BANGLI - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Para petani jeruk di Kintamani, Bangli kembali harus dihadapkan dengan persoalan klasik. Pasalnya, saat mulai memasuki musim panen tahun ini harga jeruk kembali anjlok.
Dimana, saat ini harga jeruk hanya berkisar antara Rp 4.500 hingga Rp 5.000 di tingkat petani. Kondisi ini, tentu saja membuat para petani ketar-ketir. Sebab, jika harga ini tidak beranjak naik maka dipastikan petani akan merugi.
Salah satu petani jeruk asal Desa Ulian, Kintamani, I Wayan Suartana mengakui sampai bulan Agustus ini harga jeruk masih sangat murah. Padahal sebentar lagi jeruk Kintamani tengah memasuki panen raya. “Persoalan yang selalu dihadapi petani jeruk, Ketika akan memasuki musim panen, harga jeruk justru terbilang rendah hanya laku Rp 5.000 sekilo,” ungkapnya, Senin (03/08/2020).
Selain harga yang masih sangat rendah, jelas dia, produksi buah jeruk tahun ini mengalami penurunan hingga 50 persen bila dibandingkan panen tahun sebelumnya. Penyebabnya, diduga karena factor perubahan cuaca ekstrim dan serangan berbagai penyakit. Karenanya, dia sangat berharap harga jeruk nanti segera membaik dan bisa menembus Rp 7.000 sekilo untuk bisa mencapai BEP. “Petani bisa dapat keuntungan, kalau harga jeruk bisa menembus Rp 6 ribu hingga Rp 7 ribu per kilo. Kita harap permintaan jeruk terus membaik sehingga harga bisa naik,”beber Suartana.
Hal senada juga disampaikan petani lainnya Wayan Armada. Kata dia, harga jeruk saat ini sangat hancur. Karenanya dirinya mengaku sangat khwatir akan kerugian yang akan diderita. Mengingat untuk menghasilkan buah jeruk yang baik, maka tanaman jeruk membutuhkan perawatan ekstra. Mulai pemupukan dan penyemprotan dengan obat-obatan. “Kita harap harga jeruk membaik dan kita bisa mendapatkan sedikit keuntungan untuk modal merawat jeruk di musim berikutnya,”sebut pria asal bajar Kuum, Sukawana ini.
Menurut Suartana maupun Armada, jatuhnya harga jeruk di pasaran lantaran permintaan jeruk masih lesu sebagai imbas pandemic covid 19. Mengingat untuk masyarakat Bali , jeruk digunakan untuk membuat sesaji (banten) saat ada odalan. Dan, ditengah pandemic covid 19, karya maupun odalan masih dibatasi, karenanya permintaan jeruk lesu. Sementara pemasaran ke luar daerah juga belum optimal, karena pengaruh corona. “Pandemi covid 19 ini sagat berdampak pada harga jeruk di pasaran,”ujar mereka. (arw)