Buku Memori Pengabdian untuk Bupati Bharata

GIANYAR-fajarbali.com | Menjelang akhir masa jabatannya sebagai Bupati Gianyar, Anak Agung Gede Agung Bharata mendapat kado instimewa dari tiga seniman dan budayawan Ganyar.

Buku yang diberi judul  “Memory Pengabdian Bupati Gianyar A.A. Gde Agung Bharata” setebal 100 halaman ini diserahkan langsung oleh penulisnya Drs. I Wayan Geriya, Prof.DR. I Made Bandem,MA dan Prof. DR. I Wayan Dibia diruang kerjanya, Senin (19/2/2018).

 Tidak dipungkiri era jabatan Bupati Agung Bharata periode kedua (2013-2018) sarat dengan prestasi dibidang seni dan budaya. Berbagai prestasi dicatat untuk Kabupaten Gianyar sebagai sinergi bumi seni dan Kota Pusaka, serta Gianyar berpeluang melangkah lanjut sebagai Kabupaten Budaya di Bali (The Truly Soul of Bali). 

Kemajuan tersebut sangat menginspirasi, memberikan ragam inovasi dan mencatatkan rekor berkelas dunia seperti tuan rumah ICNT, menjadi anggota jaringan  Kota Pusaka Dunia, The OWHC dan menerima warisan budaya dunia dari UNESCO mencakup Wayang, Keris, Subak dan SENI TARI BALI.

Bupati Agung Bharata dalam mengembangkan seni dan budaya termasuk juga para senimannya, membuat tokoh budayawan sekelas Drs. I Wayan Geriya, Prof. Made Bandem dan Prof Wayan Dibia tergerak hatinya untuk memberikan penghargaan atau kenang-kenangan pada akhir jabatannya.

Seperti ditegaskan oleh Drs. I Wayan Geriya, buku yang mereka susun ini bukan hanya sekedar buku yang isinya hanya memuji belaka namun berdasarkan fakta yang terjadi di masyarakat. Perhatian Bupati Agung Bharata tidak hanya focus pada perkembangan seni saja, namun juga pada para senimannya.

Bahkan menurut Wayan Geriya, untuk pertama kalinya pada tahun 2017 ini tiga tokoh seni mendapat penghargaan tertinggi atau maestro berupa Parama Satya Budaya dan Parama Citra Kara Budaya. Di bidang kesejahteraan juga tidak luput dari perhatian Bupati Agung Bharata, dimana pada penghujung tahun 2017 sebanyak 150 orang seniman  dan budayawan diberikan kartu BPJS sebagai jaminan hari tua.

“Kalau beliau begitu intensnya memperhatikan seni dan budaya di Kabupaten Gianyar, lalu yang menghargai bupati siapa? Berawal dari itulah kami bertiga sepakat menyusun buku sebagai ucapan terima kasih di akhir jabatannya,” tegas I Wayan Geriya.

Hal ini juga didasarkan atas UU No 5 tahun tahun 2017 tentang Pemajuan  Kebudayaan. Dalam undang-undang tersebut secara jelas dicantumkan antara hal dan kewajiban pemberi dan penerima penghargaan kebudayaan. Hal yang sama juga dikatakan Prof  Made Bandem, yang menurutnya selama 5 tahun terakhir ini Bupati Agung Bharata sudah meletakkan landasan yang kuat tentang pembangunan seni budaya kedepannya.

Ada tiga landasan kuat menurut Bandem, yaitu pertama Gianyar sudah menjadi Kota Pusaka dimana intinya adalah sudah ada upaya inventarisasi, dokumentasi dan pemetaan kebudayaan di Gianyar. Kedua, setelah menjadi Kota Pusaka Gianyar akan menuju kota kreatif. Sebagai kota seni, Gianyar sangat berpotensi menghasilkan beragam cipta karya yang luar biasa banyaknya. Sedangkan yang ketiga dan yang paling penting adalah  manajemen yang baik. 

Dengan manajemen yang baik Gianyar akan menuju menjadi kota yang cerdas. “Buku ini juga kami buat dalam bentuk pdf, dan akan kami masukkan di web Gianyar, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses lewat internet,” kata Prof Bandem.

Sedangkan Prof I Wayan Dibia lebih melihat pada pada masa ini Pemerintah Kabupaten Gianyar telah banyak melakukan kerjasama dengan daerah lain yang memiliki jiwa dan nafas yang sama dengan Gianyar tentang seni dan budaya. Banyak terobosan yang telah dilakukan, seperti gong kebyar nyatur desa ataupun melukis di kanvas 1.000 meter, disamping juga intens mengembangkan kantong-kantong seni di masing-masing kecamatan.

Sementara itu Bupati Gianyar, A.A Gde Agung Bharata mengaku sangat bangga dan terharu diberi penghargaan dalam bentuk sebuah buku. “Kalau senang ya senang aja, saya berbuat untuk seni karena saya suka seni. Itu saja,” jelasnya bangga. Selama ini ia begitu konsen pada perkembangan seni dan budaya di Gianyar, bukan semata hanya untuk mencari popularitas, namun lebih pada rasa sukanya pada seni. 

Segala sesuatu jika tanpa dilandasi rasa suka, ibarat sayur tanpa garam. Bupati Agung Bharata berharap buku tersebut dapat dibaca oleh seluruh masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan seni dan budaya di Gianyar. “Saya juga berharap, pengganti saya lebih mencintai seni dan budaya dan terpelihara buat generasi mendatang,” tutupnya. (sar)

Scroll to Top