MANGUPURA-sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com l Arahan pemerintah pusat agar dilakukan tracing dan testing maksimal untuk melacak penyebaran Covid-19 disikapi serius oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung.
Pemerintah berlambang keris ini bahkan berencana merekrut para tracer atau petugas tracing untuk melakukan tracing bagi warga yang terjangkit virus Covid-19. Tracer ini akan bekerjasama dengan TNI/Polri dan dibiayai dengan dana APBD Badung.
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menyatakan tracing dan testing ini penting, pasalnya satu warga positif Covid-19 mestinya tracing dan testingnya bisa menyasar 15 sampai 25 orang untuk memutus rantain penularan Covid-19.
“Begini, untuk masalah himbauan pusat bicara tentang tracing dan testing kita diminta untuk melakukan tracing dan testing maksimal, agar tidak terjadi penyebaran yang tidak kita ketahui. Karena satu warga positif Covid, berarti minimal semestinya dilakukan tracing 15 sampai 25 orang untuk memutus rantai penyebarannya. Dan ini diperlukan petugas yang disebut dengan tenaga tracer-tracer itu,” ujarnya ditemui wartawan usai rapat-rapat Paripurna DPRD Badung di Gedung Dewan, Selasa (3/8/2021).
Tenaga tracer ini, kata Giri Prasta bisa berasal dari PNS dan berkolaborasi dengan TNI/Polri. ”Kita butuh PNS di wilayah Badung, ada TNI dan Polri dan kita selalu berkolaborasi, karena juga Bapak Pangdam sampai ke jajaran di bawah seperti Babinsanya dan Bapak Kapolda sampai ke jajaran di bawah yakni Babinkantibmasnya sudah melakukan koordinasid dengan kita sejak awal. Sinergitas ini kita bisa masukan ke dalam wilayah kepanitiaan pelaksanaan tracer ini,” kata Giri Prasta.
BACA JUGA :
Tambahan Kasus Positif Bertambah Lagi, 13 Desa Ditetapkan Zona Merah
Rapat Paripurna, Fraksi Sampaikan Pandangan Umum
Mengenai biaya, pihaknya juga memastikan bisa berasal dari APBD. Hanya saja, Bupati yang juga Ketua DPC PDIP Badung ini belum mau berbicara soal anggaran lantaran masih mematangkan teknis petugas pelacak orang positif Covid ini. “Biaya pasti dong. Cuma belum, karena teknisnya dulu, biar tidak salah,” tegasnya.
Pihaknya pun berharap ada kolaborasi agar penanganan Covid ini benar-benar maksimal. Ia mencontohkan masalah pentingnya isolasi terpusat alias Isoter. “Kita kolaborasikan dulu. Contoh, penting nggak Isoter? penting,” terang Giri Prasta.
Di Badung, sambung, bupati sudah memiliki 5 Isoter. Yakni di Bakung Beach, Wisma 1, 2, Hotel Made dan Bakung Sari. “Kita memiliki 5 Isoter. Dan ini bisa kurang,” jelasnya.
Isoter ini menurutnya memiliki sejumlah keunggulan dibanding isolasi mandiri atau Isoman. Pertama, keuntungan Isoter ini,pihaknya bisa memantau sepenuhnya antara makan dan obat pasien Isoter. Kedua pihaknya bisa melihat aktifitas kerjasama Pemkab dengan TNI dan Polri. Dan ketiga biar tidak ada penyebaran di keluarga.
Agar masyarakat terpapar Covid-19 mau Isoter, maka pihaknya harus memastikan Isoter tersebut bagus dan memberi kenyamanan bagi pasien positif Covid-19.
“Sederhananya, mau tidak mau kami harus menyediakan tempat yang lebih bagus dari rumahnya, jangan sampai kita membuat Isoter, maaf tidak representatif, kan lebih bagus saya isolasi di rumah. Makanya saya pastikan kalau Isoter ini tidak bagus fasilitasnya saya tidak mau. Karena masyarakat itu mau datang ke Isoter bila melihat tempat tidurnya nyaman, airnya bagus dan ada tenaga medis stand by 24 jam,” pungkasnya. (put)
Pemerintah berlambang keris ini bahkan berencana merekrut para tracer atau petugas tracing untuk melakukan tracing bagi warga yang terjangkit virus Covid-19. Tracer ini akan bekerjasama dengan TNI/Polri dan dibiayai dengan dana APBD Badung.
Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menyatakan tracing dan testing ini penting, pasalnya satu warga positif Covid-19 mestinya tracing dan testingnya bisa menyasar 15 sampai 25 orang untuk memutus rantain penularan Covid-19.
“Begini, untuk masalah himbauan pusat bicara tentang tracing dan testing kita diminta untuk melakukan tracing dan testing maksimal, agar tidak terjadi penyebaran yang tidak kita ketahui. Karena satu warga positif Covid, berarti minimal semestinya dilakukan tracing 15 sampai 25 orang untuk memutus rantai penyebarannya. Dan ini diperlukan petugas yang disebut dengan tenaga tracer-tracer itu,” ujarnya ditemui wartawan usai rapat-rapat Paripurna DPRD Badung di Gedung Dewan, Selasa (3/8/2021).
Tenaga tracer ini, kata Giri Prasta bisa berasal dari PNS dan berkolaborasi dengan TNI/Polri. ”Kita butuh PNS di wilayah Badung, ada TNI dan Polri dan kita selalu berkolaborasi, karena juga Bapak Pangdam sampai ke jajaran di bawah seperti Babinsanya dan Bapak Kapolda sampai ke jajaran di bawah yakni Babinkantibmasnya sudah melakukan koordinasid dengan kita sejak awal. Sinergitas ini kita bisa masukan ke dalam wilayah kepanitiaan pelaksanaan tracer ini,” kata Giri Prasta.
BACA JUGA :
Tambahan Kasus Positif Bertambah Lagi, 13 Desa Ditetapkan Zona Merah
Rapat Paripurna, Fraksi Sampaikan Pandangan Umum
Mengenai biaya, pihaknya juga memastikan bisa berasal dari APBD. Hanya saja, Bupati yang juga Ketua DPC PDIP Badung ini belum mau berbicara soal anggaran lantaran masih mematangkan teknis petugas pelacak orang positif Covid ini. “Biaya pasti dong. Cuma belum, karena teknisnya dulu, biar tidak salah,” tegasnya.
Pihaknya pun berharap ada kolaborasi agar penanganan Covid ini benar-benar maksimal. Ia mencontohkan masalah pentingnya isolasi terpusat alias Isoter. “Kita kolaborasikan dulu. Contoh, penting nggak Isoter? penting,” terang Giri Prasta.
Di Badung, sambung, bupati sudah memiliki 5 Isoter. Yakni di Bakung Beach, Wisma 1, 2, Hotel Made dan Bakung Sari. “Kita memiliki 5 Isoter. Dan ini bisa kurang,” jelasnya.
Isoter ini menurutnya memiliki sejumlah keunggulan dibanding isolasi mandiri atau Isoman. Pertama, keuntungan Isoter ini,pihaknya bisa memantau sepenuhnya antara makan dan obat pasien Isoter. Kedua pihaknya bisa melihat aktifitas kerjasama Pemkab dengan TNI dan Polri. Dan ketiga biar tidak ada penyebaran di keluarga.
Agar masyarakat terpapar Covid-19 mau Isoter, maka pihaknya harus memastikan Isoter tersebut bagus dan memberi kenyamanan bagi pasien positif Covid-19.
“Sederhananya, mau tidak mau kami harus menyediakan tempat yang lebih bagus dari rumahnya, jangan sampai kita membuat Isoter, maaf tidak representatif, kan lebih bagus saya isolasi di rumah. Makanya saya pastikan kalau Isoter ini tidak bagus fasilitasnya saya tidak mau. Karena masyarakat itu mau datang ke Isoter bila melihat tempat tidurnya nyaman, airnya bagus dan ada tenaga medis stand by 24 jam,” pungkasnya. (put)