15 , 2022
Dibaca: 12 (Last Updated On: 15/08/2022) Dosen Unud Prof. I Nyoman Darma Putra, paling atas nomor dua dari kanan (Foto Dok The Conversation Indonesia). DENPASAR — fajarbali.com | Korprodi Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Prof. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Ph.D., terpilih sebagai salah satu dari 29 […]
dharma-57133b14

Berita Lainnya