Capaiannya Hanya 55,41%, TPA “Tamasya” Solusi Tingkatkan Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan

IMG-20250826-WA0007
Forum Pendampingan Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) yang berlangsung pada 16–25 Agustus 2025 di delapan kabupaten/kota di Bali.

TABANAN-fajarbali.com | Sebanyak 70% penduduk Indonesia berada pada usia produktif sejak 2020. Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan berada di angka 55,41%.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2024) itu, menunjukkan perlunya dukungan ekosistem pengasuhan anak yang lebih kuat agar semakin banyak perempuan memasuki pasar kerja.

Demikian terungkap dalam Forum Pendampingan Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA) yang berlangsung pada 16–25 Agustus 2025 di delapan kabupaten/kota di Bali.

Kegiatan ini digelar Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Bali bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali. Menyasar pengelola serta pengasuh Tempat Penitipan Anak (TPA).

Kegiatan tersebut bertujuan memperkuat layanan pengasuhan berbasis komunitas agar keluarga muda, khususnya perempuan bekerja, tetap produktif sekaligus memastikan kualitas tumbuh kembang anak terjaga optimal.

TPAK Perempuan Tabanan

Pada Senin (25/8/2025), lokasi penyelenggaraan kegiatan digelar di TPA Taman Agustus, Kabupaten Tabanan. Berdasarkan data BPS (2024), TPAK perempuan di Tabanan mencapai 67,59%. Termasuk dua terendah di Bali dan berada di bawah rata-rata provinsi yang tercatat 70,49%.

Kondisi rendahnya partisipasi kerja perempuan di Tabanan memperlihatkan masih adanya hambatan struktural yang membuat kaum ibu sulit menyeimbangkan peran domestik dan produktif.

Dalam konteks ini, keberadaan TPA yang representatif, terjangkau, dan berkualitas menjadi solusi dari masalah yang dihadapi para ibu akan kebutuhan ruang yang aman untuk anak-anak mereka saat ditinggal bekerja.

TPA bukan sekadar fasilitas penitipan, melainkan ruang tumbuh yang aman, responsif, dan stimulatif. Sehingga orangtua—khususnya ibu bekerja—dapat beraktivitas dengan tenang tanpa mengkhawatirkan perkembangan anak.

Lebih jauh, kualitas layanan TPA tidak hanya ditentukan oleh jumlah fasilitas, tetapi juga oleh kompetensi tenaga pengasuh.

BACA JUGA:  Inovatif, Mahasiswa Unmas Denpasar Perkenalkan Pengelolaan Sampah Metode Maggot

Tenaga pengasuh yang bersertifikasi dengan pemahaman tentang pola asuh berbasis stimulasi sangat dibutuhkan untuk memastikan anak mendapatkan dukungan perkembangan sesuai tahapan usianya.

Standarisasi stimulasi dan pengasuhan ini pada akhirnya berkontribusi langsung terhadap produktivitas keluarga dan menjadi investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) daerah.

Dengan kata lain, TPA berkualitas tidak hanya membantu orangtua bekerja lebih produktif, tetapi juga mencetak generasi masa depan yang sehat, cerdas, dan kompetitif.

Pelaksanaan Pelatihan Bergiliran

Dalam forum ini, IDAI menghadirkan dokter spesialis anak untuk memberikan materi pemantauan tumbuh kembang dan diskusi kasus. Kegiatan juga diisi dengan sosialisasi tentang pencatatan dan pelaporan menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA).

Peserta juga didorong mengakses platform Sistem Belajar Mandiri (SIBIMA BKB EMAS), Kelas Orang Tua Hebat, serta peningkatan kualitas pelaporan R1 TAMASYA.

Pelatihan dilaksanakan secara bergiliran di delapan TPA percontohan. Mulai dari TPA Tresna Care Child di Karangasem hingga Unik Daycare di Badung. Tiap lokasi diikuti 20 peserta yang terdiri dari pengelola TPA, pengasuh, penyuluh KB (PKB/PLKB), serta anak-anak sebagai subjek layanan.

Kepala Perwakilan BKKBN Bali, Dr.dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For.M.A.R.S. menegaskan, program ini merupakan strategi memperluas layanan pengasuhan anak yang berkualitas demi mencetak generasi unggul. Sekaligus meningkatkan produktivitas keluarga di masa bonus demografi.

“Pendampingan berkelanjutan diharapkan menjadikan TAMASYA sebagai gerakan nasional dalam membangun ekosistem pengasuhan yang profesional, aman, dan penuh cinta bagi anak-anak Indonesia,” tegasnya.

Scroll to Top