Pilkada di Tengah Pandemi Covid-19, KPU Rancang 9 Hal Baru  

Loading

DENPASAR - sandybrown-gazelle-543782.hostingersite.com | Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di 6 kabupaten/kota di Bali dipastikan tergelar pada 9 Desember 2020 di tengah pandemic Covid-19. Untuk itu penyelengraraan Pilkada tahun 2020 ini dirancang untuk terwujudnya “green election” dengan mengedepankan digitalisasi dalan setiap tahapannya.

Dalam penyelenggaraan Pilkada di tengah pandemic Covid-19 ini memerlukan pola pelaksanaan yang beroreintasi pada protocol kesehatan untuk menghindarkan masyarakat (pemilih) dari paparan Covid-19. “Ada 9 hal baru yang kita persiapkan dalam menggelar Pilkada di tengah pandemic Covid-19,” ungkap Ketua KUP Provisi Bali, IDAG Lidartawan, saat menjadi salah satu nara sumber pada Media Gathering Diskusi  Strategi Sosialisasi Pilwali Kota Denpasar di Tengah Pandemi Covid-19, yang digelar KPU Kota Denpasar, Rabu (29/7/2020) di Sindhu Beach Hotel, Sanur, Denpasar.

Hal baru yang dipersiapkan dianaranya saat memeasuki masa kampanye dengan meminimalkan penggunaan alat peraga kampanye (APK) berupa Baliho, Spanduk, Umbul-umbul dan sejenisnya. Selain media itu sudah kurang efektif untuk menyainkan calon pemilih, juga untuk tetap menjaga kerasrian lingkungan.

Sedangkan 9 hal baru di TPS saat Pilkada yaitu: Jumlah pemilih yang sebelumnya 800 pemilih akan dibatasi menjadi 500 pemilih; Ketika C6 dibagikan akan disertai himbauan kedatangan pemilih. Jadi aka nada pengaturan kedatangan pemilih, sebab waktu pencoblosan itu dimulai pukul 07.00 hingga pukul 13.00; Pemilih juga dihim saat dating ke TPS menggunakan masker  untuk menghindari penyebaran atau paparan virus Covid-19 bagi orang di sekitarnya; TPS akan diberi disinfektanuntuk menjamin bahwa TPS tersebut dalam kondisi steril; Setiap pemilih akan diberi sarung tangan sekali pakai; Para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) akan dibekali sarung tangan setelah sebelumnya menalui screening kesehatan bahwa mereka bebas gejala Covid-19 yang dikeluarkan otoritas kesehatan; Setiap pemilih akan melewati cek suhu tubuh. Batas maksimal 37,3 derajat, pemilih yang suhunya di atas 37,3 derajat akan diberi perlakuan khusus; Alat coblos selalu disterilkan secara berkala; Setelah memilih atau mencoblos jari pemilih  tidak lagi dicelup ke dalam botol tinta, melainkan aka ditetesi tinta.

BACA JUGA:  Gubernur Bali Gelar Simakrama Evaluasi Akhir Tahun

Sebelumnya, Ketua KPU Kota Denpasar, I Wayan Arsa Jaya saat membuka Diskusi menyampaikan, saat KPU Denpasar tengah menjalankan proses pencocokan dan penelitian (Coklit) data pemilih yang berlangsung sejak 15 Juli hingga 13 Agustus mendatang. “Dari 486.074 pemilih yang sudah didaftar di formulir A, saat ini data tersebut sedang dicocokkan dan diteliti oleh 1.202 petugas pemutakhiran data pemilih (PPDP) di 4 kecamatan, 43 desa /kelurahan se-Kota Denpasar,” terang Arsa Jaya, seraya menyebut proses Coklit ini untuk mendapatkan data pemilih yang valid, factual, dan mutakhir.  

Selain menghadirkan Ketua KPU Bali sebagai narasumber, diskusi yang dipandu Agus Hendra  ini juga menghadirkan pembicara seorang dosen/pakar Ilmu Komunikasi Publik FISIP Universitas Udayana, Dr. Ras Amanda. Menurut Amanda, dalam membuat media promosi KPU secara digital, soal konten menjadi hal yang sangat penting, agar jangan sampai kontennya heboh tapi pesannya tidak sampai ke masyarakat. “Yang paling banyak diakses memang media social, tapi yang paling dipercaya adalah media massa. Artinya, walaupaun konten itu viral, belum tentu dipercaya kalau tidak ada di media massa terverifikasi,” tandas Amanda, sembari berharap wibawa KPU harus tetap terjaga, informasinya jangan sampai salah focus. “Di sisnlah peran media massa turut serta dalam menyukseskan  Pilkada  serentak 2020 dalam melawan hoax,” imbuh Amanda. (Car)
 

Scroll to Top