Lebih dekat dengan Nengah Sutaba, Sosok Visioner dan Multitalenta

u10-IMG-20251110-WA0000
I Nengah Sutaba sedang merancang perabotan rumah tangga di bekel mini halaman rumahnya, Banjar Dinas Kaler, Antiga, Manggis, Karangasem. 

AMLAPURA-fajarbali.com | Belasan tahun lalu, jauh sebelum karut-marut urusan persampahan di Bali, I Nengah Sutaba, sudah getol mengupas tantangan dan peluang yang bakal terjadi. "Siapa yang mau mengurus sampah, dia akan menjadi orang kaya," kata Sutaba kala itu.

Kini, usianya memasuki 65 tahun. Pria asal Banjar Dinas Kaler, Desa Antiga, Manggis, Karangasem ini, mengakhiri karir pegawai negeri sipil di Dinas Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup (Perkim-LH) Kabupaten Karangasem.

Sebelumnya, ia sempat mengabdi di Dinas Pendidikan Kabupaten Karangasem. Ditugaskan di SDN 1 Antiga sebagai tenaga kependidikan. Tugasnya lebih membantu administratif oprasional sekolah.

Namun, sorot matanya yang tampak garang bak sosok Rahwana dalam epos Ramayana, selalu melirik kelas-kelas yang kosong. Jika guru mata pelajaran belum hadir atau izin, Sutaba muncul.

Matematika menjadi pelajaran favoritnya. 99,99 persen murid di kelas itu dipastikan "membenci" pelajaran yang dianggap menguras otak. Satu persatu murid ditunjuk batang hidungnya. Keringat dingin sebiji jagung mengucur karena kebingungan menjawab. Jadilah Sutaba sosok yang mencekam.

Sesekali, ia berbagi pengetahuan tentang bahasa Inggris atau geografi. Era 1990-an, ia pula yang mengenalkan kalimat "Time is money" kepada murid-murid desa. Kalimat sangat asing yang belakangan diketahui artinya "waktu adalah uang".

Dia dikenal tegas. Bahkan terhadap anak kandungnya sendiri yang kebetulan bersekolah di tempatnya mengabdi.

Sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi mantan muridnya, kala itu semua murid diwajibkan membawa ember berukuran standar untuk menyiram halaman. Namun ada beberapa yang membawa ember berukuran kecil. 

Tanpa basa-basi, Sutaba menghampiri sembari mengatakan "Cai cara Balang Tamak". Kenangan manis yang mengundang gelak tawa di kalangan alumni SDN 1 Antiga jika berkumpul di kampung halaman. 

BACA JUGA:  Karangasem Siap Gelontorkan 83.793 Paket Sembako Untuk Masyarakat

Di balik itu, Sutaba dikenal "bares" berbagi informasi dan ilmu. Banyak pemuda-pemuda desa setempat yang mendapatkan kesempatan mengabdi bagi negara berawal dari informasi yang ia berikan. Informasi langsung dari sumber, di saat dunia belum mengenal internet tentu menjadi barang mahal.

Di luar jam sekolah, Sutaba tak pernah diam. Hari-harinya disibukkan dengan segudang aktivitas, terutama bidang kerajinan tangan. Pelepah pinang disulapnya menjadi perahu hias. Demikian pula benda-benda lain yang tak terbayangkan oleh kebanyakan orang.

Pria yang kini telah menjadi pemangku itu, juga berbakat di bidang seni tari dan musik. Terbaru, Sutaba kini mengembangkan industri rumahan membuat perabotan rumah tangga bertenaga listrik.

“Kalau tidak berkreativitas, pikiran bisa buntu dan cepat pikun,” kata Sutaba sambil memegang perkakas pemotong besi, Minggu (9/11/2025) di halaman rumahnya.

Seketika, halaman rumah yang berbentuk persegi panjang itu dirubah menjadi bengkel mini. Perabotan yang dihasilkan berupa cooper/penggiling bumbu dan daging, pemanggangan sate multi fungsi dan sebagainya.

Untuk tenaga mesin, Sutaba memanfaatkan dinamo, kabel dan potongan tembaga dari alat elektronik yang rusak.

"Misalnya ada pompa air yang rusak, saya ambil komponen-komponen yang masih bisa dipakai," katanya.

Salah satunya mesin cooper penggiling daging dan bumbu yang ia buat dari mesin pompa air bekas. Mesin itu dirakit dan dimodifikasi sedemikian rupa hingga mampu menggiling antara 50 hingga 100 kilogram bahan.

Untuk panggangan sate dan ayam multifungsi, dibuat dalam berbagai ukuran—50 sentimeter, 80 sentimeter, hingga satu meter—dan dilengkapi dengan sistem pengatur bara api yang bisa dinaik-turunkan tanpa harus mengangkat panggangan. “Idenya mengalir begitu saja,” ujarnya.

Untuk proses pengerjaan, satu produk memakan waktu rata-rata dua hari setelah peralatan lengkap. Desain disesuaikan dengan kemauan konsumen.

BACA JUGA:  Hari Raya Kuningan, Hujan Deras Disertai Angin Kencang Pohon Bertumbangan 

Harganya pun bervariasi. Mesin berkapasitas 100 kilogram dengan tenaga 700 watt dibanderol Rp950 ribu, sementara kapasitas 50 kilogram seharga Rp650 ribu. “Kalau pembeli bawa mesin sendiri, saya hanya bantu merakit. Jadi biayanya lebih murah,” katanya.

Pesanan datang dari berbagai daerah, mulai Karangasem, Badung, Tabanan, hingga Buleleng. Menurut Sutaba, produk buatannya punya keunggulan dibanding mesin sejenis: bentuknya ringkas, efisien, tak memakan banyak tempat, dan tidak menimbulkan suara bising. “Yang penting sederhana tapi fungsional,” imbuh pria 11 bersaudara itu.

Keterampilannya merakit mesin bukan datang begitu saja. Saat masih bersekolah di SMKI jurusan tari—kini dikenal sebagai Kokar—Sutaba juga menempuh pendidikan di STM Nasional jurusan mesin umum.

Dari sanalah dasar pengetahuannya tentang permesinan tumbuh. “Dulu belajar tari, tapi di sisi lain saya suka membongkar mesin. Sekarang dua-duanya jadi bagian hidup saya,” ujarnya.

Kini, bengkel kecil di halaman rumahnya ia sebut sebagai “laboratorium pribadi”. Dari tempat itu pula lahir berbagai alat rumah tangga sederhana seperti troli, rangka kanopi, hingga tenda. Semua dibuat berdasarkan kebutuhan sehari-hari.

“Kalau ada yang rusak atau butuh alat baru, saya buat sendiri. Sekalian mengasah otak,” ujarnya.

Bagi Sutaba, masa pensiun bukanlah akhir produktivitas. Justru di usia senja, ia merasa lebih bebas menyalurkan ide-ide yang dulu tertunda. “Kalau mau kreatif dan inovatif, apa saja bisa jadi uang,” katanya. “Yang penting kerja keras dan tidak cepat menyerah.”

Sutaba percaya, selama tangan masih bisa bergerak dan pikiran tetap jernih, selalu ada peluang untuk berkarya. Di bengkel kecil itu, di antara suara gerinda dan percikan api las, ia terus membuktikan bahwa semangat tidak pernah pensiun.

BACA JUGA:  Anggaran Di Refocusing, Rekontruksi Kesenian Hampir Punah Terhambat

 

 

BERITA TERKINI

TERPOPULER

Scroll to Top