TABANAN-fajarbali.com | Tiga Sulinggih, yakni Ida Pedanda Isyana Manuaba dari Griya Lebah Abiansemal, Ida Pedanda Gede Intaran dari Griya Mas Sandan, Ida Pedanda Demung Sugata dari Griya Budha Culik, serta Jero Gede Temburu Wasa dari Lambing Sibang Kaja, muput karya Danu Kertih atau Mulang Pakelem di Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Sabtu (1/11/2025).
Dikonfirmasi di sela prosesi upacara sakral ini, Ida Cokorda Mengwi XIII, selaku Pangempon Pura Pucak Mangu menjelaskan, Danu Kertih merupakan rangkaian Karya Agung di Pura Penataran Agung Pucak Mangu, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, yang puncaknya akan berlangsung pada Purnama Sasih Kelima, Buda Umanis Julungwangi, Rabu (5/11/2025).
Ida Cokorda Mengwi berpandangan, prosesi Danu Kertih menjadi bagian penting dari tahapan menuju upacara puncak berupa Tawur Balik Sumpah Utama, Padudusan Agung, Menawa Ratna, Mapaselang, dan Mapadanan Medasar Tawur Balik Sumpah Utama.
Ida Cokorda Mengwi menambahkan, Danu Kertih dilaksanakan di Danau Beratan karena Pura Ulun Danu Beratan merupakan bagian dari Pura Penataran Agung Pucak Mangu. Upacara tingkat madya ini digelar setiap 15 tahun sekali.
Dua hari sebelumnya, pangempon pura juga telah melaksanakan Segara Kertih melalui prosesi melasti ke Pantai Seseh pada Wraspati Kliwon Warigadean. Setelah Danu Kertih, rangkaian akan dilanjutkan dengan Wana Kertih di kawasan hutan sekitar Pura Pucak Mangu.
"Sama seperti Segara Kertih, Danu Kertih juga menggunakan kerbau sebagai sarana upacara," ujarnya.
Menurutnya, pelaksanaan upacara ini sejalan dengan visi-misi Gubernur Bali, yakni penghormatan terhadap segara (laut), danu (danau), dan wana (hutan) sebagai implementasi ajaran Tri Hita Karana menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Tujuan utamanya adalah untuk kesejahteraan umat dan keselamatan alam beserta isinya.
"Semoga umat manusia hidup tentram, mendapatkan anugerah berupa 'mrtha' dalam arti luas yang melimpah," harapnya.
Ida Cokorda mengajak umat Hindu, khususnya di wilayah Badung, untuk menjadikan karya agung ini sebagai momen refleksi diri dan memperkuat hubungan spiritual dengan alam. “Berbagai bencana alam belakangan ini merupakan pengingat agar manusia kembali menerapkan nilai-nilai luhur Tri Hita Karana,” pesannya.
Pada kesempatan yang sama, Pangabih Ida Cokorda Mengwi XIII, Gusti Agung Gede Mangun Ningrat, mengungkapkan, Danu Kertih menggunakan lima jenis wewalungan (binatang) sebagai sarana upacara, mulai dari kerbau, bebek, hingga kambing.
Dia juga menyebut, prosesi turut dihadiri sejumlah pejabat Pemkab Tabanan serta perwakilan Puri Agung Marga. “Semoga dengan yadnya ini seluruh umat memperoleh kesejahteraan dan kedamaian,” harap Mangun Ningrat.
Ida Cokorda Mengwi XIII bersama 10 orang tampak menaiki rakit ke tengah danau. Satu persatu upakara termasuk wewalungan dihaturkan (tenggelamkan) sebelum memohon air suci untuk di-iring ke Pura Penataran Pucak Mangu.










