SINGARAJA-fajarbali.com | Desa Tejakula, Buleleng, mendapatkan pembekalan mengenai pentingnya asupan gizi dan sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan DPR RI bersama Badan Gizi Nasional (BGN). Melalui kegiatan ini, masyarakat kembali diingatkan bahwa pemenuhan gizi sejak dini merupakan fondasi utama tumbuh kembang anak.
Sosialisasi yang digelar di Aula Kantor Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, pada Jumat (21/11) ini menghadirkan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Charles Honoris, Kabid Yankes Dinkes Buleleng Dewa Putu Merta Suteja, serta Analis Madya Promosi dan Edukasi Gizi BGN, Alwin Supriyadi.
Dalam sambutan yang disampaikan secara daring, Charles Honoris menegaskan bahwa BGN tidak hanya berperan sebagai regulator, melainkan juga motor edukasi gizi nasional. Ia menyoroti meningkatnya konsumsi makanan ultra-proses dan pola makan tinggi gula, garam, serta lemak yang memicu penyakit tidak menular. Karena itu, peran orang tua dalam membimbing pola makan anak menjadi sangat penting.
“Langkah-langkah kecil hari ini akan menentukan masa depan bangsa. Kita ingin anak-anak Indonesia tumbuh kuat, sehat, dan siap membawa Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia,” ujarnya.
Charles juga memastikan bahwa DPR RI akan terus mengawal agar kebijakan gizi nasional berjalan efektif hingga ke tingkat masyarakat melalui penguatan kapasitas lembaga pelaksana program.
Sementara itu, Kabid Yankes Dinkes Buleleng, Dewa Putu Merta Suteja, menekankan pentingnya pemenuhan gizi sebagai strategi utama menekan angka stunting. Ia menjelaskan bahwa risiko stunting dapat muncul sejak masa kandungan hingga awal tumbuh kembang anak.
“Pemenuhan gizi yang tepat sejak dini adalah kunci agar anak-anak kita tumbuh secara optimal. Stunting bisa dicegah dengan kombinasi edukasi dan akses makanan bergizi seperti yang difasilitasi program MBG,” jelasnya.
Dari BGN, Alwin Supriyadi menambahkan bahwa Program MBG tidak hanya menyasar peserta didik PAUD hingga SMA, tetapi juga kelompok non-didik seperti balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Ia menegaskan bahwa MBG dirancang sebagai program gizi sekaligus pendorong ekonomi lokal.
“Bahan pangan untuk dapur SPPG sebagian besar dipasok dari petani, nelayan, peternak, serta UMKM lokal. Koperasi dan BUMDes menjadi penggerak rantai pasok agar manfaat ekonomi kembali ke masyarakat,” kata Alwin. Ia juga menjelaskan bahwa keberadaan dapur SPPG telah membuka lapangan kerja baru yang dikelola tenaga lokal.
Melalui kehadiran MBG di Bali, pemerintah mempertegas bahwa program ini tidak semata menyediakan makanan bergizi, tetapi juga membangun fondasi kesehatan masyarakat, memperkuat edukasi gizi, dan memberdayakan ekonomi lokal. Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat diharapkan mampu mencetak generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.rl










