Konservasi lontar itu dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di rumah Ketut Reneng, Banjar Tanjung Desa Gumbrih Kecamatan Pekutatan, Selasa (11/8/2020). Tampak hadir juga Perbekel Desa Gumbrih.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Jembrana Ida Ayu Made Dharma Yanti mengatakan, program konservasi lontar tersebut dilaksanakan sebagai upaya menjaga sekaligus menyelamatkan warisan leluhur. Upaya pelestarian dan menjaga warisan leluhur dengan Program konservasi dan digitalisasi lontar sudah berjalan sejak tahun 2017. Sebelum dilakukan konservasi , terlebih dahulu dilakukan pendataan sejak tahun 2016.
Terkait itu, Koordinator PBB I Putu Wahyu Wirayuda menjelaskan masih banyak lontar yang tersimpan dan perlu dilakukan penyelamatan warisan leluhur supaya tidak rusak. Lontar-lontar yang asli itu juga perlu digitalisasikan, agar anak cucu dapat mempelajari serta mengetahui lebih dalam pada lontar-lontar tersebut. "Program ini untuk melestarikan naskah kuno atau lontar yang ada di Jembrana, sehingga dapat berguna bagi generasi muda Jembrana," ujarnya.
Sesuai data atau catatan PBB Kabupaten Jembrana, sejak 2017 hingga 2019, sebanyak 451 cakep lontar yang dikonservasi di lima Kecamatan se-Jembrana. Sebanyak 451 cakep lontar terdiri dari 28 cakep di Kecamatan Pekutatan, 138 cakep Kecamatan Mendoyo, 164 cakep pada Kecamatan Jembrana, 65 cakep di wilayah Kecamatan Negara, dan 56 cakep di wilayah Melaya.
Sementara tahun 2020 ini yang telah dikonservasi, di Kelurahan Tegalcangkring Kecamatan Mendoyo sebanyak 65 cakep, Desa Dangintukadaya Kecamatan Jembrana 2 cakep, Desa Baluk Kecamatan Negara sebanyak 5 cakep dan Desa Gumbrih sebanyak 7 cakep. Pada tahun 2020 ini , baru dilakukan setelah dilakukan new normal, selanjutnya akan dilanjutkan karena banyaknya permintaan dari masyarakat agar lontar warisan leluhurnya dilakukan perawatan. Menurutnya lontar di Jembrana merupakan lontar yang berisi tentang kawisesan (kesaktian) dan usada (lontar pengobatan). (prm).