Denpasar-fajarbali.com | Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru), mobilitas masyarakat mulai meningkat di Bali. Terlebih lagi pemerintah mencabut larangan bepergian saat Nataru bagi pekerja swasta.
Untuk menekan risiko penularan Covid-19 yang biasanya mengiringi pergerakan manusia, pemerintah melakukan pengetatan dan meminta masyarakat menjadi wisatawan yang bertanggungjawab dan liburan dengan kehati-hatian serta mengedepankan perlindungan kesehatan.
Praktisi kesehatan Meva Nareza mengatakan, masyarakat yang berlibur maupun pelaku usaha untuk selalu berhati-hati dan tidak abai protokol kesehatan, karena pandemi belum selesai. “Aturan yang diterbitkan pemerintah kini jelas, pembatasan kapasitas orang di restoran, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata. Juga penggunaan aplikasi pedulilindungi yang bisa memonitor kapasitas orang di lokasi tersebut serta gambaran wilayah tersebut aman atau tidak,” ujarnya, Senin (20/12).
Sementara untuk pelaku usaha, Nareza meminta juga jangan menyepelekan, tapi tetap menjalankan aturan protokol kesehatan, terutama penggunaan masker dan aplikasi pedulilindungi. “Pemerintah telah memberikan dukungan penuh melalui sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) yang berperan besar mendorong kepercayaan masyarakat maupun pelaku usaha. Ini yang dilindungi bukan hanya wisatawan, melainkan juga pekerja dan pelaku usaha kita harapkan aman,” terangnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. AA Sagung Mas Dwipayani yang mengatakan kewaspadaan tinggi sangat diperlukan mengingat varian baru Omicron telah ditemukan dan sudah masuk ke Indonesia. “Pertama, harus hindari kerumunan. Kedua ikuti aturan yang ada, seperti pembatasan kapasitas, larangan pesta dan arak-arakan tahun baru. Ini untuk mencegah terjadinya kerumunan. Lalu penggunaan aplikasi pedulilindungi. Ingat hanya kategori hijau saja yang boleh,” ucapnya.
Pihaknya meminta masyarakat memahami, semua aturan diberlakukan untuk melindungi dan mencegah agar tidak terjadi lonjakan kasus. Terkait varian baru Omicron yang sudah ditemukan di Indonesia. “Memang varian ini lebih cepat penularannya dari Delta. Tapi dari WHO penanganannya sama, percepatan vaksinasi, karena terbukti efektif mengurangi angka kesakitan dan kematian. Kemudian, kepatuhan prokes, mendorong upaya deteksi, dan membatasi mobilitas. Semua harus kita lakukan dengan kehati-hatian,” pungkasnya. (dha)
Save as PDF