Asia Grassroots Forum 2025: Mendorong Ekonomi Akar Rumput Sebagai Jantung Pertumbuhan Asia

1000213955
Pelaksanaan The 2025 Asia Grassroots Forum di Grand Hyatt Bali, Nusa Dua, Kamis (22/5)

Loading

MANGUPURA-fajarbali.com | Ekonomi akar rumput, yang didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), memegang kunci vital bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di Asia, khususnya Asia Tenggara. Dengan kontribusi signifikan terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja, UMKM adalah tulang punggung kawasan ini. Namun, tantangan seperti akses pembiayaan, pasar, rantai pasok, dan literasi keuangan masih menjadi hambatan, terutama di pedesaan.
 
Untuk mengatasi hal tersebut dan mengoptimalkan potensi, kolaborasi lintas pemangku kepentingan menjadi krusial, sebuah gagasan yang lantang disuarakan oleh Amartha melalui gelaran The 2025 Asia Grassroots Forum yang berlangsung di Grand Hyatt Bali, Nusa Dua, Kamis (22/5).
 
UMKM di Asia Tenggara bukanlah pemain pinggiran; mereka adalah raksasa yang tak terlihat. Sektor ini mencakup 97 persen dari total sektor swasta, menyerap hingga 85 persen tenaga kerja, menyumbang 45 persen PDB regional, dan berkontribusi 10–30 persen terhadap ekspor. Minat investor global pun melonjak, dengan 49 persen dari impact investor berencana meningkatkan alokasi mereka di Asia Tenggara pada tahun 2025, menandakan potensi besar yang siap digarap.
 
Donny Donosepoetro OBE selaku CEO Standard Chartered Indonesia, menegaskan bahwa mendorong pertumbuhan inklusif di sektor akar rumput dapat dimulai dengan memperluas pemberdayaan UMKM. Ia menyoroti tantangan bank internasional dalam menyalurkan pembiayaan langsung ke sektor mikro karena keterbatasan jangkauan dan infrastruktur. "Kolaborasi kami dengan perusahaan seperti Amartha dan PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK) merupakan bukti nyata bahwa kami mampu berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan UMKM," ujar Donny seraya menunjukkan komitmen terhadap solusi pembiayaan inovatif yang inklusif.
 
The 2025 Asia Grassroots Forum, yang berlangsung dari 21 hingga 23 Mei 2025 di Nusa Dua, Bali, menjadi ajang pertemuan penting bagi lebih dari 700 peserta dari 15 negara. Forum ini mempertemukan investor, institusi pemerintah, regulator, sektor swasta, akademisi, hingga komunitas wirausaha ultra-mikro. Acara ini bukan sekadar konferensi, melainkan sebuah platform strategis bagi investor global, termasuk sovereign wealth fund, untuk berinvestasi dan berkolaborasi demi memajukan ekonomi akar rumput.
 
Founder & CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, mengungkapkan optimisme bahwa forum ini merupakan pionir yang akan mengubah persepsi investor global tentang potensi besar segmen akar rumput. "Segmen masif ini terbukti memiliki resiliensi yang baik dengan adanya dukungan teknologi keuangan inklusif, serta ekosistem yang mendukung tumbuhnya kewirausahaan," jelasnya.
 
Ia juga membuktikan keberhasilan Amartha dalam menggaet puluhan institusi global untuk menyalurkan modal dan membangun infrastruktur keuangan digital yang inklusif, menunjukkan transparansi dan kredibilitas tata kelola yang diakui internasional.
 
Komisaris Utama Amartha, Rudiantara,  menambahkan perspektif menarik tentang stabilitas sektor mikro di tengah gejolak ekonomi global. Menurutnya, meskipun industri makro terpengaruh, sektor mikro seperti akar rumput justru menunjukkan stabilitas dan prospek yang baik. Dengan dukungan modal, teknologi inklusif, dan pendampingan, sektor akar rumput berpotensi besar menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi. Ia juga menekankan pentingnya tata kelola yang baik (Good Corporate Governance - GCG) bagi perusahaan teknologi keuangan seperti Amartha untuk membangun kepercayaan investor asing, terutama karena kelompok akar rumput umumnya tidak memiliki riwayat kredit.
 
Sementara itu, Committee Leadership The 2025 Asia Grassroots Forum, Sandiaga Uno, menggarisbawahi pentingnya mendorong entrepreneurial society sebagai akselerator pertumbuhan. "Memberdayakan komunitas untuk berwirausaha sangat penting sebagai langkah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi," katanya.
 
Ia percaya bahwa pemberdayaan masyarakat wirausaha dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan resiliensi komunitas terhadap krisis, dan memperkuat fondasi ekonomi nasional, dengan harapan forum ini mampu mendorong tumbuhnya komunitas wirausaha yang kuat dan kompetitif.
 
Forum tahun kedua Amartha ini mengusung tema "Scaling Impact, Pioneering an Entrepreneurial Society", dengan empat pilar diskusi provokatif: regulasi, strategi pembiayaan inklusif, peran teknologi dan AI, serta peluang investasi di ekonomi akar rumput. Selain sesi diskusi global, The 2025 Asia Grassroots Forum juga memfasilitasi kunjungan ke desa, memungkinkan peserta berinteraksi langsung dengan ibu-ibu mitra UMKM dan merasakan dampak nyata di lapangan.
 
"Dampak dari The 2025 Asia Grassroots Forum tidak akan berhenti pada penyelenggaraan ini saja. Akan ada banyak investasi, kolaborasi, rekomendasi kebijakan, serta inovasi di bidang teknologi yang semuanya punya satu tujuan sama, yakni memajukan ekonomi akar rumput untuk pembangunan yang berkelanjutan," tutup Taufan. (M-001)
Scroll to Top