Cegah Kasus Tipikor, Buleleng Disambangi Satgassus Tipikor Mabes Polri

(Last Updated On: )

Pejabat Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menerima kunjungan Tim Khusus Tipikor  Mabes Polri

SINGARAJA – fajarbali.com I Takut kembali terulang permasalahan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) membuat satuan tugas khusus dari Mabes Polri ‘menggerudug’ pemkab Buleleng. Kedatangan para satuan petugas khusus Mabes Polri ini bermaksud untuk memberikan pencegahan agar kasus Tipikor tidak kembali dijumpai di jajaran pemerintahan Kabupaten Buleleng.

Kedatanga para satuan khusus pencegahan kasus Tipikor tersebut dipimpin langsung oleh Budi Agung Nugroho yang mengajak delapan anggota yang diterima oleh pejabat (PJ)  Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana bersama dengan Sekda Kabupaten Buleleng Gede Suyasa di ruang rapat Loby Kantor Bupati Buleleng, Senin (5/9) kemarin.

Ditemui usai penerimaan rombongan Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menngukapkan terkait kunjungan tim Tipikor sebagai upaya monitoring dan pencegahan terjadinya tipikor. Utamanya dalam penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang menggunakan dana desa.

Seluruh kabupaten atau kota di Bali dikunjungi oleh Satgassus Pencegahan Tipikor Mabes Polri ini. “Ini dikarenakan secara agregat Provinsi Bali masuk dalam kategori provinsi yang penyerapan dan pemanfaatan dana desa khususnya untuk BLT cukup baik. Sehingga ini monitoring untuk melihat pola penyaluran dan hal seperti apa di dalam hal penyerapan dana desa khususnya di BLT Desa ini,”jelas dia.

Satgassus juga sempat menyebutkan bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Buleleng tertinggi di Bali. Menyikapi hal tersebut, pria yang juga Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Provinsi Bali ini mengatakan angka kemiskinan di Buleleng itu data dari garis kemiskinan.

Hal ini wajar mengingat Buleleng memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Bali. Namun, ia menyadari ini adalah tantangan bagi Pemkab Buleleng. Ada banyak program yang langsung menyentuh masyarakat untuk menjawab permasalahan tersebut.

“Yang paling penting begini. Kalau menangani masyarakat miskin, hak dasarnya kita penuhi dulu. Pendidikan, kesehatan, dan kita tingkatkan pula daya belinya. Makanya berbagai program itu dalam rangka mengangkat daya belinya. Tapi hak dasar juga harus dipenuhi terlebih dahulu,” kata Lihadnyana.

Sementara itu, Budi Agung Nugroho selaku pimpinan rombongan mengungkapkan selain karena penyerapan di Provinsi Bali termasuk yang tertinggi, Satgassus juga ingin melihat penyaluran bantuan sosial (bansos) lainnya di luar BLT dana desa. Ada beberapa bansos lain yang dikelola oleh Kementerian atau Lembaga.

 

Apakah ada bansos tersebut yang bersinggungan ataupun tidak. Kemudian, kemungkinan terjadinya penerimaan yang ganda. Seperti, satu penerima manfaat menerima lebih dari satu bansos.

 

Termasuk melihat proses sinkronisasi data terkait penerima berbagai bansos dari pemerintah. “Baik BLT Desa atau bansos lainnya. Kami juga akan turun ke desa-desa. Selama empat hari akan berada di Buleleng. Tiga hari ke depan kita berkunjung ke beberapa desa. Rencananya sekitar 40 desa di Kecamatan Sukasada, Kecamatan Sawan dan Kecamatan Buleleng,” ungkapnya.

 

Dirinya menambahkan pencegahan tipikor yang paling baik dari pemerintah adalah ketika pemerintah bisa menciptakan proses yang efisien. Khusus untuk BLT, itu memastikan daerah punya data yang valid dan terbaru.

 

Seperti data tentang masyarakat miskin yang valid. Ketika dicek di lapangan tidak ada masyarakat miskin yang punya ruko atau kendaraan bermotor lebih dari satu. “Itu yang disebut valid. Terkait dengan bantuan seperti ini, itulah yang seharusnya dilakukan pemerintah daerah. Memastikan bahwa bantuan tepat sasaran,” imbuh Budi Agung Nugroho. W – 008

 Save as PDF

Next Post

Merdu Kidung dan Persembahyangan Bersama dalam HUT FP ke-55 dan BKFP ke-44

Sen Sep 5 , 2022
HUT FP Unud ke-55 dan BKFP ke-44
Kidung-eb81917e

Berita Lainnya