https://www.traditionrolex.com/27 Cerita Rosi, Alumnus Ilmu Hukum Undiksha! Ingin Jadi Jaksa, Soroti Kekerasan Seksual pada Anak di Buleleng - FAJAR BALI
 

Cerita Rosi, Alumnus Ilmu Hukum Undiksha! Ingin Jadi Jaksa, Soroti Kekerasan Seksual pada Anak di Buleleng

Dalam skripsinya, Rosi mengangkat judul “Implementasi Rumah Aman Sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Korban Kekerasan Seksual Pada Anak di Kabupaten Buleleng”.

 Save as PDF
(Last Updated On: 02/04/2023)

Kadek Rosiana Dewi, SH.

 

DENPASAR – fajarbali.com | Kadek Rosiana Dewi, resmi menyandang gelar Sarjana Hukum (SH), setelah menamatkan pendidikan sarjana pada Program Studi (Prodi) Ilmu Hukum, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha (FHIS-Undiksha) Singaraja.

Putri kedua pasangan Nyoman Sujena dan Ketut Ariani asal Banjar Dinas Pudeh, Tajun, Kubutambahan Buleleng, ini telah diwisuda, Jumat (31/3), lalu dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,9.

Setelah sukses mengantongi SH, Rosi–panggilan karibnya, bercita-cita menjadi seorang jaksa. Rosi pun telah menyiapkan diri secara maksimal dan terus memantau informasi pembukaan CPNS.

Alasan memilih jaksa, menurut dia, didorong keinginan pribadi untuk meningkatkan integritas diri di bidang hukum. Bukan karena dorongan orangtua atau pihak lain. Terlebih, orangtuanya berprofesi sebagai petani.

Dalam skripsinya, Rosi mengangkat judul “Implementasi Rumah Aman Sebagai Bentuk Pemenuhan Hak Korban Kekerasan Seksual Pada Anak di Kabupaten Buleleng”. Menurutnya, kekerasan seksual dengan korban anak-anak masih masif terjadi di “Bumi Panji Sakti”.

Sementara, keberadaan Rumah Aman belum jelas keberadaannya. “Padahal, rumah aman itu sangat penting bagi korban untuk memulihkan diri. Dalam Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Buleleng Nomor 5 tahun 2019 juga sudah menginstruksikan itu,” kata alumni SMAN 3 Singaraja itu.

Rosi mengungkapkan, berdasarkan data dari Polres Buleleng, tahun 2017 terjadi 25 kasus kekerasan seksual pada anak. Tahun 2018 meningkat 29 kasus, 2019, 32 kasus, dan baru turun di tahun 2020 dan 2001 dengan masing-masing 14 dan 16 kasus.

“Kasus ini kan baru yang dilaporkan. Tentu yang belum dilaporkan masih ada. Seperti gunung es. Yang kelihatan hanya puncaknya,” kata Rosi.

Ilmu hukum, lanjut Rosi, menjadi pilihan utamanya karena ketertarikan sejak di bangku SMA. Rosi pun berhasil menembus satu kursi di perguruan tinggi pelat merah itu dari jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2019/2023.

Ternyata pilihannya tidak salah. Rosi mendapatkan pengalaman luar biasa di bangku kuliah dan lapangan. Bahkan, Rosi diberi kesempatan menjadi asisten dosen.

“Pengalaman saya luar biasa selama kuliah. Dikasi banyak ilmu dan kesempatan menjadi asisten Ibu Rai dan Pak Dewa Mangku. Dan, fasilitas kuliah juga sangat lengkap,” akunya.

Lebih lanjut, Rosi mengaku menyiapkan opsi lain seandainya belum jodoh menjadi jaksa. “Yang pasti saya ingin melanjutkan ke magister. Trus bisa memilih jadi pengajar dan praktisi hukum. Tentunya kesempatan itu sangat luas,” jelas Rosi.

Dikonfirmasi terpisah, Koorprodi Ilmu Hukum FHIS Undiksha Ni Putu Rai Yuliartini, SH., MH., membenarkan bahwa Rosi adalah salah satu mahasiswi terbaiknya yang dijadikan asisten oleh dirinya sendiri serta Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan  Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, SH., L.L.M.

Kedua dosennya itu kompak mendoakan agar Rosi sukses menggapai cita-citanya, serta tetap menjaga hubungan dan nama baik almamater. (Gde)

 Save as PDF

Next Post

Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali Dukung Penuh Sikap Gubernur

Ming Apr 2 , 2023
“Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali mengapresiasi pilihan sikap Gubernur Bali Wayan Koster yang berani mengambil resiko kehilangan banyak popularitas karena kebijakannya,” ungkap dia.
IMG-20230402-WA0008

Berita Lainnya